game over
thankyou for playingKeyla Keylana
••••[DUAPULUH EMPAT]
SAMBARAN pada pergelangan tangan kiri Keyla kembali terasa perih di permukaan kulitnya, bahkan Keyla yakin kalau kulitnya itu sedikit tergores.
Sikap kasar Rafqa yang tak pernah berubah di mata Keyla, dan itu di jadikan alasan kuat oleh Keyla untuk menjahui cowok satu ini. Keputusan terbaik dalam hidupnya.
Merasa terganggu, manik Keyla menatap marah ke arah Rafqa. Menyadari kalau gadis dihadapannya ini tak suka, cowok itupun barulah sadar dengan cengkraman yang dirasa memang terlalu kuat.
Memilih melepaskan pergelangan tangan Keyla sebelum bola mata gadis itu melompat keluar.
"Oke-oke, gue gak bakal sentuh," Rafqa mengangkat kedua tangannya ke udara, selayaknya tersangka yang tertangkap basah, "Tapi please, dengerin gue dulu."
Kalimat menjengkelkan itu menaikan jarum amarah Keyla, di kibaskannya rambut tergerai miliknya ke belakang. Berusaha menahan emosinya sebisa mungkin.
"Sebenernya urat malu lo kemana, sih? Putus?" Dalam penuh penekanan, Keyla bertanya.
Cowok itu tersenyum singkat, seolah mengira kalau apa yang baru saja Keyla katakan kepadanya hanyalah suatu candaan belaka.
Dia memang gila, benar? Sudah tak bisa di dipungkiri lagi.
Melihat ekspresi yang tak diharapkan, gadis itupun menghempaskan napasnya kasar. Memang hanya emosi yang tercipta jika berurusan dengan manusia tak berotak ini.
Untuk itu, sebelum situasi semakin panas, Keyla memilih caranya sendiri.
Mendekatkan wajahnya pada cowok berbadan tinggi di hadapannya itu sebelum menatap kedua matanya lekat, menyampaikan emosi yang tak bisa tersalurkan, "Gue bener-bener udah muak sama lo, jadi mending lo pergi dari rumah gue, dan jangan pernah muncul lagi."
Selesai dengan kalimat yang Keyla harapkan menjadi percakapan terakhirnya dengan Rafqa, gadis itupun memilih memutar tubuhnya.
Berjalan penuh amarah menuju kamarnya tanpa ada niatan untuk kembali menoleh.
Namun siapa sangka, ucapan tak mengenakan yang terdengar, berhasil menghentikan langkah pasti Keyla.
"Demi preman jalan gitu lo lepasin gue?" ada sedikit jeda sebelum Rafqa kembali melanjutkan pancingannya, "Selera lo sekarang berandal jalan yang gak berpendidikan, kayak gitu?"
Pergelangan tangan Keyla terkepal sempurna, ia bisa saja menghubungi Raynzal untuk memintanya datang lalu membasmi Rafqa sekarang juga. Tapi cara itu tak Keyla pilih, Raynzal terlalu sempurna untuk berhadapan dengan tikus satu ini.
Terlalu mengotori dan terlalu tidak penting juga.
"Kadang, orang gak berpendidikan punya sikap yang sangat amat lebih positif di banding orang yang berpendidikan," gadis itu memutar kepalanya, kemudian menampilkan senyum setannya ke arah Rafqa, "Contoh nyatanya? Lo."
Gantian Rafqa yang menghembuskan napas kasarnya, "Masalah yang lalu udah lewat, Key. Kenapasih lo gak bisa maafin itu?"
Keyla terdiam untuk sesaat, tak menyangka dengan kesimpulan paksa yang Rafqa sodorkan.
"Karna luka yang membekas, gak bisa hilang dengan kata maaf."
Selesai sudah Keyla dengan Rafqa, ia benar-benar sudah tak tahu lagi harus bagaimana menghadapi makhluk satu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor [Spin Off 1 novel Shanin's Diary]
Fiksi Remaja#1 in fiction - 2 Maret 2019 [TERSEDIA DI GRAMEDIA] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN HARGAI KARYA ORANG DENGAN MEMBERIKAN DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA] [PLAGIAT AKAN MENDAPATKAN SANKSI, JADI HATI-HATI^^] [COMPLETED] Raynzal Faroza. Mari kita deskrips...