"Entah kenapa mengagumimu adalah hal yang menyenangkan. Menikmati hadirmu lewat lamunanku dan ku damaikan rinduku lewat senja yang indah ini"* * *
Empat bulan berlalu. Untuk pertama kalinya Mentari menikmati musim panas di Berlin sejak ia kembali ke kota masa kecilnya. Ia mengunjungi sebuah taman sendirian hanya untuk menikmati senja yang selalu ia rindukan. Dengan earphone menempel di telinganya mendengar lagu Malaikat Baik miliknya Salshabilla Adriani.
Mentari duduk di sebuah kursi kayu panjang yang ada sekitaran taman, menenangkan pikiran, menikmati alunan musik favoritnya. Meskipun ia tinggal di eropa, tapi ia mencintai musik-musik Indonesia. Matanya mengedar ke segala arah setelah menegukkan mineral water yang ia bawa.
Ia memperhatikan orang-orang yang sedang bersama keluarganya. Meskipun kedua orang tuanya harus menjalani kehidupan masing-masing, namun ia sangat mencintai kedua keluarganya, baik yang di Indonesia maupun di Berlin sendiri.
Pikirannya tiba-tiba teringat seseorang yang begitu mengagumi senja. Seseorang yang selalu tersenyum ketika langit melukiskan keindahan yang begitu menakjubkan saat senja tiba. Seseorang yang bahagia saat menikmati warna jingga matahari yang akan terbenam, membuatnya tak henti bersyukur mengagungkan karya Tuhan yang paling sempurna itu.
"Tuhan, tolong jaga dia ya. Jika merindukannya adalah sebuah kesalahan. Maka ku hanya bisa titipkan do'a terbaik untuknya agar ia selalu bahagia," ucapnya
Tiba-tiba garis bibirnya melengkung ke atas setelah ia mengucapkan kalimat do'a itu. Seolah ia begitu yakin Tuhan akan mempertemukannya lewat sebuah kejutan yang indah.
Ia selalu ingat, seseorang yang sangat optimis mengajarkannya satu hal.
"Jika kita selalu berdo'a kepada Tuhan, Tuhan pasti ngabulin do'a kita, diwaktu yang tepat"
Kalimat itu tidak pernah hilang dari benak Mentari, sebuah kalimat motivasi dari seseorang yang sangat ia kagumi.
Ia pun kembali tersenyum-senyum sendiri saat mengingat masa-masa di Indonesia bersama Reandra di Gili Trawangan, Udayana Park dan kedai kopi favoritnya sama Reandra, dan masa-masa saat bersama-sama melihat senja di pantai Senggigi.
Mentari kemudian membuka foto-foto di galeri ponsel miliknya. Gambar Reandra mendominasi isi galeri tersebut, hampir semua hasil potretannya adalah punggung Reandra, pipi Reandra dan satu gambar foto selfi bersamanya saat itu. Hatinya seolah berbisik ketika ia merindukan sosok laki-laki yang romantis juga humoris itu.
"Apa kabarmu di sana? Entah kenapa mengagumimu adalah hal yang menyenangkan. Menikmati hadirmu lewat lamunanku dan ku damaikan rinduku lewat senja yang indah ini." ucapnya mengiringi senyum yang melekat di wajahnya.
* * * * *
Sehari setelah liburan panas di Berlin, Reandra langsung menuju kampus yang akan menjadi tempat ia menempuh pendidikan masternya, Freie Universitat Berlin merupakan salah satu kampus terbaik dikota Berlin. Ia yang berencana pindah dari asrama mahasiswa untuk tinggal di apartemen.
Ia mencari informasi tentang apartemen yang disewakan, karena mencari tempat tinggal di kota Berlin sangat sulit. Namun keberuntungan masih berpihak kepadanya, Tuhan memberinya kemudahan. Matanya tertuju pada papan informasi itu. Ia dapati sebuah apartemen yang bisa disewakan berdua. Kebetulan sekali apartemen itu milik mahasiswa asal Indonesia juga bernama Dino, nama yang tertera di papan informasi itu. Segera ia mencatat nomor telpon dan emailnya.
Keesokan harinya ia meluncur ke apartemen tersebut setelah memperoleh persetujuan dengan Dino. Tidak terlalu jauh dari kampus, sekitar belasan menit ia sampai pada kamar nomor 102. Ia mendapati laki-laki kulit sawo matang berambut coklat membuka pintu dan mempersilahkan Reandra masuk dengan begitu ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta diujung Istikharah [END]✓
DuchoweIstikharah Series #2 ~ ~ ~ ~ "Tuhan selalu punya rencana yang lebih indah dari impianmu" adalah sebuah kalimat yang selalu memotivasi laki-laki bernama Reandra, ia tidak pernah menyerah meraih segala impiannya. Tidak mudah baginya meraih semua yang...