"Apakah ini adalah rencana Tuhan ataukah Tuhan sengaja mempertemukan aku dengan orang sebaik mereka? Lalu kejutan apa lagi yang akan Tuhan tunjukan untukku"
* * *
Pagi tiba dengan segala kejutan dan cerita indah yang akan tertinggal di pulau ini. Mereka dari tadi telah menunggu kedatangan kapal yang akan membawanya ke kota Mataram. Tidak menunggu lama lagi, mereka segera masuk dan kapal mulai berjalan. Perlahan pandangannya semakin menjauh dari pulai eksotis itu. Berbagai cerita telah tercipta dengan rapi dan menyenangkan. Tiupan angin laut seakan mengucapkan sampai jumpa lagi kepada mereka. Reandra yang duduk bersebelahan dengan Mentari, memandang gadis berambut sedikit coklat itu yang dari tadi pandangannya tidak bisa lepas dari pulau itu.
"Nanti kita akan datang lagi suatu saat nanti untuk liburan. Kamu suka pulau itu?" ucap Reandra mengejutkan lamunan Mentari.
"Mentari hanya tersenyum. Iya Ndra, aku belajar banyak hal dari tempat ini dan juga dari kalian. Semoga kita bisa kesini lagi setelah aku balik dari Bandung"
"Kapan kamu ke Bandung?"
"Mungkin besok atau lusa, untuk menyelesaikan skripsiku. Oiya makasih Ndra udah bantuin aku mendapat banyak informasi mengenai budaya Nusa Tenggara Barat"
"Iya Tar. Aku juga senang bisa membantumu." Reandra menatapnya dengan hangat.
"Oiya Ndra, aku kemarin ditelpon mami. Aku banyak cerita soal kalian sama mami dan ia ingin mengundang kalian makan malam di rumahku nanti malam. Jujur sih baru kalian teman yang diundang makan malam sama mamiku. Dia ramah kok, baik, dan murah senyum kayak aku." Mentari terkekeh.
Reandra spontan tertawa mendengar Mentari memuji ibunya yang seperti dia, "Okey deh, karena ini permintaan mamimu. Kami pasti datang. Mereka pasti setuju kok." Reandra menatap Heldy dan Jay yang sedang sibuk berbicara.
"Gitu donk," ucapnya dengan penuh semangat. Senyum semakin memekar seperti mawar yang merekah. Sangat indah. Senyum yang sama dari wanita berbeda. Senyum yang sangat ia sukai.
Perjalanan sudah hampir sampai, tanpa terasa percakapan itu membuat mereka lupa waktu. Seakan berharap jaraknya masih jauh lagi. Kapal merapatkan diri di dermaga kecil. Semua penumpang keluar satu per satu. Sesampai di parkiran, mereka pun berpisah dengan Mentari yang berbeda mobil dengan mereka.
*****
Malam kini tiba, mobil mereka telah sampai didepan rumah Mentari. Reandra belum memperhatikan sekelilingnya. Mereka keluar dari mobil dan melihat Mentari telah menyambutnya dengan senyum hangat dan juga gaun yang indah dengan model rambut yang sedikit berbeda.
Reandra begitu terkesimak dengan apa yang dia lihat dihadapannya. Seperti bidadari kayangan yang sedang menyambutnya. Tanpa menunggu lama Mentari mengajak mereka masuk dan memperkenalkannya kepada kedua orang tuanya. Perlahan langkah mereka melewati pintu dan kedua orang tuanya telah menyambutnya dengan penuh ramah. Belum Mentari memperkenalkan mereka, betapa terkejutnya Reandra dan Heldy ketika bertemu dengan Bu Rose.
"Ibu Rose," ucap Reandra dengan nada terkejut.
"Reandra. Heldy. Jadi kalian temannya Mentari yang banyak diceritakan itu."
"Jadi....mami kenal sama mereka?" sahut Mentari dengan penuh tanya.
"Iya kenal lah Tar, dulu Reandra dan Heldy yang mengantarkan dompetmu yang hilang itu," jelas Bu Rose.
Mentari masih bingung dengan apa yang ia lihat malam ini. Segalanya seperti sudah diatur oleh Tuhan. Dia tidak pernah menduga kalau merekalah yang sudah baik hati mengantarkan dompet yang telah membuatnya pusing tujuh keliling ketika dompet itu hilang. Reandra juga yang telah membantunya dalam penelitian. "Apakah ini adalah rencana Tuhan ataukah Tuhan sengaja mempertemukan aku dengan orang sebaik mereka? Lalu kejutan apa lagi yang akan Tuhan tunjukan untukku," bisiknya dalam lamunan.
"Tar, kamu baik-baik aja?" tanya Bu Rose.
"Iya mi," jawabnya gugup. "Oh ini Jay. Sahabat Reandra dan Heldy," ucapnya kemudian.
"Yaudah, makanan sudah siap. Bincang-bincangnya di lanjut sambil makan aja ya," ujar papi tirinya Mentari dan mengajak mereka menuju ruang makan.
Makanan telah tersajikan dengan berbagai jenisnya, meskipun tidak ada makanan kesukaan mereka. Namun mereka sangat menikmati hidangan makan malam yang disajikan. Reandra maupun Mentari masih melamun menatap makanan yang ada di meja. Sementara yang lain sedang sibuk mencicipi hidangan istimewa ini.
Reandra terus berpikir tentang ucapan Heldy saat itu "jangan-jangan dia jodohmu Ndra". Meskipun dengan nada bercanda tapi kenyataannya Tuhan mempertemukan kembali dengan keluarga ini. Reandra terus bersi keras menepis kesimpulan yang Heldy sampaikan saat itu.
"Lombok itu kecil, wajar saja sih kita bertemu dengan orang yang sama hingga beberapa kali. Apalagi ini baru dua kali, mungkin kebetulan." Mencoba menangkis bisikan hatinya.
Begitu pun Mentari, perasaannya masih bingung, pikirannya masih menyimpan tanda tanya besar. Tuhan mempertemukannya dengan Reandra dengan cara yang tidak ia duga-duga. Ia tidak habis pikir kenapa harus Reandra yang menemukan dompetnya. Pasti semua ini bukanlah hal yang kebetulan.
Tuhan seperti telah membuat skenario untuk hidupnya. "Apakah Reandra adalah jodohku. Jika emang benar, kenapa Tuhan belum menyatukan hati kami. Apa emang ini bukan waktu yang tepat. Ada apa denganku, aku mengakui bahwa aku jatuh cinta sama kamu Ndra. Entah itu benar atau tidak. Tuhan akan selalu menuntun hatiku," ucapnya dalam hati.
"Loh, kok makanannya diliatin aja. Ini makanan khas sunda. Gak terlalu pedes dan ini buatan Mentari semuanya. Katanya special gitu." ledek Bu Rose tertawa.
"Apaan sih mi. Ayo Ndra di cicipi," ucapnya dengan wajah kembali memerah.
"Iya Tar," jawabnya gugup.
"Gimana, masakan Mentari enak kan? Siapa dulu donk maminya." Bu Rose kembali tersenyum lebar.
"Top deh. Kamu pinter masak juga ya Tar, kirain anak mami yang manja." Heldy tertawa.
Suasana yang begitu ramah dan akrab membuat mereka begitu menikmati makan malam yang menyenangkan ini. Tanpa terasa waktu telah larut. Mereka pun pamit dan berlalu seiring mobil mazda itu keluar dari gerbang rumah Mentari. Berbeda dengan Reandra, pertemuannya dengan Bu Rose malam ini semakin membuatnya bertanya-tanya tentang Mentari.
"Apakah kamu adalah pilihan Tuhan untukku. Segala hal yang telah kita lewati seakan semuanya telah direncanakan oleh Tuhan." Tanda tanya besar terus menghiasi pikirannya sepanjang perjalanan pulang.
*****
TBC...
Bagaimana perasaanmu jika ternyata orang yang kamu sukai adalah orang yang pernah hadir di masa lalumu?
Berikan komentarnya ya, jika suka ceritanya. Jangan lupa vote ya. Thanks ya Guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta diujung Istikharah [END]✓
SpiritualeIstikharah Series #2 ~ ~ ~ ~ "Tuhan selalu punya rencana yang lebih indah dari impianmu" adalah sebuah kalimat yang selalu memotivasi laki-laki bernama Reandra, ia tidak pernah menyerah meraih segala impiannya. Tidak mudah baginya meraih semua yang...