23

2.8K 156 0
                                    


بسمﷲالرحمن الرحيم

Izinkan aku mengagumi mu

Ini adalah Minggu ketiga setelah pernikahan Adzin dan Ambar. Adzin memutuskan pindah dan berkuliah di kota bersama sang istri. Ia hanya tidak ingin berpisah jauh dari Ambar dan membiarkan Ambar sendiri di rumah baru mereka.

Ambar sudah pulang dari kampus, tetapi ia hanya sendiri karena Adzin izin ke toko nya yang mengalami sedikit masalah.

Ketika Ambar membersihkan rak buku sang suami, ia menemukan secarik kertas, dan membuka nya karena penasaran.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sepucuk surat untuk istri ku ;

Bismillahirrahmanirrahim

Yaa Ghaaliyati
Aku sangat bersyukur kepada Allah atas pernikahan ini, atas dipilihnya engkau sebagai pendamping ku, atas dipilihnya engkau sebagai kekasih ku.
Aku juga bersyukur bahwa Allah telah mempertemukan aku dengan mu untuk menjalani sisa kehidupan ini bersama mu.

Yaa Zaujaty
Aku bukanlah manusia sempurna yang terbebas dari salah.
Aku hanyalah seorang hamba yang ingin menyempurnakan separuh agama, melaksanakan sunnah nabi seperti para sahabat ku lainnya.
Aku hanyalah seorang pengembara yang baru saja menemukan pulau tambatan hati, setelah sekian lama terombang ambing dalam gelombang kebingungan dan kebimbangan, hingga Allah menurunkan rezeki nya kepada ku berupa diri mu sebagai tempat pelipur lara, sebagai tempat berkasih sayang, sebagai tempat berkeluh kesah, sebagai tongkat petunjuk jalan, sebagai pelita dalam kegelapan, sebagai embun dikala dahaga, sebagai tempat berteduh dikala panas, sebagai selimut dikala dingin, sebagai peredam duka dikala emosi, sebagai tempat berpangku mesra dikala gundah gulana dan sebagai tempat mengadu dikala ragu dan buntu.

Yaa Habibi
Aku menyadari siapa diriku, maka aku tak ingin meminta lebih kepada mu, aku tak ingin engkau secantik Zulaikha, atau secerdas Aisyah, atau sezuhud Khadijah, atau semulia Maryam.
Aku juga tak ingin engkau seshalihah Asiah yang bersuamikan Fir'aun. Tetapi aku hanya ingin engkau seperti apa ada nya, yang menangis dikala sedih, yang marah dikala terluka dan tersenyum dikala bahagia. Aku tak menginginkan engkau sesempurna istri sang nabi, sebab aku sadar bahwa aku pun tidak sesempurna beliau. Yang aku inginkan adalah bahwa kita saling menjaga agar bisa meneladani sikap mereka.

Istri ku sayang
Begitu banyak yang aku bicarakan lewat selembar kertas putih dan tulisan bertinta hitam. Namun, engkau masih setia membacanya. Dan aku juga berharap bahwa engkau tetap setia bersama ku sampai Allah berkata "waktunya pulang".

Istri ku Ambar
Jika kelak aku tak bisa lagi menjaga mu, maka itu berarti tugas ku telah selesai, selesai menjadi seorang suami. Ahh aku tak bisa membayangkan bila itu benar benar terjadi. Tetapi berdoa lah pada sang Rabbi bahwa kita akan di pertemukan-Nya kembali di jannah-Nya.

Sayang?
Aku mencintaimu karena Allah
Kita dipertemukan juga karena Allah
Ingatlah, bahwa aku tetap setia bersama mu; Hari ini dan seterusnya.

انااحبك فیﷲياغاليتی

~Adzin Mauza Althaf~

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tersenyum saat membaca secarik surat dari sang suami, membayangkan hari hari nya bersama sang suami.

Ambar melihat jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh tigapuluh, namun sang suami tak kunjung pulang. "Ya Allah, lindungi suami hamba." Doa nya ketika nomor sang suami tak bisa di hubungi.

Mondar mandir diruang tamu, membuat diri nya khawatir, cemas, dan gelisah menunggu sang suami tak kunjung pulang. Beberapa kali ia hubungi Adzin namun masih dengan hasil yang sama.

Ia haus, kemudian ia pergi ke dapur untuk mengambil minum. Ketika diri nya kembali keruang tamu, lampu di seluruh rumahnya mati tanpa aba aba. "Mati lampu?" Katanya.

"Sayang?" Ambar mencari cari suara itu, namun keadaan disekitar masih gelap. "Abi kah itu?" Tanyanya.

Tak lama rumah kembali terang karena lampu lampu telah hidup, dan di ruang tamu sudah ada Adzin berdiri di belakang Ambar sambil membawa kue dan bunga mawar. Ambar menoleh dan betapa bahagianya ia ketika mendapati sang suami dengan senyum manisnya. "Abi? Masyaa' Allah, Abi buat khawatir Ambar." Ujarnya antara bahagia, sedih dan khawatir.

"Maafkan abi sayang! Abi hanya ingin berlaku romantis kepada mu!" Jawabnya sambil mengelus kepala sang istri.

"Kenapa musti romantis bi? Jika surat abi saja sudah romantis!" Ujar Ambar. "Kamu sudah baca sepucuk surat itu?" Tanyanya. Ambar mengangguk.

"Ana uhibbuka fillah yaa zaujy." Ucap Ambar. "Ana uhibbuki fillah aidhon ya zaujaty." Balas Adzin kemudian memeluk sang istri. Cukup lama mereka berpelukan hingga akhirnya pandangan Ambar tertuju pada sebuah kue yang diletakkan dimeja. "Ambar mau kue itu bi!"

"Ahh iya sayang! Kamu sih mau dipeluk terus." Ujar Adzin yang membuat pipi Ambar merah merona. "Yah, penyakit nya kambuh lagi." Lanjutnya. Ambar mengerutkan kening,"Penyakit apa bi?"

"Penyakit pipi merah merona." Jawabnya yang penuh nada penekanan. Ambar manyun dan menarik hidung sang suami. "Abi? Udah ah bi, Ambar mau kue nya." Ujar Ambar. Ia benar benar malu jika Adzin menggoda nya. "Masyaa'Allah! Suami ku begitu romantis! Ambar bersyukur ya Allah! Terimakasih." Ucapnya dalam hati sambil memperhatikan sang suami yang sedang menyuapi nya.

"Abi ganteng ya?" Tanya Adzin sambil tersenyum nakal. Ambar tersenyum dan menjawab, "Biasa saja." Dengan cepat Adzin mencium pipi Ambar dan berkata, "Tapi dirindukan juga." Ambar tersenyum malu untuk yang kesekian kalinya.

Rumah tangga dibawah naungan Allah, menumbuhkan hasil kebagiaan diantara Adzin dan Ambar. Berharap sang Rabb kelak menyatukan mereka didalam jannah-Nya.

Aamiin ya Rabbal 'Alamin

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang