C H A P 2

20.1K 676 6
                                    

"LALA!"

Aku dan Lala terkejut. Kami menoleh ke sumber suara. Dia itu orang yang hampir menabrakku kemarin bukan? Dia berajalan semakin dekat ke arahku dan Lala. Ah, benar! Dia adalah si mausia sombong nan gila. Nyawaku hampir hilang karena kegilaanya.

Ia menarik lengan Lala yang berada digenggamanku. Aku dengan cepat menarik lengan lala yang satunya.

"Lepasin!" Ucapnya tegas, aku menggelengkan kepala.

Dia berdecak, "Saya bilang lepasin"

"Ga mau! Kamu yang lepasin!" Balasku.

"Dia anak saya, jadi sekarang kamu yang lepasin!" Aku membulatkan mata. Jadi, dia papa Lala? Ah, dia pasti berbohong. Sepertinya dia ingin balas dendam karena aku telah membuatnya marah kemarin, tapi itu juga salah dia sendiri.

"Kamu mau balas dendam ke saya? Kamaren itu kamu yang salah. Naik mobil ko ga pake mata!" Kataku dengan nada suara yang sedikit ditinggikan.

"Saya ga peduli kamu mau ngomong apa. Sekarang cepat lepaskan tangan anak saya karena kami mau pergi" ia menatapku dengan tatapan tajam.

Huh, dia pikir aku takut.

"Kamu yang lepasin. Kamu pasti modus ngaku-ngaku jadi papa Lala kan? Nanti kamu culik Lala terus bawa Lala entah kemana terus minta uang yang banyak sebagai tebusan terus bla... bla.. bla.." ucapku panjang lebar, biar saja telinga dia sakit mendengar ocehan ku yang panjang ditambah dengan suara yang cempreng.

"Kakak" Lala menggoyangkan tangannya yang aku genggam. Aku menunduk untuk melihat Lala.

"Ini papa Lala" ucapnya, sambil mengerjapkan matanya.

"HEH? Dia? " Aku menunjuk laki-laki itu.

Jika aku lihat lagi, tampangnya memang bukan seperti seorang penculik melainkan seperti seorang aktor barat. Dibaju dan celananya juga tidak ada robekan, melainkan pakaian formal yang biasa dipakai orang kantor. Ku akui wajahnya tampan, matanya pun sama seperti mata Lala. Genggamaman tanganku pada tangan Lala dengan perlahan terlepas.

Aku menggaruk tengkukku yang tak gatal. Aku bingung, kaget, malu, dan tidak percaya. Jadi, dia yang ku anggap orang sombong nan gila kemarin adalah papa nya Lala. Rasanya aku ingin pingsan saja sekarang.

"Kakak! Lala pergi dulu ya" ucapan Lala membuatku tersadar dari lamunanku yang aneh itu.

Aku hanya tersenyum kikuk, tidak tahu harus membalas apa. Aku jadi ingat awal pertemuanku dengan Lala, dan saat itu dengan lantangnya aku mengatakan bahwa aku akan menjadi ibu pengganti Lala. Tapi, jika dipikir-pikir lagi aku jadi tidak ingin.

Aku mengeyahkan pikiran tidak jelas itu. Aku memutuskan untuk menghabiskan permen kapas itu sendiri dan kembali ke rumah.

**

Sesampainya dirumah aku langsung merebahkan tubuhku diatas kasur. Satu hal yang membuatku tidak betah dirumah adalah aku sendirian. Sepi, rasanya begitu sepi. Hanya terdengar deru nafasku dan suara kipas saja.  Seandainya aku punya adik, pasti aku tak akan kesepian. Terkadang takdir itu tidak adil.

Aku baru saja ingin memejamkan mata dan ingin berkelana di alam mimpi. Tapi, nada dering handphone ku berbunyi membuatku mengurungkan niat itu.

Drrtt...Drrtt...

Aku merogoh handphone yang ada di saku celana.

"Hallo"

"Fina!!!" Teriak dari sebrang sana. Aku langsung menjauhkan benda persegi pajang itu dari telingaku.

"Ada apa sih Lina? Berisik deh!" Protesku.

"Hehe..maaf, oh ya cepetan ke cafe"

Aku mengernyit bingung, " lho? Bukannya aku hari ini libur? Kan ini hari minggu."

"Heem, aku tau. Tapi ini ada orang yang mau ngadain pesta ulang tahun di cafe, dia baru ngomong tadi siang, dan kamu tau acaranya jam berapa?"

"Jam berapa?"

"Jam tujuh malam! Malam ini na! Catat malam ini jam tujuh malam!"

Aku melirik jam di dinding kamarku. Saat ini masih menunjukkan jam setengah empat sore. Berarti masih ada waktu tiga jam setengah untuk ngedekor dan mempersiapkan semuanya.

"Oh, semangat yaaa..." godaku.

"Ihhh... fina bantuin. Kamu kan tau kalo kita ga jago banget dalam hal ngedekor, apalagi dadakan gini. Cuma kamu yang bisa na... Dateng ya..." rengeknya.

"Iya, ya nanti aku ke sana. Udah dulu aku mau mandi"

"Horeee.. Fina memang terbaik" pekiknya senang.

Aku langsung memutuskan sambungan telefon itu. Aku bangun dari kasur untuk bersiap mandi dan pergi ke cafe tempatku berkerja.

__________________________________

Tebece.

Ada yg typo, aneh atau yg lain komen aja biar di benerin 👌

Btw, sorry kalo aneh bin ajaib :v

See you 😗 ketjup manjahh...

Istri Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang