Home (1)

6.5K 821 47
                                    

Wonwoo sedang membolak-balik buku harian dan album foto yang ia arsip bersama Mingyu saat masih belum menikah dulu. Tepatnya sih, Mingyu yang selalu menerapkan untuk mengarsip apapun yang mereka bagikan. Bagaimana lucunya pesan pertama Wonwoo saat mengaku bahwa ia jatuh cinta dengan Mingyu dan Mingyu yang langsung meneleponnya hingga di seberang saluran telepon hanya ada tawa-tawa yang renyah. Saat mereka mulai menjalin hubungan namun masih terpisah jarak, sebuah room chat pada aplikasi pengirim pesan menjadi tempat pulang mereka. Lagi-lagi Mingyu, dengan segala hal rincinya yang mengusulkan seperti itu. Sekelumit ingatan-ingatan manis seketika menarik Wonwoo untuk berselancar pada masa lalunya dengan Mingyu.


~~~

"Love, kau boleh menuliskan apapun di-room chat kita. I called it 'Our Virtual Home'. Bagus nggak istilah dari aku?" Mingyu tertawa di ujung saluran telepon, dan Wonwoo hanya tersenyum simpul dengan hati merekah.

"Bagus, maka aku boleh mengeluarkan apapun? Segala macam keluhan?" Wonwoo bertanya dengan antusias sebagaimana anak tunggal yang terbiasa sendiri, kehadiran Mingyu membawa dampak yang sangat masif bagi kehidupannya.

"Kau boleh mengeluh dan sebisa mungkin akan kucarikan jalan keluarnya, Love."

"Mingyu! Jangan cheesy begitu, aku jadi malu."

Kemudian keduanya kembali menertawakan diri masing-masing yang terlampau bahagia layaknya anak muda yang baru pertama jatuh cinta.

~~~

Sebuah lagu mengalun dari piringan hitam yang diputar oleh Wonwoo, suara lembut mendayu milik Ryan O'Neal menyapu telinganya yang sejak tadi bising oleh detak jantungnya yang menggila tiap ia mengingat Mingyu.

🍃
🍃


We will call this place our home
The dirt in which our roots may grow.
Though the storms will push and pull,
We will call this place our home.

We'll tell our stories on these walls.
Every year, measure how tall.
And just like a work of art,
We'll tell our stories on these walls.

🍃
🍃

Jemari lentik milik Wonwoo membuka halaman berikutnya, kali ini giliran tulisan tangan milik Mingyu yang menghiasi buku harian mereka bersama. Sebuah kisah terperinci bagaimana Jeon Wonwoo menyedot seluruh atensinya bagai lubang hitam angkasa yang misterius. Mereka pertama kali bertemu secara intens ketika diskusi kecil-kecilan di sebuah kafe kopi sederhana, sebenarnya Mingyu dan Wonwoo telah berada dalam satu lingkaran pertemanan yang berawal dari komunitas pecinta buku sejak tiga tahun sebelumnya, tetapi tidak satu pun dari mereka menyadari bahwa benang merah telah mengikat di masing-masing jari kelingking mereka. Saat diskusi kecil itu Mingyu telah datang lebih dulu tetapi meninggalkan meja untuk suatu keperluan, saat Mingyu kembali datang ternyata Wonwoo telah menempati kursinya, dengan santai Wonwoo malah menyuruh Mingyu untuk pindah. Mengingat hal itu Wonwoo kembali tersenyum malu-malu.

~~~

"Oh, hai Gyu. Tumben sekali kau bisa ikut berkumpul. Bukankah biasanya kau sibuk? Sudah pulang kantor?" Sambil menyeruput banana milkshake-nya Wonwoo bertanya dengan sikapnya yang bersahabat.

Namun Mingyu bergeming, diam seolah-olah otaknya tidak mampu mencerna pertanyaan sederhana dari Wonwoo. Dan pemuda manis bermata tajam bak rubah musim dingin itu hanya tersenyum kecil dan mencoba memaklumi bahwa Mingyu tak wajib menjawab pertanyaan sepele yang ia tanyakan. Wonwoo menganggapnya itu sederhana, tapi tidak dengan jantung Mingyu. Detik itu juga ia menyadari bahwa Wonwoo-lah orang yang tepat untuk hari-harinya di masa depan.

Waktu tak terasa berlalu, sejak pertemuan itu baik Mingyu maupun Wonwoo tak ada yang membuka pembicaraan lebih lanjut. Hingga pada suatu hari Wonwoo iseng mengetikkan komentar pada foto yang diunggah Mingyu di akun SNS-nya. Dari komentar itulah akhirnya mereka bertukar akun aplikasi pengirim pesan dan mulai bertegur sapa dengan lebih privasi.

~~~

"Sayang!" Suara husky Mingyu menggema di seluruh dinding rumah mereka. "Kau lupa menyusun berkas meeting perusahaan. Kalau Ayah tahu, pasti beliau memarahimu.

"Pertemuan itu baru berlangsung lusa, Gyu. Nanti malam aku masih bisa merapikannya."

"Kalau bisa sekarang mengapa harus tunggu nanti." Mingyu kembali bergumam sendiri karena sifat istrinya yang tidak teratur.

"Astaga, Mr. Perfect satu ini!" Wonwoo menutup buku harian itu mengecupnya perlahan seakan-akan itu adalah benda paling berharga yang pernah tercipta.

~~~

Suara notifikasi pesan pada telepon selular milik Wonwoo memecah lamunannya pada sore hari yang cerah dalam gedung pencakar langit tempat perusahaan yang dipimpin Ayahnya bernaung. Kekasihnya sedang sibuk dengan pembukaan pertama restoran yang ia rintis bersama dengan teman-temannya.

"Love, I'm home. Hope you there, wait me with a hug and cup of coffee." Susunan kata yang Mingyu kirimkan membuat wajah dingin Wonwoo perlahan-lahan menghangat seperti butiran salju yang mencair di musim semi.

"Ya, aku menunggumu pulang sejak tadi, Gyu. How's your day, hope this day run smoothly and full of blessed." Wonwoo membalasnya secepat kilat, tak pernah ingin membuat Mingyu menunggu lama.

~~~

Akhirnya, Wonwoo menuruti saran Mingyu untuk menyiapkan berkas meeting perusahaannya agar berjalan lancar lusa nanti. Sepanjang ia membereskannya, senyuman tak pernah luntur. Baginya Mingyu adalah tempat pulang paling aman. Ruang kerja mereka menyatu, dengan dua buah meja besar yang berhadapan dan rak-rak tinggi milik mereka masing-masing yang menyimpan rapi semua hal untuk keperluan pekerjaan. Pandangan Wonwoo terpaku pada punggung tegap Mingyu yang membelakangi dirinya. Dengan langkah perlahan ia beranjak memeluk Mingyu dengan erat.

"Gyu ..."

"Ya, Love?" Mingyu menyahut, telapak tangannya mengelus lengan Wonwoo yang melingkar pada perutnya.

"Home for me is where you are." Wonwoo berucap dengan suara yang teredam pada punggung Mingyu.

"Me too. Sampai esok, tetap hidup ya, Love. Terima kasih telah menjadi tempat pulang paling manis."

~~~

🍃
🍃

A little broken, a little new.
We are the impact and the glue.
Capable of more than we know,
We call this fixer upper home.

With each year, our color fades.
Slowly, our paint chips away.
But we will find the strength
And the nerve it takes
To repaint and repaint and repaint every day.

🍃
🍃

~~~

P.S.

Astaga saya ngetik apa itu cheesy banget. Hahahaha. Dearest readers, jangan lupa dengarkan medianya yaa. Semoga manisnya sampai pada kalian 💕🍃

Ohiya, kalimat yang dicetak miring adalah ingatan Wonwoo saat masih pacaran sama Mingyu. Lol.

Selamat membuka kotak Pandora!

Bittersweet [Meanie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang