19

2.8K 150 0
                                    


بسمﷲالرحمن الرحيم

Izinkan aku mengagumi mu

Senja telah datang
Memberi kabar bahwa malam akan tiba
Namun Ambar masih betah berdiri memandang sang surya yang mulai tenggelam.

"Ambar?" Suara itu mengalihkan Ambar dari sang surya dan berbalik kebelakang yang sudah ada Adzin.

"Kamu kenapa?" Tanya Adzin dengan nada lembut. Ambar menggeleng seraya tersenyum. Adzin telah melihat wajah Ambar tadi siang ketika dirinya membawakan makanan untuk Ambar. Alhasil Adzin berkata lagi dalam hati, "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah lagi kamu dustakan."

"Ambar tak apa Zaujy." Jawabnya. Adzin tersenyum karena Ambar memanggilnya Zaujy.

"Benarkah Zaujaty?" Tanya nya lagi. Tertawa mereka lepas seketika balas membalas dengan panggilan zaujy dan zaujaty.

"Ini sudah mau masuk maghrib! Ayo, bersiap siaplah." Ujar Adzin.

"Siap bos." Jawab Ambar. Adzin tersenyum kemudian mencium kening sang istri. "Secepat inikah rasa cinta itu datang? Semoga saja ini cinta." Batinnya.

"Aku pergi ke mesjid dulu!" Lanjutnya.

"Berhati-hatilah." Pesannya. Adzin mengangguk dan pergi menuju mesjid. Sedangkan Ambar bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Sepuluh menit waktu dihabiskan nya untuk sholat dan Ambar pergi menuju dapur untuk menyiapkan makan malam. Ternyata di dapur sudah ada ibu Mauza yang telah menjadi ibu mertuanya.

"Assalamu'alaikum ma! Izinkan Ambar membantu mama ya?" Tanya Ambar.

"Wa'alaikumussalam iya sayang! Kamu siapkan minumannya ya!" Jawab ibu Mauza.

"Ma! Adzin makanan kesukaan nya apa ya ma?" Tanyanya sambil menuangkan minuman kedalam gelas.

"Adzin lebih suka sup ayam sayang! Dan dia gasuka yang pedas pedas." Jawab ibu Mauza. Ambar mengangguk pertanda faham.

"Terus ma? Apalagi?" Tanyanya lagi. Ibu Mauza tersenyum melihat Ambar.

"Kalau minumannya Adzin suka jus alpukat sayang!" Jawabnya lagi.

"Terus, Adzin suka ngambek kalau gaada jus alpukat nya!" Lanjutnya. Ambar terkejut, "Ngambek ma?" Tanya nya tak percaya. Ibu Mauza mengangguk, "Iya ngambek! Pernah mama lupa belikan alpukat dan ketika makan siang dia tanya kenapa jus nya gaada." Ujarnya.

"Terus ma terus ?" Tanya Ambar penasaran.

"Terus dia pergi meninggalkan kami semua yang diruang makan." Lanjutnya. Ambar menggeleng seraya tersenyum.

"Tapi dia balik lagi dan membawa empat buah alpukat." Lanjut ibu Mauza. Ambar tertawa mendengar sikap suami nya, apakah suami nya kelak seperti itu bersama nya? Hanya Allah yang tahu.

"Seperti nya mereka sudah pulang dari mesjid! Panggil suami kamu sayang!" Ujar ibu Mauza. Ambar mengangguk dan pergi ke kamar untuk memanggil Adzin.

"Abi?" Panggil Ambar lembut ketika sudah berada didalam kamar. Adzin yang sedang rebahan bangkit dengan cepat.

"Ambar? Tadi kamu panggil apa?" Tanyanya. Ambar menjawab, "Abi?"

Adzin menatap tak percaya.

"Abi? Abi baik baik saja kan?" Tanya Ambar sambil menangkupkan kedua tangannya dipipi sang suami.

"Jika kamu memanggil ku dengan sebutan abi, maka aku akan memanggil mu dengan sebutan ya ghaaliyati." Ujar Adzin.

"Ghaaliyati? Apa itu?" Tanya Ambar penasaran.

"Dikamus bahasa arab ada sayang!" Jawab Adzin dan hal itu membuat pipi Ambar bersemu merah.

"Kenapa pipi nya merah? Malu dipanggil sayang?" Lanjutnya. Ambar salah tingkah dan berhasil membuat Adzin tertawa terbahak-bahak.

"Ya ghaaliyati? Ada apa dengan kamu? Aku ini suami kamu!" Ujar Adzin masih dengan tawa nya. Ambar menetralkan keadaan nya dan memegang pipi sang suami sambil berkata, "Ayo makan! Mama sudah menunggu kita dibawah."

Adzin mengangguk seraya tersenyum kemudian merangkul sang istri menuju ruang makan.

"Dari mana saja? Kenapa lama sekali? Apa kalian tidak lapar?" Tanya sang papa bertubi tubi.

"Papa lapar kan?" Tanya balik Adzin.

"Yaa papa lapar!" Jawab sang papa.

"Lebih baik kita makan dulu pa! Adzin dan istri Adzin lapar pa!" Ujar Adzin.

"Kan papa masih bertanya tadi!" Belanya.

"Sudah pa
Nanti saja bertanya nya! Biarkan Adzin dan Ambar makan dulu!" Sanggah sang istri. Sang suami mengalah sedangkan Adzin tersenyum menang.

"Ma, pa
Dua hari lagi Insha' Allah Adzin dan Ambar akan pindah rumah!" Ujar Adzin ditengah tengah makan nya.

"Kalian baru saja menikah! Kenapa cepat sekali meninggalkan kami berdua! Apa kalian sudah tidak sayang dengan papa dan mama?" Tanya sang papa lagi.

"Sayang pa
Tetapi izinkan Adzin untuk menjadi suami yang bertanggung jawab kepada istri." Jelasnya.

"Tapi kalian baru saja!" Ucap nya terpotong.

"Papa! Makan dulu pa! Gaboleh atuh makan sambil berbicara!" Sang istri memperingatkan nya kembali.

"Iya mama sayang." Jawab sang suami dengan nada manja.

Hati siapa yang tak bahagia jika dapat berkumpul bersenda gurau bersama keluarga sudah lebih dari cukup.
Harta tak berharga jika keluarga tak lengkap. Karena harta yang sesungguhnya adalah ketika keluarga dapat berkumpul bersama.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang