Dengan malas aku mengganti pakaian ku. Aku masih kesal dengan laki-laki tidak jelas itu. Apa boleh aku sebut dia pengacau? Karena dia sudah mengacaukan rencana ku. Aku sudah susah payah membuat Edgar percaya padaku. Bahkan rencana itu belum berhasil tapi dia datang dan mengacaukan semuanya. Cobaan apalagi ini.
Apa setelah kejadian ini Edgar masih percaya padaku. Sepertinya tidak, mengingat ia saja tidak pernah percaya dengan apa yang aku katakan.
Saat aku keluar rumah, aku melihat ada sebuah mobil berwarna putih yang terparkir di depan rumah. Perlahan kaca mobil tersebut menurun.
"Nyonya Fina?" tanya orang yang duduk di kursi kemudi.
"Iya, Saya. Ada apa pak?" ucapku ramah.
"Saya Tisna dan saya yang akan mengantarkan Nyonya ke cafe xx" ucapnya.
Pasti suruhan si laki-laki tidak jelas itu.
"Silahkan masuk, Nyonya." pak Tisna membukakan pintu untukku.
"Makasih, pak" aku masuk ke dakam mobil dan dusuk di kursi samping kemudi.
Mobil mulai melaju dengan kecepatan sedang. Yang aku tahu, cafe itu sedikit jauh dari rumah. Lain lagi dengan cafe tempat aku bekerja dulu, hanya membutuhkan waktu lima belas menit dari rumah.
Akhirnya kami sampai di cafe tersebut. Dari dekorasi luarnya sudah terlihat jika ini cafe mahal. Begitu aku masuk kedalam, aku di buat takjub dengan interor dan dekorasinya. Ini sangat indah dan juga sangat mahal pasti. Apa orang aneh itu orang kaya?
"Aku harus kemana? Tau orangnya saja tidak. Ah, jangankan orangnya, namanya saja aku tidak tau,"
Aku hanya berdiri seperti orang bodoh berharap ada yang memanggilku. Nyatanya sampai menit kesepuluh aku berdiri bekum ada orang yang memanggilku, yang ada hanya memandangku dengan tatapan bingung. Mereka pikir aku pajangan baru cafe ini!
Aku sungguh menyesal menuruti ucapannya. Seharusnya aku bersantai saja di rumah sambil menunggu Lala pulang.
Aku mengedarkan pandangan ku ke seluruh cafe ini. Mataku menangkapa seseorang yang sedang menatapku sambil tertawa. Apa ada yang lucu dari diriku? Satahuku biasa saja, tampilanku juga tidak menor seperti badut, lalu apa yang ia tertawakan?
Dia sangat aneh, mentertawakan sesuatu yang tidak jelas.
"Mbak, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pelayan wanita.
"Tidak" jawabku acuh.
Aku sudah berdiri di sini hampir setengah jam, dan dia baru datang menanyakan apa yang bisa dia bantu. Apa dia tidak melihatku berdiri dari tadi di sini. Huh, menyebalkan! Lebih baik aku pulang saja.
Untung saja pintu cafe ini terbuka dan tertutup otomatis, jadi aku tidak perlu repot mrmbuka pintu.
"Hey, mau kemana?" aku merasakan ada seseorang yang memegang pergelangan tanganku.
"Apa si Cabtik ini tidak mau bertemu dengan KaKi-nya?"
Mataku membuat sempurna, KaKi? Apa benar dia KaKi?
Aku membalikkan badan untuk melihatnya. Betapa senangnya aku melihat orang yang telah lama pergi kini datang lagi. Karena terlalu senang aku memeluknya hingga ia melangkah mundur.
"Kangenn!!!" ucapku serata mengeratkan pelukan.
"Hahahahha... Kamu ga berubah. Masih kaya anak kecil kalau di depan KaKi,"
KaKi, Kaka Rafky. Aku memanggilnya KaKi biar singkat. Dia adalah tetanggaku dulu. Saat aku masih kecil hungga aku kelas 2 SMP. Ia pindah keluar negeri karena perusahaan keluarganya yang di sana sedang bermasalah. Dia bilang padaku, ia tak akan pergi lama. Nyatanya, ia baru menemui ku saat ini.
Aku anak tunggal, dia lah yang menjadi sosok Kakak untukku. Di saat aku sedih, senang, bimbang dia selalu ada untukku. Semenjak dia pergi, aku merasa sendiri. Apalagi saat ayah dan ibu juga pergi meninggalakanku selamanya.
Aku hanya menganggapnya sebagai seorang Kakak, tidak lebih. Begitupun dengannya, ia menganggapku sebagai seorang adik. Ia pernah kehilangan adik perempuannya karena penyakit yang di derita. Itulah mengapa ia sangat menyangiku.
"Tunggu, Apa orang itu KaKi?" tanya ku penuh sekidik.
"Mmm... Mau jujur atau bohong?" aku mencubit perutnya, ia meringis.
"Ih! Ko malah balik nanya!?"
"Lepas dulu pelukannya, nanti KaKi jelasin" aku menuruti ucapannya.
"Ayo masuk," KaKi menggandeng tanggku.
Saat aku masuk kembali ke dalam cafe, aku merasa seperti ada memperhatikan ku. Aku melihat sekeliling. Jatungku rasanya mau copot, saat melihat mata tajam milik Edgar tengah menatapku.
Lalu ia tersenyum sinis, tanpa sadar aku meremas tangan KaKi. Aku menundukkan kepala ku. Dalam hati aku mengucapkan beribu maaf untuk Edgar. Pasti dia salah paham.
___________________________
Udah.Maaf kalo ada typo.
Oh ya, aku mau ngasih tau kalo beberapa bulan kedepan. Intinya sampai bulan mei, aku bakal jarang update. Karena aku mau fokus belajar.
Jadi maaf aja kalo aku jarang update. Karena aku juga punya real life.
Thank you......
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pengganti
RomanceAku sangat menghargai sebuah hubungan dan juga ikatan. Tapi bagaimana jika hubungan itu harus hancur karena datangnya diriku di keluarga kecil mereka? Apa ini salahku? Atau salahnya? Update setiap hari minggu. Cover by : @Hakalaila #792 - Romance...