17

2.8K 157 4
                                    


بسمﷲالحمن الريم

Izinkan aku mengagumi mu

Tampak seorang perempuan bercadar keluar dari sebuah taxi. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh tiga puluh namun ia baru pulang dari kampus.

Ambar Rukma Qatrannanda namanya. Ketika ia sudah berada di depan rumah, disana ada beberapa mobil, "Ada tamukah?" Tanyanya entah pada siapa.

Ia masuk dan mengucapkan salam, disambut salam nya dengan orang orang yang ada diruang tamu tersebut.

"Sayang?" Ibu Mauza memanggil nya dan Ambar menurut mendekatinya.

"Ini ma yang nama nya Ambar?" Tanya seorang perempuan yang duduk tak jauh darinya.

"Iya Nisa
Ambar akan mama jodohkan dengan adik kamu." Jawab ibu Mauza. Orang orang yang berada di ruang tamu itu tampak tersenyum bahagia, sedangkan Ambar tersenyum kikuk.

"Wah wah
Papa yakin putra kita juga mau menerima perjodohan ini ma." Ujar papa Mauza. Ambar tahu bahwa keluarga ini bergelar Mauza. Oleh karena itu ia memanggil nya dengan sebutan ibu Mauza dan om Mauza.

"Ma, Nisa panggilin Athaf dulu ya."

"Iya nak, panggil adik kamu kesini." Ujar ibu Mauza. Nisa pergi menuju kamar sang adik.

"Ternyata sudah kumpul semua ya? Maaf Adzin telat." Ujarnya.

"Iya nak tak apa! Oh iya, disamping mama ini adalah seseorang yang akan mama jodohkan dengan kamu." Ujar ibu Mauza. Adzin mengangguk.

"Ambar Rukma Qatrannanda
Dia adalah perempuan yang telah diselamatkan oleh mama kamu nak pada kecelakaan pesawat itu." Kali ini papa nya yang berujar. Adzin terkejut bukan main, "Ambar? Diakan cinta pertama nya Rafif?" Batinnya.

"Ambar?" Tanyanya tak percaya. Kedua orang tua nya mengangguk sambil tersenyum.

"Ambar? Ini putra ibu, Adzin Mauza Althaff! Dia berkuliah diluar kota yang kemarin ibu ceritakan." Ujarnya. Kali ini Ambar yang terkejut, ia sempat melihat laki laki yang akan dijodohkan dengan nya ternyata adalah, "Adzin? Diakan sahabat nya Rafif?" Batinnya.

"Adzin? Kamu kenapa nak?" Tanya ibu Mauza kepada anak nya.

"Ahh tidak ma! Tidak ada apa apa." Jawabnya kikuk.

"Ma, Ambar adalah teman Adzin sewaktu dikota! Kami satu lokal sebelum Ambar pindah ma!" Terang nya. Jika yang tadi adalah Adzin dan Ambar yang terkejut bukan main, maka sekarang kedua orangtuanya dan kakak nya lah yang terkejut bercampur bahagia.

"Wah bagus dong ma, pa! Ternyata mereka sudah saling kenal, dan bisa di percepat ini pernikahan mereka." Ujar Nisa, kakak Adzin.

"Kakak kalau ngomong jangan langsung ngegas dong kak! Mama sama papa juga belum menerima dan Ambar juga belum ada jawaban." Kata Adzin.

"Haduh Athaf! Sampai kapan kamu ngejomblo? Gamalu sama readers?" Jawab sang kakak.

"Readers juga kebanyakan jomblo kak." Balasnya.

"Sudah sudah
Mama sudah bicara pada Ambar! Ambar? Bagaimana?" Tanya ibu Mauza sambil melihat Ambar yang sedang menunduk.

Tampak Ambar berpikir sejenak kemudian mengangkat kepalanya dan berkata, "Bismillahirrahmanirrahim
Dengan izin Allah, Ambar menerima perjodohan ini!"

Semua yang ada mengucapkan rasa syukur sedangkan Adzin menatap tak percaya, "Bagaimana mungkin dia menerima perjodohan ini?" Tanyanya dalam hati.

"Eh! Sebentar lagi tuh kamu ga jomblo!" Ujar sang kakak yang hanya membuat Adzin kesal.

"Sayang? Kamu jangan ngeledekin adik kamu terus!"

"Bener itu apa kata kak Riza! Jangan ngeledekin Adzin terus!" Belanya.

"Iya mas maaf! Cuma bercanda! Iya kan Adzin adik kakak yang tampan!" Ucapnya. Adzin bergidik geli.

"Iye kak iye! Ber." Ucapannya terpotong ketika sang ibu berbicara, "Insha' Allah Minggu depan kalian akan menikah."

"Canda." Lanjut Adzin yang sempat terpotong.

Siapapun yang melihat reaksi Adzin pasti akan tertawa begitu pula dengan Ambar yang sejak tadi hanya memperhatikan keluarga yang begitu, "Harmonis." Ucapnya dalam hati.

"Bagaimana Ambar? Kamu tidak keberatan bukan?" Tanya ibu Mauza. Ambar mengangkat kepala nya lagi dan menjawab, "Insha' Allah Ambar siap bu."

"Alhamdulillah." Ucap mereka semua. "Semoga ini yang terbaik." Batinnya.

"Baiklah kalau begitu! Kita akan menentukan waktu yang baik untuk pernikahan anak kita! Cepat lebih baik bukan? Biar tidak menjadi fitnah!" Ujar papa Mauza.

"Benar pa! Adzin pasti sudah ga sabar tuh mau menikah! Cie cie yang bakal jadi suami, dan gabisa cengeng cengeng lagi!" Ledek sang kakak untuk yang sekian kali nya.

"Kak Riza! Kak Nisa juga cengeng kan kak?" Tanya Adzin memaksa.

"Tidak! Kak Nisa tidak cengeng." Jawabnya. Adzin menepuk jidat nya pertanda kalah.

Mereka tertawa bahagia begitupula dengan Ambar, ia tidak menyangka ternyata Adzin yang begitu dingin, cuek, dan datar, ternyata juga bisa membuat orang lain tertawa karena sikap nya.

"Tak apa! Ini jalanku! Aku harus menerima takdir ini dengan hati yang ikhlas! Aku lepaskan hatiku yang selama ini mengagumi Rafif dan berganti mengagumi Adzin yang akan menjadi pendamping ku kelak! Tuntun Ambar ya Allah!" Ucapnya dalam hati.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang