بسمﷲالرحمن الرحيمIzinkan aku mengagumi mu
Nama ku Ambar Rukma Qatranannda, usia ku 18 tahun dan sekarang aku berkuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam Jam'iyah Mahmudiyah semester satu.
Bersyukur karena aku masih bisa melanjutkan ke perguruan tinggi walaupun tidak negeri, yang terpenting bagi ku adalah niat dan usaha.
Kaki ku melangkah masuk ke dalam kelas yang telah di tentukan sesuai fakultas nya masing masing, kelas ku di lantai dua dan sangat mudah ku jumpai.
Aku memilih tempat duduk paling depan walaupun harus terpaksa karena bagian belakang sudah ada yang menempati.
Mata ku celingukan melihat teman teman baru ku yang belum aku kenal sama sekali.
Aku canggung karena aku yang berbeda di kelas itu, karena hanya aku lah yang bercadar. Tetapi bercadar bukan menjadikan kita untuk menjauh kan?
Sungguh membosankan hanya mendengarkan sang dosen menjelaskan tentang peraturan yang harus di lakukan, dan sungguh diri ini merasa kaget karena sudah di beri tugas untuk Minggu yang akan datang.
Aku mendengar adzan berkumandang dan bergegas pergi ke masjid bersama sahabat ku Ashima Dinillah. Dia adalah sahabat ku dari SMA dulu dan sekarang kami berkuliah di perguruan yang sama dan dalam satu jurusan yang sama pula yaitu Ahwalul Syakhsyiah.
"Ambar, gimana kuliah nya? Lancar kan?" Tanya nya ketika membuka sepatu nya.
"Shima, tahu kan tadi kita sudah di kasih tugas sama dosen! Dan Minggu depan kita sudah mulai aktif belajar." Kata ku dengan raut penuh kekesalan.
Aku melihat Shima tertawa kecil sebelum menjawab nya.
"Ambar, nama nya juga kuliah ya memang begitu, banyak tugas yang harus kita kerjakan. Inti nya kita memiliki niat dan usaha! Insha' Allah, sang Rabb akan memudahkan nya." Nasihat nya yang membuat ku tenang.
"Iya deh iya." Ucap ku.
Sepuluh menit berlalu untuk melaksanakan sholat dan membenarkan jilbab. Bisa di bilang aku lah yang paling lama membenarkan jilbab dan cadar ku sampai sampai Shima menggerutu karena aku.
"Ribet ya? Benerin jilbab aja harus memakan waktu yang lama! Sudah cantik loh Ambar." Ujar nya penuh kesal.
"Iya Shima, ini sedikit lagi kok cadar nya belum rapi." Jawab ku sambil membenarkan cadar.
Selesai sudah dan akhirnya kami masuk ke kelas. Teman teman sudah banyak yang masuk hanya aku dan Shima yang baru masuk.
Sungguh tak nyaman jika harus di perhatikan mereka. Yaa aku sadar kami menjadi pusat perhatian mereka. Entah kenapa, namun hati tak tenang.
Dosen belum datang, aku melihat teman teman baru ku semua nya memegang ponsel masing masing. Dan akhirnya aku mengambil ponsel dan membuka WhatsApp ku ternyata ada grup Ahwalul Syakhsyiah yang baru di buat oleh admin nya.
"Ada grup Ahwalul Syakhsyiah Ashima." Ucap ku setengah berbisik.
"Iya, biar nanti kalau ada tugas kan tinggal ngasih tahu nya disini." Jawab nya. Aku mengangguk paham.
Hampir tiga puluh menit namun dosen tak kunjung datang dan akhirnya kami sepakat untuk pulang.
Aku dan Shima keluar paling terakhir, kami menunggu teman teman yang lain keluar terlebih dahulu.
"Ambar, kok melamun? Kamu gamau pulang?" Suara Shima menyadarkan ku.
"Eh iyaiya." Ucap ku sambil memakai tas.
"Pak Ujang udah nunggu tuh di depan gerbang." Ujar Shima.
"Loh kata nya kita naik angkot aja?" Tanya ku ketika kami menuruni anak tangga.
"Papa yang nyuruh pak Ujang untuk jemput kita." Jawab nya.
Pak Ujang adalah supir pribadi Shima, Shima selalu di antar jemput oleh pak Ujang dan aku hanya menumpang. Karena orang tua Shima yang begitu baik terhadap ku.
Aku bersyukur memiliki sahabat yang begitu baik seperti Ashima. Semoga Allah menjadikan kita sahabat sampai jannah-Nya. Ucap ku dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Diam
SpiritualCinta Dalam Diam Adalah cinta terbaik yang mencintai dalam Doa.