"Tuhan, apakah ini jawaban dari segala yang hamba do'akan. Ataukah ini waktu terbaik yang Kau rencanakan untuk hamba"
* * *
Setelah menunggu beberapa bulan, akhirnya waktu yang dinanti tiba. Pagi yang hangat dengan bulatan matahari pagi perlahan beranjak naik menyinari kota Mataram, seorang tukang pos tiba di hadapan gerbang kontrakannya. Reandra merasa bingung dengan kedatangan laki-laki muda tersebut. Pikirannya mulai bertanya-tanya seiring langkahnya berjalan menghampiri laki-laki itu. Senyum terlempar melengkung indah di wajah laki-laki pengantar surat itu.
"Apa benar ini dengan Pak Reandra?" tanya laki-laki bertopi itu.
"Iya benar," jawabnya penasaran.
"Ada surat untuk anda Pak," Laki-laki itu menyodorkan surat berbungkus amplop berwarna coklat. Surat yang sama seperti setahun yang lalu.
"Terima kasih Pak," ucapnya menerima amplop itu.
Reandra semakin tidak sabar ingin membuka amplop itu setelah ia melihat logo yang tertera di depan amplopnya, ia pun mempercepat langkahnya menuju teras. Perlahan ia membuka amplop itu, tidak lupa ucapan Basmalah mengawalinya. Bibirnya tersenyum membaca surat itu, ucapan syukur terlontar dari mulutnya sembari ia mengangkat tangannya.
"Tuhan, apakah ini jawaban dari segala yang hamba do'akan. Ataukah ini waktu terbaik yang Kau rencanakan untuk hamba," ucapnya dengan surat masih dipeganginya.
Sejenak ia pun terduduk kembali. Tiba-tiba pikirannya kembali menyelami masa lalu, ingatannya mengingat jelas kata-kata seorang wanita tua yang selalu menyemangatinya selama ini. Meskipun kini telah menghadap Tuhan, namun ia masih mengingat jelas doa seorang ibu yang begitu tulus terpanjatkan saat malam sebelum keberangkatannya ke kota Mataram saat itu.
Lamunannya dikagetkan oleh bunyi ponsel yang berdering cukup keras dari dalam kamarnya yang terletak tidak jauh dari teras. Sebuah panggilan masuk dari Jay.
"Hallo Jay,"
"Iya Ndra. Bisa ketemu di tempat biasa gak Ndra, ada hal yang ingin saya bicarakan,"
"Oke. Jam berapa?"
"Paling sorean aja,"
"Okey sampai ketemu disana,"
*****
Jay telah sampai dengan mobilnya, ia mencari tempat parkiran yang sejuk. Ia Kemudian melangkahkan kakinya menuju sebuah meja yang masih terlihat kosong, tidak lama ia duduk seorang pelayan menghampirinya dan menyerahkan buku menu. Senyum ramah pelayan itu di sambut dengan baik oleh Jay.
"Silahkan Pak, mau pesan apa?" ucap pelayan itu.
"Emm... Ice coklat, choco banana, cheesy fries dan ice vanilla latte satu," jawab Jay dan kemudian menyerahkan kembali buku menunya.
"Oke Pak," ucap pelayan itu dan meninggalkan Jay.
Sepuluh menit berlalu. Reandra sampai dan menghampiri Jay yang sedang duduk santai menikmati pemandangan laut yang selalu indah dan tidak pernah berubah, selalu memberikan irama yang begitu menyenangkan di pendengaran tiap kali menerpa karang. Hanya saja mereka tidak lagi bersama Heldy yang selalu terlihat heboh tiap kali duduk bersama ditempat ini, karena tempat ini merupakan tempat favoritnya.
"Hai Jay. Uda lama, sorry. Si hijau agak ngambek tadi dijalan." Senyumnya melebar menghinggapi wajahnya.
"Gak apa-apa Ndra, aku juga baru nyampe. Ganti aja tu motor sama yang baru," Jay tertawa meledek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta diujung Istikharah [END]✓
SpiritualIstikharah Series #2 ~ ~ ~ ~ "Tuhan selalu punya rencana yang lebih indah dari impianmu" adalah sebuah kalimat yang selalu memotivasi laki-laki bernama Reandra, ia tidak pernah menyerah meraih segala impiannya. Tidak mudah baginya meraih semua yang...