بسمﷲالرحمن الرحيمIzinkan aku mengagumi mu
Mengagumi itu wajar
Mencintai itu fitrah
Namun jangan sampai diri mengagumi dan mencintai melebihi rasa kagum dan cinta kita kepada Allah. Itu lah yang dirasakan Abrisom Rafif Ashari nama nya, lelaki yang sholeh, lembut dan berwajah tampan.Rafif sapaan nya.
Diam diam ia mengagumi seorang akhwat dan sampai akhir ini ia masih mengagumi dalam diam nya. Ia tahu, rasa cinta tak akan mampu ia ungkapkan karena bagi nya rasa cinta yang sesungguhnya ialah ketika dua insan disatukan dalam ikatan yang suci.Jari jari nya mengutak-atik ponsel tak jelas. Dan tak lama terdengar suara ketukan pintu.
"Ngapain kamu?" Tanya Rafif datar.
"Mau main main aja sob." Jawab nya sambil masuk kedalam rumah.
"Oh iya, bagaimana dengan tugas kamu? Sudah selesai?" Tanya sang tamu.
Rafif menggeleng.
"Belum Adzin Mauza Althaff." Jawab Rafif sambil menyebutkan nama lengkap nya.
"Lengkap ya?" Sindir nya. Rafif cengar cengir tak jelas.
"Kamu tahu kelompok kamu?" Tanya Rafif.
"Tahu, yang pakai cadar kelompok aku." Jawabnya.
"Tukar kelompok bolehkah?" Tanya Rafif, sang sahabat mengerutkan kening.
"Tukar kelompok? Maksud kamu?" Tanyanya.
"Aku sama yang pakai cadar." Jawab Rafif tanpa sungkan.
Adzin tertawa mendengar jawaban Rafif. Ia tahu betul bahwa Rafif paling tidak suka jika sudah satu kelompok dengan akhwat, namun hari ini ia ingin satu kelompok dengan akhwat bercadar di kampusnya.
"Gausah ketawa! Sumbang." Sindir Rafif kesal.
"Hey Rafif, sejak kapan kamu sehat? Tumben mau satu kelompok sama akhwat?" Tanya Adzin setelah berhenti dari tawa nya.
"Sejak ada akhwat bercadar itu." Jawab nya singkat.
"Ceileh sahabat Adzin mulai jatuh cinta!" Ledekkan dari Adzin membuat Rafif kesal untuk yang kesekian kalinya.
"Oke oke serius
Kok kamu bisa menyukai nya?" Tanya Adzin serius.Rafif menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Adzin. Teman curhat nya memang lah Adzin, karena Adzin adalah sahabat yang selalu ada bagi nya. Rafif hanya lelaki sederhana namun Adzin lelaki berada tetapi ia tak pernah menyombongkan diri.
"Dari awal dia masuk aku sudah mengagumi nya, memperhatikan dia dalam diam, dan sekarang aku mencintainya tetapi aku tahu bahwa lelaki seperti ku tak akan pantas mendapatkan nya." Penuturan Rafif membuat Adzin mengangguk mengerti. Ia tahu betul, bahwa Rafif benar benar mencintai si akhwat bercadar tersebut, karena selama ini Rafif memang tak pernah berpacaran.
"Fif, aku yakin kamu pasti bisa mendapat nya kelak! Aku janji akan membantu mu! Dan jika sudah waktunya tiba maka halal kan lah diri nya!" Ujar Adzin sambil menepuk bahu sang sahabat.
"Kamu yakin aku bisa mendapat kan nya kelak? Jika Allah tak menjodohkan kami bagaimana?" Tanya nya.
"Takdir, maut, jodoh itu sudah Allah yang mengatur nya! Kita hanya perlu berdoa dan berusaha! So, aku saranin ke kamu, kamu jangan lupa minta yang terbaik, meminta agar kamu di jodoh kan dengan nya! Dan kamu juga harus terus memperbaiki diri." Jelas Adzin panjang lebar.
"Ingat sob
Lelaki yang baik hanya untuk perempuan yang baik. Perempuan yang baik hanya untuk lelaki yang baik." Lanjutnya seraya tersenyum sambil berkata dalam hati, "Bijak banget gue ya!""Iya iya aku akan berusaha dan berdoa agar aku bisa mendapat kan nya! Thanks sob." Ucap Rafif.
"Sip, cepet datangin orang tua nya! Minta restu sama mereka." Ujar Adzin dan membuat Rafif terbelalak.
"Gila ya? Aku aja baru kuliah, sudah disuruh datangin orang tua nya, mau makan apa nanti dia." Rafif menggerutu jelas.
"Yaelah, menikah itu ibadah! Nah kamu kan sudah mencintai nya nih, jangan sampai cinta kamu ke dia itu menjadi dosa! Alangkah baiknya jika kamu menghalalkan nya secepat mungkin, aku yakin dia gabakal nolak karena akhwat bercadar itu kebanyakan menikah muda! Dan masalah kamu mau ngasih dia makan apa? Ya itu kamu harus usaha, kan Allah membantu hamba hamba Nya yang berusaha. Dan kamu kan sudah ada kerja sampingan! Mengajar ngaji." Jelas Adzin panjang lebar. Rafif mengangguk paham, ia mencerna semua ucapan sahabat nya. "Benar juga kata Adzin." Batinnya.
"Ucapan kamu ada benar nya juga sob, aku akan menabung untuk menghalalkan nya." Jawab Rafif mantap. Adzin tersenyum bangga, karena ia berhasil meyakinkan sahabat nya.
"Aku akan selalu membantu mu." Ucap Adzin dalam hati. Ia sangat menyayangi sahabat nya, meskipun tak tampak, karena bagi nya menyayangi seorang sahabat tidak musti di ungkapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Diam
SpiritualCinta Dalam Diam Adalah cinta terbaik yang mencintai dalam Doa.