بسمﷲالرحمن الرحيمIzinkan aku mengagumi mu
Kuliah belum libur, kuliah masih aktif karena mereka belum ujian. Tetapi Adzin Mauza Althaff libur dengan sendirinya karena ia akan balik ke kota untuk sementara waktu.
Ia balik karena permintaan sang ibu, ibu nya memaksa agar ia pulang tanpa menunggu waktu libur. Al hasil Adzin menurut pasrah.
Sedang sibuk dengan ponselnya, Rafif dan Ashima datang dengan membawa satu orang anak kecil sekitar usia dua tahun, "Anak mereka kah?" Tanya Adzin entah dengan siapa.
"Assalamu'alaikum." Ucap Rafif.
"Wa'alaikumussalam." Jawab Adzin.
"Pergi hari ini juga?" Tanya Rafif. Adzin mengangguk namun mata nya tertuju pada sang anak yang sedang menatap Adzin juga.
Rafif dan Ashima tersenyum geli ketika Adzin terbelalak melihat sang anak yang sedang mengejek nya.
"Eheh anak kecil sudah berani mengejek orang yang lebih tua." Sindir Adzin.
"Anak tetangga kita pinjem, kita ajak ke taman dan kebetulan kita terus ke rumah kamu yang kata nya mau pergi hari ini." Ujar Rafif.
"Yaa, aku akan pergi hari ini dan sebentar lagi aku akan menuju bandara." Jawabnya.
"Semoga sampai tujuan dengan selamat sob! Dan semoga pulang ke sini sudah bawa gandengan." Kata Rafif lagi, Adzin terbelalak kembali.
"Gila ya! Ngapain pulang ke sini bawa gandengan? Kagak ahh mau sendiri dulu." Jawabnya. Rafif tertawa kecil mendengar ucapan sang sahabat.
"Tak usah labil sob." Sindir Rafif.
"Dulu kamu juga labil, bahkan parah lebih dari pada aku! Sampai sampai disindir readers." Balas Adzin. Jika yang tadi Adzin terbelalak maka sekarang Rafif yang terbelalak.
"Kenapa? Masih ingat kan?" Tanya Adzin.
"Ahh sudahlah, itu sudah lama." Bela Rafif.
Adzin tertawa geli.
"Abi, Noval mau balon itu, Ashima belikan bentar ya?" Tanya Ashima sambil menunjuk pedagang balon.
"Iya sayang! Hati hati ya!" Jawab Rafif. Adzin berdehem.
"Udah ada yang sayang sayangan tampak nya nih!" Sindir Adzin.
Rafif tersenyum
"Ya iyalah sob! Buruan nyusul biar abi dan ummian." Jawabnya.
"Ya iya, aku bakalan nyusul! Nanti aku tak abi dan ummian." Ujarnya.
"Terus ?" Tanya Rafif penasaran.
"Ayang dan bebeb." Jawabnya singkat. Rafif tertawa sambil memukul bahu Adzin.
"Ahh tak usah lebay." Ucap Rafif.
"Itu panggilan ABG." Lanjutnya.
"Ya siapa juga yang mau dengan panggilan itu, aku saja yang nyebut nya sudah geli sendiri." Jawabnya.
"Ahh sudahlah aku mau ke bandara, jadwal penerbangan ku dua jam lagi." Lanjutnya. Rafif mengangguk.
"Ya hati hati, dan kalau balik bawa hati." Ucap Rafif.
"Ya aku balik ke sini akan membawa hati, dan hati itulah nanti nya yang akan mendampingi ku." Jawabnya.
"Adzin Mauza Althaff lu yakin?" Tanya Rafif antusias.
"Yaa." Jawabnya singkat.
"Ahh syukurlah ternyata sahabat Rafif sudah bulat dengan tekad nya." Ujarnya sambil menepuk bahu Adzin.
"Yaa, aku akan terima jika orang tua ku menjodohkan ku dengan perempuan lain." Jawabnya.
"Yaa percayalah bahwa pilihan kedua orang tua tak akan pernah salah." Jelas Rafif, Adzin mengangguk mengerti.
"Ya sudah aku mau cabut! Mau ikut kagak ke bandara?" Tanya Adzin. Tampak Rafif berfikir sejenak dan mengangguk.
"Ajak Ashima dan anak kamu itu." Lanjutnya.
"Baiklah." Jawabnya.
Mereka memasuki taxi yang telah di pesan oleh Adzin terlebih dahulu. Tak lama sampai lah mereka di bandara.
"Om Om jelek, mau kemana?" Suara anak kecil itu membuat Adzin terbelalak untuk yang kesekian kalinya.
"Enak aja ya bilangin gua jelek, padahal kalau dibandingin sama lu, lu yang paling jelek." Batinnya.
Rafif dan Ashima tersenyum geli kembali.
"Om mau jalan jalan jelek." Jawab Adzin tepat didepan wajah sang anak kecil yang di dalam gendongan Rafif.
Noval memegang pipi Adzin sambil berkata, "Om hati hati ya?"
Ada sentuhan didalam dirinya ketika Noval berpesan. Selain tersentuh tekad nya menjadi bulat.
"Om jangan melamun." Lanjutnya. Refleks Adzin menetralkan wajah nya kembali.
"Bagaimana? Kamu pasti menginginkan menjadi seorang ayah kan? Bahkan aku saja sangat menginginkan nya!" Ujar Rafif. "Yaa, aku ingin menjadi seorang ayah, tapi aku takut tak mampu." Batinnya.
"Semoga kalian berdua diberikan momongan ya? Secepatnya." Ucap Adzin.
Rafif dan Ashima menjawab bersamaan. "Aamiin ya Allah."
"Kalau begitu aku pergi dulu." Ucap nya.
"Sob, hati hati ya? Aku selalu mendoakan yang terbaik buat kamu." Ujar Rafif. Adzin mengangguk, ia sangat menyayangi Rafif seperti adik kandung nya sendiri walaupun usia mereka hanya terpaut delapan bulan.
"Dan jangan lupa pulang bawa hati." Lanjut Rafif sumringah.
"Yee dari tadi hati terus yang di bilang! Iye iye bakalan aku kenalin nanti ke kalian berdua." Ujarnya.
"Alhamdulillah." Ucap Rafif dan Ashima bersamaan.
"Ya sudah
Aku mau berangkat Assalamu'alaikum!" Ucapnya."Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Balas mereka. Rafif menatap kepergian sang sahabat, ada rasa kebanggaan menjadi sahabat nya. "Semoga yang terbaik lah yang bersama mu sob." Ucapnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Diam
SpiritualCinta Dalam Diam Adalah cinta terbaik yang mencintai dalam Doa.