27

3.1K 147 2
                                    


بسمﷲالحمن الرحيم

Izinkan aku mengagumi mu

Setiap pertemuan ada perpisahan dan setiap perpisahan ada pertemuan. Melepas rindu setelah sekian lama tak bertemu.

Acara wisuda telah usai, berfoto bersama juga usai, berbagai macam gaya mereka ambil namun tak menunjukkan sisi kelelahan.

Saat ini mereka berada dirumah Adzin dan Ambar, duduk diruang tamu bak duduk dirumah sendiri.

Ambar datang sambil membawa minuman dingin dan ikut duduk bergabung bersama mereka.

"Jadi, bagaimana kalian bisa bertemu dan berakhir menjadi suami istri?" Tanya Zuzu, pada yang berperawakan tak suka berbasa basi. Yang lain mengangguk menanyakan hal serupa kecuali Rafif dan Ashima yang hanya menjadi pendengar setia.

"Ceritanya panjang." Jawab Adzin seraya tersenyum. "Yaelah Dzin, mana tahu aja cerita kalian bisa dibuat novel sama si Rafif." Sahut Reno sambil melirik Rafif yang sedang tersenyum kikuk.

"Ayolah ceritakan?" Mohon Alin melas. Adzin menarik nafas sebelum bercerita. "Kami menikah karena dijodohkan." Ujarnya. "Terus, terus?" Tanya Alin tak sabaran. "Nabrak tembok kalau terus." Sahut Fa'iz dan mendapatkan jitakan dari Coky yang untuk kedua kalinya. "Itu tangan diborgol seharusnya." Ujar Fa'iz tak terima. "Kalian diem, cerita Adzin dan Ambar belum selesai." Tukas Zuzu. "Lanjut Dzin."

"Pesawat yang Ambar naiki kecelakaan, jatuh kedalam hutan! Alhamdulillah Ambar selamat dari tragedi itu." Lanjut Adzin, Ambar menunduk. Adzin tahu bahwa Ambar bersedih mengingat kembali kecelakaan itu kemudian Adzin merangkul Ambar dan meletakan kepala sang istri di dadanya. Ambar terisak dan menjadi pertanyaan teman temannya. "Loh? Ambar kenapa menangis? Kan kamu selamat dari kecelakaan itu." Alin bertanya.

"Allah menolong Ambar! Tapi, ibu, paman dan bibi nya tak terselamatkan, mereka telah menghadap Ilahi." Lanjut Adzin, teman temannya terkejut termasuk Rafif dan Ashima. "Ya Allah."

"Setelah dua hari jatuhnya pesawat itu, barulah Ambar ditemukan dalam kondisi luka luka! Orang orang segera membawa Ambar ke tenda agar diberikan perawatan medis! Papa, memperhatikan Ambar yang selalu menyebut ayah! Kemudian papa berniat membawa Ambar kerumah sakit agar cepat diobati! Mama datang, dan menanyakan kabar Ambar yang waktu itu sedang koma." Ambar semakin terisak dibahu sang suami, Adzin menenangkan nya. "Maaf teman teman, seperti nya cerita nya nanti saja! Kalian lanjutkan makan dan minumnya." Lanjut Adzin. "Iya! Maafin kita iya Ambar? Seharusnya, kecelakaan itu tak di bahas lagi." Zuzu berujar sedih.

Tak ada lagi yang bertanya, semua diam walau masih berharap cerita dilanjutkan.

Ashima permisi kekamar mandi, Hingga tiba di kamar mandi tumpahlah air mata yang sejak tadi ia tahan.

"Ternyata, banyak yang harus kamu terima Ambar? Kehilangan Rafif yang hendak mengkhitbah kamu dan kehilangan keluarga kamu! Maafkan aku Ambar, seharusnya aku tak boleh egois! Coba saja waktu ditaman itu aku mengikhlaskan Rafif yang akan menikahi mu, tapi aku bodoh, aku bodoh, aku lari karena tak terima jika kalian akan menikah! Sahabat macam apa aku ini! Sahabat yang hanya mementingkan diri sendiri." Ashima merutuki dirinya sambil menangis.

Terdengar suara ketukan pintu bergegas Ashima menghapus air mata nya dan membuka pintu.

"Ambar?" Ashima terkejut melihat Ambar lah yang mengetuk pintunya.

"Kamu tak salah! Aku sudah mengikhlaskan semuanya! Percayalah, Rafif menikah dengan mu bukan salah kamu, dan kehilangan keluarga ku juga bukan salah kamu! Kamu tidak ada peran dalam kehilangan orang orang yang aku sayangi." Ujar Ambar sedih, mata nya sembab karena menangis begitupula dengan Ashima.

"Maafkan aku Ambar?" Ucap Ashima memeluk sang sahabat yang sangat ia rindukan.

"Aku sudah memaafkan mu walaupun kamu tak bersalah!" Jawab Ambar.

"Tapi tetap saja aku salah!" Ashima masih terus menyalakan dirinya, menangis dalam pelukan sang sahabat.

"Kamu memang salah karena masih saja menangis seperti anak kecil! Berhentilah menangis ummi Ashima!" Ujar Ambar.

"Kamu sudah tahu aku punya anak?" Tanyanya setelah melepaskan pelukannya.

"Iya aku tahu kok semuanya! Adzin sudah cerita semuanya tentang kalian!" Jawab Ambar seraya tersenyum.

"Masyaa' Allah
Kamu masih bisa tersenyum iya setelah apa yang terjadi! Tadi nangis terus." Ledek Ashima kesal.

"Tadi karena teringat keluarga ku saja Ashima, meninggalnya mereka semua di hadapan ku! Siapa yang tidak kaget." Jawabnya.

"Iya sudah
Yang berlalu biarlah berlalu, aku yakin, ayah dan ibu kamu sangat bangga sama kamu yang sekarang, Ambar yang periang, Ambar yang cantik nan shalihah! Masyaa' Allah wanita surga bidadari dunia." Tutur Ashima.

"Kamu juga wanita surga bidadari dunia!"

"Tapi, kita tetap sahabat kan?" Tanya Ashima.

"Masih dong! Dari dulu sampai sekarang kita tetap sahabat!"

"Alhamdulillah." Ucap Ashima kemudian memeluk Ambar yang kedua kalinya.

Teman boleh banyak, tapi sahabat cukup satu namun selalu mengingat kan dalam hal kebaikan, memaafkan dalam setiap perbuatan, dan mendoakan di kala berjauhan.

Berahabatlah dengan orang shaleh maupun shalihah jika menasehati menampar di hati dan janganlah bersahabat dengan orang yang suka membelai pipi mu namun tak mau menasehati mu di kala salah.
Wallahu yahdik.

Cinta Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang