بسمﷲالرحمن الرحيمIzinkan aku mengagumi mu
Dikediaman Rafif dan Ashima tampak ramai orang orang berdatangan. Dari keluarga nya dan keluarga Ashima, kerabat dekat, hingga teman teman kuliah mereka.
Syukuran, begitulah mereka menyebut nya. Mengingat kandungan Ashima sudah empat Minggu atau satu bulan.
"Selamat ya Fif! Yang bakal jadi ayah." Ucap salah satu teman kuliahnya.
"Terimakasih
Doakan saja semoga berjalan dengan lancar." Jawab Rafif."Aamiin." Ucap mereka semua.
"Fif, Ashima! Kemarin Adzin menikah kalian gadateng ya ke kota?" Tanya salah satu teman mereka lagi. Rafif dan Ashima terkejut bukan main.
"Menikah? Loh, kita berdua gatau! Ahh mungkin kamu salah kabar kali Ren." Jawabnya.
"Ih serius Fif! Dela juga denger kabar nya kalau Adzin sudah menikah." Sanggah yang lain.
"Iya
Beneran apa yang dibilang Reno dan Dela! Adzin sudah menikah! Kalau Zuzu gasalah kurang lebih sudah dua mingguan gitu." Jelasnya. Rafif masih tidak percaya atas pernyataan teman teman nya, ia mengambil ponselnya dan menghubungi Adzin. Untuk beberapa saat ponsel Adzin tak aktif, "Begitukah sahabat? Tanpa ada memberitahu?" Batinnya menggerutu."Abi? Nanti abi hubungi lagi ya? Dan sekarang jangan terlalu difikirin, lihatlah di rumah kita sedang ada acara." Ashima mengingatkan sang suami, Rafif mengangguk pertanda faham.
"Kalau Adzin menikah, tega banget ya gangasih kabar ke kita semua! Setidaknya lewat pesan kan bisa!" Ujar Dela.
"Mungkin Adzin lupa kali ngabarin ke kita kita karena mendadak waktu pernikahan nya." Sahut Reno.
"Lupa dari mana? Grup WhatsApp kita itu selalu online setiap saat! Bahkan Adzin juga online." Jawab Dela dengan nada penuh penekanan.
"Loh? Kok kamu Del yang greget gitu?" Tanya Zuzu.
Dela salah tingkah, sedangkan yang lain memperhatikan penuh tanda tanya.
"Ih siapa juga yang greget sih." Bela nya.
"Haduh kalian semua lupa ya? Kalau Dela itu suka sama Adzin dari pertama masuk." Ujar Alin.
"Eh Lilin, mulut itu dijaga jangan asal nyeplos aja!" Sahut Dela tak terima.
"Udah udah! Jangan berantem ah, gaenak sama tuan rumah tuh." Lerai Zuzu sambil menunjuk Rafif dan Ashima yang hanya geleng geleng kepala.
"Maaf ya Fif, Simsim, gabermaksud ngerusak acara kalian kok!" Ucap Dela sesal.
"Tak apa Del
Kita seneng kok kalian seperti ini! Kelihatan lebih akrab!" Ujar Ashima seraya tersenyum."Iya
Dan kalian juga seperti tadi tak apa apa, acara juga sudah selesai kok!" Rafif meralat."Kalian ini memang pasangan suami istri yang baik ya? Kompak! Haduh kalau Alin liat kalian tu dikampus jadi baper sendiri." Ujar Alin. Teman temannya yang lain bergidik geli sedangkan Rafif dan Ashima tersenyum geli.
"Biasa aja Lilin! Kalau kamu seperti Rafif dan Simsim itu gabakal bisa! Yang ada kita kita yang ngeliat makin geli." Sahut Dela dengan nada kesal. Yang lain tertawa melihat tingkah Dela dan Alin yang selalu bertengkar jika bertemu. Namun jika disalahkan maka Alin lah tak terima jika pun ia benar benar bersalah.
"Oiya Simsim? Kabar Ambar gimana? Udah lama banget gadengar kabarnya loh?" Tanya Dela. Ashima terkejut karena Dela menyebut nama Ambar didepan Rafif yang tampak antusias, "Rafif sudah menjadi suami ku! Dan gaakan mungkin dia mencintai Ambar lagi." Batinnya gelisah.
Ashima menatap teman teman nya yang tampak ingin mendengar kabar Ambar, karena mereka tahu bahwa Ashima lah sahabat nya dahulu.
"Ashima tidak tahu! Dan Ashima juga tidak tahu dia sekarang dimana!" Jawabnya kikuk.
"Ambar itu orang yang baik loh! Zuzu juga pernah dekat sama Ambar sewaktu tugas kelompok! Padahal Zuzu mau banget dengar kabar Ambar." Zuzu berujar dengan nada sedih. Ashima memperhatikan Rafif yang sedang menundukkan kepala.
"Iya! Aku tahu tentang Ambar karena kami satu desa dan anaknya memang baik! Dan banyak juga yang suka sama Ambar karena kesopanannya dan akhlaknya! Termasuk aku sih juga menyukai nya." Sanggah Fa'iz.
"Ehh kalau udah paus yang ngomong panas nih telinga! Ya kalau kamu sih apa apa aja suka! Dasar playboy." Dela kesal dan melemparkan kue bakpao kewajah Fa'iz.
"Suka banget ya ngerubah nama nama orang." Sahut Fa'iz tak mau kalah.
Ashima terus memperhatikan Rafif yang diam sejak membahas Ambar. "Teman teman? Lebih baik kita makan saja dulu! Karena makanannya sudah dihidangkan." Ashima menyela agar pembahasan nya tak terlalu jauh.
"Wah iya makan! Asyik! Ayuk teman teman kita makan! Alin udah laper!" Ujar Alin dan pergi ke meja hidangan. Yang lain mengikut bak anak ayam.
"Abi? Abi kita makan dulu ya!" Ajak Ashima namun Rafif diam tak menjawab.
"Abi? Abi, pasti teringat Ambar kan? Karena mereka tadi bahas Ambar?" Tanyanya. Rafif langsung sadar dan berkata, "Bukan, bukan sayang! Sudah ya? Kita makan dulu, abi lapar."
Ashima mengangguk dan membawa Rafif menuju meja hidangan. Ia tahu bahwa Rafif teringat Ambar hanya saja sang suami berusaha menutupi nya.
"Maafkan aku! Karena aku kamu terpisah dengan Ambar!" Batinnya sambil memperhatikan Rafif yang sedang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Diam
SpiritualCinta Dalam Diam Adalah cinta terbaik yang mencintai dalam Doa.