bukannya kalau cinta,
dia akan diam dan menetap selamanya?
jadi, apa yang harus dikhawatirkan?Raynzal Faroza
••••[DUAPULUH TUJUH]
MATA menyipit milik Keyla masih terus memantau Raynzal yang saat ini tengah berjalan mendahuluinya. Tanpa ada niatan untuk menoleh, walau Keyla sudah memanggilnya berkali-kali.
Tahu kalau gadisnya itu ingin kembali menggodanya atas kecemburuan yang kini tengah melanda dirinya. Memilih tak menatap wajah menyebalkan, namun sialnya cantik itu.
Keduanya berhenti melangkah ketika suara tawa renyah datang menyapa kehadiran, memperlihatkan dengan jelas situasi dan kondisi yang jauh berbeda dari sebelumnya.
Entah bagaimana bisa, aura dingin dan tak bersahabat itu dapat berubah secepat kilat menjadi keakraban yang seakan terkunci dalam ruangan ini.
Bahkan kini, perhatian Keyla yang tadinya terfokus pada kekasihnya itu, mendadak berputar arah. Memandangi keadaan aneh yang seharusnya tak terjadi.
Pasalnya saat ini, Ravano dan ke-lima sahabat Raynzal itu tengah berbincang ria. Layaknya teman lama yang sudah dua puluh tahun tak bertemu, saling bertukar candaan dan tawa. Entah apa yang mereka bicarakan.
Hal yang juga mendatangkan ketidaksukaan dari Raynzal, merasa tak rela kalau 'sahabat' gadisnya itu mendapatkan kehangatan serta kenyamanan yang seharusnya tak bisa diambil segampang itu.
Merasa sudah tak tahan hanya memandangi kerumunan itu dari kejauhan, mendekat adalah hal yang Keyla pilih.
Berjalan melewati Raynzal yang segera menghadirkan wajah kesal si tampan. Tak ingin melihatnya lagi, menepi pada minibar milik Argapun adalah hal yang cowok itu lakukan.
Sedangkan Keyla yang kini tengah memasang wajah bingungnya, terlihat berdiri tepat dibelakang Ravano. Tak ada yang menggubris kehadirannya, ke-enam orang itu masih sibuk berbincang.
"Gue gak biasa pake mobil itu, jadi kayaknya bakal aneh." Ravano bersuara, mendatangkan anggukan kepala dari arah Arkan yang tadi sepertinya tengah menanyakan sesuatu.
"Emang sih, mobil kayak gitu cocok-cocokan. Ada yang keliatan makin keren kalo make, ada yang malah keliatan kayak banci." kata Al yang kembali menghadirkan tawa geli dari para pendengarnya.
"Jadi, Rav, kapan mau ikut?" gantian Richard yang bertanya.
"Kita semua biasa ke bengkel favorit dua bulan sekali." sambung Steve serius, "Bakal seru juga kayaknya kalo lo ikut."
Menunggu jawaban Ravano, semua mata nampak menatap sahabat Keyla, "Kabarin aja kalo kalian mau ke bengkel, nanti gue dateng."
Anggukan setujupun terlihat dari semua kepala. Tak heran jika otak Keyla kembali berputar tak mengerti.
"Ngomongin apaansih?" dari tempatnya, Keyla akhirnya bertanya.
Menghadirkan perhatian Ravano yang kini terlihat memutar kepalanya, "Mobil sport."
"Iya, Key," timbrung Al, "Hobi kita sama sahabat lo mirip ternyata."
Anggukan kepala tak yakin Keyla tunjukan, sebelum dirinya berjalan memutar untuk kemudian duduk disamping Ravano. Menatap sobatnya itu dengan curiga, "Kenapa cepet banget akrabnya? Baru juga gue tinggal lima menit."
Namun dengan menyebalkannya, cowok itu terlihat mendekatkan bibirnya pada telinga Keyla, berniat membisikan sesuatu, "Barusan mereka gue ancem, kalo gak mau akrab sama gue, bakal gue pukulin satu-satu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor [Spin Off 1 novel Shanin's Diary]
Roman pour Adolescents#1 in fiction - 2 Maret 2019 [TERSEDIA DI GRAMEDIA] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN HARGAI KARYA ORANG DENGAN MEMBERIKAN DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA] [PLAGIAT AKAN MENDAPATKAN SANKSI, JADI HATI-HATI^^] [COMPLETED] Raynzal Faroza. Mari kita deskrips...