"Aku menyadari bahwa Tuhan nyiptain kamu hanya sebatas untuk mencintaimu, bukan memilikimu"* * *
Hot vanilla latte dengan sedikit gula
Sebuah tulisan di kertas putih itu terlampir bersama secangkir latte yang dibawakan pelayan cafe itu. Serentak hati Mentari terkejut. Pikirannya melayang, seolah ada sesuatu yang menyita lamunannya. Iya, itu adalah minuman favoritnya. Karena cuma satu orang yang tahu persis kesukaan serta takaran gula dalam lattenya. Orang itu tidak lain adalah laki-laki yang ia kagumi selama ini, Reandra Satria.
"Tapi mana mungkin dia disini," gumamnya.
Hatinya mulai gelisah tidak karuan. Ia melamun sejenak sambil mengedarkan pandangan ke segala penjuru cafe itu.
"Uda gak usah bingung kali Tar. Tulisan kayak gitu aja dibikin pusing," ucap Cahaya yang dari tadi senyum-senyum sendiri.
"Gimana gak bingung Ay, ada orang aneh nulis kayak gini, tanpa nama lagi." Mentari memanyunkan bibirnya sebal. "Kamu kenapa senyum-senyum sendiri. Lagi kesambet ya," lanjutnya lagi seraya menaikkan alis.
"Kali aja penggemar rahasiamu. Kalau ganteng gak apa-apa kan. Iya gak?" ucap Cahaya menyenggol bahu Mentari yang masih menampakan wajah kebingungan.
"Terus aja kayak gitu. Bukannya prihatin malah ngeledekin terus. Kalau aku di apa-apain gimana?" Wajah polosnya melirik Cahaya yang ada di sebelahnya dengan bibir yang masih manyun.
"Gak bakal di apa-apain kok," ucap Reandra tiba-tiba yang cukup membuat jantung Mentari berdegup kencang banget, seakan mau berhenti berdetak, mendengar suara yang sangat ia kenal tersebut.
Mentari kemudian membalikkan badannya dan menolehkan pandangannya ke arah suara itu.
"Surprize... kamu gak kangen sama aku?" ucap Reandra mengembangkan senyumnya.
"Reandra.....?" Mentari bangkit dari duduknya dan spontan langsung memeluk Reandra dengan penuh rasa rindu.
"Oh so sweet....," ucap Cahaya memerhatikan keduanya.
"Aku kangen sama kamu Ndra. Kok gak bilang sih kamu di Berlin?" Melepaskan pelukannya.
"Aku udah email kamu Tar, kamunya aja yang sok sibuk, ampe gak ada waktu liatin emailku, tapi yang penting sekarang aku lega dah ketemu kamu dan baik-baik aja," tatap Reandra memegang kedua bahu Mentari.
"Maaf, belum sempat," ucap Mentari memperlihatkan rataan giginya.
"Udah...Udah. Kangen-kangenannya besok dilanjut lagi ya. Reandra juga masih bakal lama di Berlin kok. Mending sekarang kita nikmati malam ini dengan senang-senang," ucap Dino bahagia melihat keduanya terlihat bahagia.
Kini mereka berempat dipenuhi rasa bahagia yang tak terhingga. Terlihat mereka semakin akrab seperti keluarga sendiri. Keluarga di negeri orang.
Reandra tak henti berucap syukurnya kepada Tuhan yang telah memberinya kesempatan untuk mengejar impian di kota Berlin ini dan bertemu orang-orang yang baik seperti ketiga orang yang ada bersamanya saat ini.
*****
Hari berikutnya. Mentari mengajak Reandra ke sebuah pulau museum (museumsinsel). Pulau ini khusus berisi museum, pulau unik ini di bangun diatas sungai spree dan menambah kesan romantis antara seni dan sains di pulau ini. Benih-benih cinta kini mulai tumbuh lagi setelah sempat terkubur.
Mentari yang begitu bahagia sang pujaan hatinya kini ada di kota yang sama bersamanya. Begitu juga Reandra yang telah move on dari kekecewaan yang selalu menyelimuti hatinya tiap kali pikirannya teringat sosok Aulia, Ia pun akhirnya menyadari apa yang sedang ia jalani. Kepercayaannya kepada takdir dan rencana Tuhan membuatnya begitu yakin bahwa pertemuannya dengan Mentari kemarin bukanlah hal yang kebetulan, melainkan rencana Tuhan yang sangat indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta diujung Istikharah [END]✓
SpiritualIstikharah Series #2 ~ ~ ~ ~ "Tuhan selalu punya rencana yang lebih indah dari impianmu" adalah sebuah kalimat yang selalu memotivasi laki-laki bernama Reandra, ia tidak pernah menyerah meraih segala impiannya. Tidak mudah baginya meraih semua yang...