"Senyum itu indah terlihat, membuatku tak bisa berkata. Sungguh, kamu karya Tuhan yang paling anggun"
* * *
Reandra mulai menyeruput hot vanilla latte yang telah ia pesan di sebuah kantin yang tidak jauh dari kampusnya. Pikirannya sedikit kalut setelah seharian menempuh Ujian Akhir Semester, mata kuliah eksak yang tidak terlalu sulit baginya namun tetap membutuhkan banyak berpikir dalam menyelesaikannya. Tidak boleh asal-asalan apalagi ini adalah sebuah UAS yang dimana 50% nilai bergantung dari hasil UAS ini, ia pun harus terus konsisten untuk menjaga IPKnya tetap di atas standar yang disyaratkan, jika tidak maka beasiswanya akan dicabut atau akan dikurangi lima puluh persennya.
Beberapa menit kemudian, Heldy dan Jay tiba di kantin, didapati Reandra sedang melamun. Entah apa yang membuat pikiran Reandra begitu melayang, bukan hanya karena ujian yang telah ia lewati dengan melelahkan, namun ada rindu yang terselip dalam lamunannya kepada orang yang begitu ia cintai, dua wanita terhebat yang selalu mendo'akannya dari kejauhan.
Wanita yang tidak pernah lelah berjuang untuk impian putranya juga do'a seorang adik yang selalu diselipkan untuk kakak terhebatnya.
"Hei Ndra, Ngelamunin siapa sih? Serius amat?" ketus Heldy yang menghampiri Reandra bersama dengan Jay.
"Iya nih, ampe kita datang pun kamu gak tau," ejek Jay tertawa.
Reandra terkejut dan membalikan badannya. "Eh, kalian. Kapan sampainya, kayak hantu aja kalian berdua"
"Tuh kan, kelebihan pintar sih, jadi lamunannya ketinggian," ledek Heldy sambil mengambil kursi di sebelahnya.
"Muji atau ngeledek nih," Reandra tertawa yang disambut tawa oleh Heldy juga Jay.
Reandra tidak terlalu merespon candaan sahabatnya itu. Dia tidak ingin menceritakan apa yang membuatnya melamun. Karena untuk soal ini, cukup ia dan Tuhan yang tahu.
"Ujian kita tinggal besok nih Guys, dua mata kuliah yang melipat-lipat jaringan syarafku saking susahnya minta ampun," ucap Heldy sambil bahunya disandarkan di sandaran kursi dengan tangan dilipatkan di dadanya.
"Makanya belajar, jangan telponan mulu sama cewek gak jelas itu," sahut Reandra ngeledek.
"Cewek mana, uda break. Bosen pacaran terus guys," tangkisnya.
"Terus bagaimana Ndra, ada solusi? mungkin kamu punya trik-trik jitu untuk hadapin ujian besok. Masa harus dapat E, malu donk Ndra," ujar Jay dengan nada sedikit serius. Begitulah Jay, tidak bisa main-main menghadapi ujian semester.
"Gini aja, nanti malam ke rumah Heldy aja. Kita ngumpul disana. Bundanya kan baik, pasti banyak kue juga nanti. Gimana Hel, setuju?" tanya Reandra.
"Oke... oke... Gampang kalau itu. Nanti malam jam 8 ya," Heldy mengacungi jempol.
"Gitu donk, baik dikit sama anak kos. Biar rezeki lancar," ledek Jay setelah selesai meneguk minuman yang dari tadi telah diam di hadapannya.
"Tapi kalian janji, jangan cerita macem-macem sama bundaku," pinta Heldy.
"Okey. Siap bos," Reandra dan Jay tertawa.
* * *
"Assalamualaikum, malam Pak," sapa Reandra saat sampai di depan pintu.
"Walaikumsalam, Oh Reandra. Apa kabar, lama gak kesini," seru laki-laki berambut putih dengan kacamata Plus menempel di wajahnya sambil menurunkan koran yang menutup wajahnya. Ayah Heldy bernama Rahman. Teman-teman Heldy biasa memanggil Pak Man.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta diujung Istikharah [END]✓
SpiritualIstikharah Series #2 ~ ~ ~ ~ "Tuhan selalu punya rencana yang lebih indah dari impianmu" adalah sebuah kalimat yang selalu memotivasi laki-laki bernama Reandra, ia tidak pernah menyerah meraih segala impiannya. Tidak mudah baginya meraih semua yang...