8

3K 138 0
                                    


بسمﷲالرحمن الرحيم

Izinkan aku mengagumi mu

Jam sudah menunjukkan pukul enam lewat, sedangkan Ashima Dinillah baru pulang dari kampus. Ia turun dari mobil menuju masuk ke dalam rumah.

Tiba di dalam rumah, sang ibu menghampiri nya sambil tersenyum.

"Kamu sudah pulang sayang? Kamu jangan lupa bersiap siap ya? Nanti kita kedatangan tamu istimewa!" Ujar sang ibu sambil menatap putri sulung nya.

"Siapa ma? Dan apa hubungannya dengan aku?" Tanya nya penasaran.

"Nanti kamu juga bakalan tahu kok sayang!" Lanjut sang ibu. Ashima tak bertanya lagi, karena ia tahu jika bertanya lagi tak akan mendapatkan jawaban kecuali menunggu tamu istimewa nya datang.

"Ya sudah! Aku mandi dulu ya ma!" Kata nya dan pergi menuju kamar nya.

Ashima telah membersih kan tubuh dan telah melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim. Ia tak pernah meninggalkan sholat dalam keadaan apapun, ia selalu mengutamakan Allah meskipun ada urusan dunia yang lebih penting. Karena urusan dunia belum ada apa apa nya. Begitu pikirnya.

Tak lama terdengar sang ibu memanggil nama nya dan Ashima bergegas pergi untuk menjumpai sang ibu.

"Ada apa ma?" Tanya Ashima ketika sudah berada di ruang tamu.

"Tamu istimewa kita sebentar lagi sayang!" Ujar sang ibu. Ashima hanya manggut-manggut.

"Nak, apa kamu tidak penasaran dengan tamu kita?" Kali ini papa nya yang bertanya.

"Penasaran, tapi mama tidak memberitahu pa!" Ashima berujar dengan wajah memelas.

"Mm baik lah sayang, sebentar lagi kamu akan tahu kok!" Sang ibu meyakinkan anak nya.

Tak lama terdengar lah suara mobil dari luar rumah, ibu Ashima bergegas menuju pintu dan menyambut tamu yang mereka anggap istimewa.

"Hai jeng!" Sapa ibu nya Ashima pada sang tamu dan tak lupa pula cipika cipiki.

"Nuri, kamu masih cantik saja!" Puji sang tamu.

Ashima cukup penasaran siapa tamu nya, dan tak lama sang tamu masuk kedalam rumah dan dipersilahkan untuk duduk di sofa.

"Ini putri kamu jeng? Masya Allah cantik banget!" Puji sekali lagi, namun kali ini pujian nya menuju ke arah Ashima yang tengah duduk.

"Iya jeng, ini putri saya." Jawab ibu nya Ashima.

Cukup lama mereka berbincang, tak ada yang di dapat Ashima pada dua orang tamu yang tak di kenal nya. Ia mulai bosan dan berniat untuk pergi ke kamarnya.

"Ma, Ashima mau!" Ucap Ashima namun berhenti ketika mendengar salam dari seseorang.

"Assalamu'alaikum." Ucap seseorang tersebut.

Ashima terkejut bukan main, ia sangat mengenal lelaki yang kini duduk bersama keluarga nya.

"Wa'alaikumussalam." Jawab mereka serentak.

"Nah ini dia jeng, putra saya, Abrisom Rafif Ashari." Tamu tersebut memperkenalkan sang anak.

"Iya jeng, anak kamu ini yang kemarin datang kemari menjemput Ashima belajar bersama." Jelas ibu nya Ashima.

Ashima tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, ia sangat yakin bahwa pertemuan ini akan membicarakan pernikahan mereka.

"Jadi, sepakat kan putri kalian dan putra kami untuk di jodohkan? Jika sepakat maka kita harus secepatnya melangsungkan pernikahan mereka berdua." Ujar lelaki paruh baya, yang sangat Ashima yakini bahwa itu adalah ayah Rafif.

Semua yang ada di ruang tamu itu mengangguk setuju, kecuali Ashima dan Rafif. Ashima bahagia dalam hati, namun Rafif gelisah dalam hati.

"Kamu benar Zikri, untuk apa berlama lama lagi dalam pernikahan jika putra kamu dan putri kami sudah saling mengenal." Tutur papa nya Ashima.

"Ga sabar loh ya! Kita bakalan menjadi besan!" Ujar mama nya Ashima bahagia.

"Benar jeng, setelah sekian lama kita menjadi sahabat! Dan sekarang di satukan menjadi besan!" Balas ibu nya Rafif.

"Oiya! Kalian kan satu kelas, nanti setelah menikah kalian harus pergi dan pulang bareng! Jadi nanti kalian wisuda sudah berpasangan. Haduh kok jadi ga sabar ya kalian menikah secepatnya." Ujar ibu nya Ashima. Ashima menunjuk menahan malu. Jika ia tak tahu malu, mungkin ia akan berteriak sambil berkata, "Yeiy akhirnya aku bakalan menikah dengan Rafif." Begitu batinnya.

"Rafif? Kamu kok diam saja nak? Ayo dong ngobrol bareng Ashima!" Ujar ibu nya Rafif pada diri nya. Rafif hanya tersenyum simpul. Ia tak bisa menahan kegelisahan yang ia rasakan saat ini. "Aku hanya mencintai Ambar." Batin nya.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang