20

2.9K 146 0
                                    


بسمﷲالرحمن الرحيم

Izinkan aku mengagumi mu

Hari ini adalah hari kedua setelah pernikahan Adzin dan Ambar. Namun sampai saat ini Adzin tidak memberitahu sang sahabat bahwa ia sudah menikah.

Ia akan mengatakan nya bahwa ia menikah dengan Ambar, cinta pertama Rafif. Sahabatnya. Tetapi Adzin hanya menunggu waktu yang baik.

Mengutak atik ponsel tak jelas yang dilakukan oleh Adzin sejak tadi. Sang istri memperhatikan nya dan mendekati sang suami.

"Abi?" Panggilnya lembut. Entah kenapa ketika Ambar memanggilnya jantung nya berdesir. "Apakah rasa cinta ini sudah ada?" Batinnya bertanya tanya.

"Iya sayang." Jawabnya.

"Sedang memikirkan apa?" Tanya Ambar yang masih dengan nada lembutnya.

"Bagaimana nanti abi balik ke Tanjung Pura untuk melanjutkan kuliah abi lagi sayang? Kamu pasti sendirian dirumah ini? Abi gaakan tega." Ujarnya. Mata mereka bertemu, Ambar menangkupkan kedua tangannya ke pipi sang suami.

"Dengarlah! Pendidikan abi lebih penting! Dan Ambar juga harus melanjutkan kuliah Ambar disini sama seperti abi, hanya saja kita dipisahkan oleh jarak!" Jelasnya.

"Kita baru saja menikah sayang? Dan gaakan mungkin abi ninggalin kamu! Apa abi harus pindah? Biar abi bisa ngejagain kamu." Tuturnya.

"Pindah? Memang nya bisa bi?" Tanya Ambar penasaran.

"Bisa dong sayang! Di kota ini juga abi punya pekerjaan." Jawabnya. Ambar mengerutkan kening, "Pekerjaan? Abi kerja apa?" Tanya nya lagi.

"Astaghfirullah
Abi lupa bilang, bahwa abi disini punya usaha olshop gamis khusus untuk pria sayang! Dan Alhamdulillah usaha abi berjalan dengan lancar!" Jelasnya panjang lebar. Ambar mengangguk pertanda paham.

"Dan Alhamdulillah juga, usaha abi bukan hanya di kota ini saja, namun usaha abi juga ada beberapa cabang dari luar kota ini! Termasuk Tanjung pura." Lanjutnya lagi.

"Alhamdulillah
Biarpun abi punya usaha dan usaha abi itu sudah bercabang cabang, namun hati tetap rendah ya? Karena jika hati kita rendah, tidak takabur, dan suka menolong tanpa pamrih itu juga dapat membantu hidup abi sukses." Sang istri memperingatkan sang suami. Adzin mengangguk seraya tersenyum dan kemudian mencium kening nya dengan lembut.

"Masyaa' Allah
Ya Ghaaliyati terimakasih atas nasehat mu! Insha'Allah abi akan mengingat nya." Ucap Adzin.

"Ambar mendukung segala pekerjaan abi asalkan itu baik lagi halal! Oiya, Ghaaliyati itu apa sih bi?" Tanyanya penasaran.

Adzin tersenyum sambil menatap bola mata Ambar dalam dalam.

"Ghaaliyati itu adalah permataku!" Jawabnya. "Maksud dari permataku itu apa sih bi?" Tanya nya lagi.

"Ghaaliyati itu permataku dalam artian permataku yang mahal atau yang berharga! Kamu itu permataku dan sangat berharga bagi ku Zaujaty." Jelasnya lagi.

"Ambar mencintai abi! Izinkan Ambar memenuhi janji Ambar sebagai seorang istri! Janji untuk selalu mentaati abi, jika Ambar taat maka Ambar taat pula pada Allah! Karena sesungguhnya ridho Allah terletak pada ridho suami." Ujar Ambar. Adzin melihat bahwa dimata istrinya tak tampak kebohongan ketika mengatakan cinta. "Apakah Engkau telah menumbuhkan cinta pada diri nya ya Allah?" Tanyanya dalam hati.

"Tenanglah abi
Ambar mengatakan cinta dari hati Ambar yang dalam! Percayalah, biarpun kita dijodohkan namun Ambar sudah mencintai abi ketika abi mengucapkan kalimat sakral didepan orang orang banyak." Lanjut nya lagi. Adzin terkejut bukan main, ternyata Ambar yang telah mencintai diri nya terlebih dahulu. "Berarti selama ini aku telah berprasangka yang tidak baik pada nya?" Tanyanya lagi dalam hati.

"Abi kenapa?" Tanya Ambar.

"Maaf, maafkan abi sayang! Sejak tiga hari kita menikah abi masih meragukan cinta kamu! Abi berpikiran bahwa kamu tidak mencintai abi, kamu hanya hormat saja karena abi adalah suami kamu." Jelasnya dengan penuh penyesalan. Ambar menggeleng seraya tersenyum manis.

"Tidak abi
Percayalah, Ambar telah mencintai abi sejak abi mengucapkan ijab qobul itu! Dan saatnya kita saling mencintai satu sama lain, karena Allah telah meridhoi cinta kita!" Penuturan Ambar mengembalikan jiwa Adzin kembali.

"Abi juga telah mencintai kamu sayang? Sejak abi mengucapkan kalimat sakral itu! Karena waktu abi menyebutkan nama kamu, itu jantung abi berdetak kencang, apalagi ketika kamu mencium punggung tangan abi." Jelas Adzin.

"Abi ada ada saja ya!" Ledek Ambar sambil tertawa kecil.

"Kenapa ketawa?" Tanya Adzin penuh kesal. Ambar berhenti tertawa dan kemudian memeluk Adzin. "Terimakasih telah menjadi imam untuk Ambar zaujy." Ucapnya tepat di dada Adzin.

"Dan abi juga berterimakasih karena sayang telah mau menjadi ma'mum untuk abi ya zaujaty." Balasnya.

Mengungkap rasa cinta tak akan sulit karena Allah telah meridhoi dua insan yang terpilih.

Allah yang telah menjadi saksi atas pengungkapan rasa cinta mereka yang sebelumnya tak pernah mencintai satu sama lain.

Namun apalah daya kita yang hanya sebagai insan yang dho'if sedangkan Allah maha segalanya.

Karena kita tak akan bisa lagi dari takdir.

وﷲاعلم

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang