13

2.9K 147 0
                                    


بسمﷲالرحمن الرحيم

Izinkan aku mengagumi mu

Adzin Mauza Althaff tampak sibuk dengan ponselnya, entah apa yang di lakukan nya namun hal itu membuat sang sahabat penasaran.

"Adzin? Dari tadi ponsel terus? Ada apaan? Ada masalah?" Tanya Rafif penasaran. Hari ini adalah hari libur mereka kuliah, Adzin berkunjung kerumah Rafif namun sudah dua puluh menit berlalu Adzin tak bercerita sedikit pun.

"Aku disuruh balik ke kota." Jawabnya singkat.

"Balik saja, siapa tahu ada hal penting." Ujar Rafif.

"Memang sih aku sudah satu tahun disini tapi belum pernah balik ke kota sama sekali! Tapi masalahnya kuliah belum libur panjang." Kata nya.

"Iya juga ya
Memang nya kenapa di suruh balik ke kota?" Tanya Rafif penasaran.

"Kepo ya!" Sindir Adzin. Rafif melongo atas sindiran sang sahabat.

"Dulu kamu juga kepo, bahkan sampai sekarang!" Sindir balik Rafif. Adzin berfikir sejenak sambil berkata, "Iya juga ya."

"Aku juga tak tahu hal apa yang ingin di bicarakan oleh kedua orang tua ku, sampai sampai mereka menyuruh ku pulang!" Jawab nya. Rafif mengangguk dan menjawab, "Mau dijodohkan kali sob."

Adzin terbelalak ke arah Rafif yang sedang cengar cengir tak jelas.

"Eh aku bukan kamu Fif, yang main jodoh jodohkan seperti zaman Siti Nurbaya!" Ujar nya.

"Tumben bener nyebut Siti Nurbaya, biasa nya nyebut Siti Badriah." Sindir Rafif lagi.

"Ahh terserah kamu." Ucap Adzin mengalah. Rafif tertawa geli melihat Adzin.

"Fif, Fif, kamu tahu kabar Ambar?" Tanya Adzin setengah berbisik. Ia hanya tak ingin Ashima mendengar nya. Pernah Ashima mendengar pembicaraan antara Rafif dan Adzin yang membicarakan Ambar, namun hal itu membuat Ashima marah sampai ke ubun-ubun. Akhirnya karena merasa bersalah Adzin meminta maaf dengan syarat lompat katak. Alhasil Adzin menerimanya dan berakhir dengan naik betis hingga dua hari. Ia hanya tak ingin lompat katak yang kedua kali nya.

"Selama satu tahun ini aku tak pernah mendengar kabar nya, dan aku juga tak tahu dimana dia sekarang." Jawabnya. Adzin melihat jelas bahwa Rafif sangat mengkhawatirkan nya.

"Apa kamu tak berniat untuk mencari nya? Bersama istri mu? Bukankah istrimu sahabatnya?" Tanya Adzin. Rafif menghela nafas.

"Aku sangat ingin mencari Ambar, tetapi aku juga tak ingin menyakiti hati Ashima lagi." Jawabnya. Adzin mengangguk paham.

"Aku boleh minta tolong?" Tanya Rafif dengan raut wajah memohon. Adzin mengerutkan kening.

"Tolong apa?" Tanyanya.

"Tolong, tolong cari Ambar di kota jika kamu balik! Aku, cuma ingin tahu keadaan nya! Tolong lah, aku mohon!" Ucapnya. Adzin tak masalah dengan permintaan nya tetapi yang menjadi permasalahan nya adalah, "Kemana aku mencari Ambar, kota kan sangat luas?" Batinnya.

"Aku yakin, kamu pasti bisa menemukan Ambar! Aku mohon Adzin!" Lanjutnya lagi. Adzin mengangguk pertanda setuju.

"Baiklah, aku akan mencari Ambar ketika aku sudah di kota!" Jawabnya mantap. Rafif berterimakasih bak anak kecil.

"Alhamdulillah
Terimakasih banyak Adzin." Ucap nya.

"Itulah guna nya sahabat." Ujar Adzin.

"Eh ngomong ngomong, menikah muda itu nyaman kah?" Pertanyaan Adzin membuat Rafif tertawa geli.

"Yaelah, malah ketawa." Sindirnya.

"Pertanyaan yang aneh." Ujar Rafif yang sudah berhenti tertawa.

"Nyaman lah
Kenapa? Karena kita juga bisa terhindar dari fitnah! So, jangan takut menikah di usia muda!" Jawab nya. Adzin mengangguk sambil mencerna ucapan Rafif.

"Kenapa? Kamu mau nyusul? Mau menikah juga?" Tanya Rafif.

"Mau sih
Tapi belum ada yang pas." Jawab nya. Rafif tersenyum.

"Jika mencari pasangan yang sempurna, tidak akan dapat kamu temukan, karena sesungguhnya ciptaan Allah memang tidak ada yang sempurna!" Ujar Rafif.

"Yee tahu lah kalau di dunia ini tak ada yang sempurna! Maksudku, aku belum menemukan perempuan yang mama ingin kan!" Jelasnya. Rafif mengerutkan kening pertanda bingung.

"Mama kamu?" Tanya Rafif.

"Yaa
Mama bilang, kalau aku tidak menemukan perempuan yang mama ingin kan, maka mama ku yang akan mencarikan nya." Jelas nya.

"Jika mama kamu sudah menemukan perempuan nya, apakah kamu menerima nya?" Tanya Rafif. "Ternyata keingintahuan mu sebelas duabelas sama perempuan." Batinnya.

"Ya terima
Apalagi mama yang minta! Toh ga boleh di tolak!" Jawabnya.

"Berarti sama dengan menjodohkan kalau begitu." Kata nya. Rafif mengangguk kemudian berkata, "Apa? Sama dengan dijodohkan?" Tanya nya dengan nada tinggi.

"Volume nya kecilin dikit." Sindir Rafif.

"Eh gamau dong main dijodohkan, aku kan sudah dewasa!" Ujar nya.

"Ya begitulah nasib aku dulu." Ucap Rafif. Mereka terdiam, fokus dengan pikiran nya masing masing.

Tidak ada yang bisa melawan takdir
Tidak ada yang bisa lari dari takdir
Semua itu sudah Allah tetapkan jauh sebelum manusia diciptakan
Karena jodoh tak akan tertukar walau awal nya tak pernah mencintai.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang