Wonwoo memang tidak pernah tahu sedalam apa Mingyu mencintainya. Benar cinta atau hanya sebatas rasa iba? Wonwoo memilih yakin dan diam. Tidak mempertanyakan apapun. Bagi Wonwoo, Mingyu ada di sampingnya itu sudah lebih dari cukup. Perihal kesetiaan, Wonwoo percaya pada Mingyu. Benar percaya atau hanya cukup meyakinkan diri untuk percaya dan memilih tidak tahu? Entahlah, tentang itu Wonwoo juga memilih untuk diam saja. Meyakini apa-apa yang dijalaninya sekarang. Wonwoo mencintai Mingyu-nya, sangat. Semua kisah memang tidak ada yang sempurna, meski planet telah nyata memiliki orbit lintasan masing-masing, pasti ada saja batuan angkasa yang tanpa tahu arah melintasi orbit-orbit mereka. Begitu pun kisah hidup dan perjalanan anak manusia, meski Tuhan telah menggariskan takdir, tetapi Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa itu merupakan satu garis takdir yang lurus.
Keajaiban dalam diri Mingyu lah yang membuat Wonwoo bertahan atas segala sakit yang ia derita. Wonwoo ingin hidup, setidaknya untuk membuat Mingyu bahagia. Non Suicidal Self Injury Disorder. Diagnosis ditegakkan setelah Wonwoo mengikuti serangkaian tes kejiwaan di salah satu Rumah Sakit. Emosi tidak pernah diekspresikan oleh Wonwoo dengan benar, dipendam adalah satu-satunya jalan yang ia punya. Maka ketika isi kepala dan perasaan di dadanya kian penuh, Wonwoo seringkali menyakiti dirinya sendiri untuk melepaskan beban-bebannya itu. Sebenarnya ia tidak pernah ingin melakukan itu, Wonwoo tidak pernah berniat mencari perhatian dengan semua yang ia lakukan, ia hanya ingin melampiaskan emosi negatifnya, ia hanya ingin bisa marah, bisa berkata tidak tanpa harus menyakiti orang lain dan dirinya sendiri. Sesederhana itu. Wonwoo hanya ingin sembuh. Bukan hanya untuknya, melainkan untuk Mingyu dan anak-anak mereka di masa depan.
~~~
"Aku hanya tidak ingin berpisah!" Wonwoo memang tidak berteriak ketika mengatakan itu, justru tangis yang terisak lah yang membuat Mingyu khawatir mendengarnya.
"Kita tidak benar-benar berpisah sayang, hanya sementara saja. Masih bisa berkomunikasi bukan? Kita akan bertemu lagi, tidak lama." Mingyu menenangkan Wonwoo yang sedang meraung tidak ingin ditinggalkan.
"Tapi kamu tidak ada di sampingku, Mingyu! Dan itu untuk satu bulan ke depan. Sama saja aku sebatang kara." Sebut Wonwoo berlebihan, dan inilah yang paling ia benci. Wonwoo pernah memilih untuk tidak membuat ikatan emosional dengan siapapun, karena ya akan seperti ini jadinya. Terbiasa sendiri membuat Wonwoo akan bersikap sepenuhnya ketika ia sekarang telah bersama Mingyu.
Bahagianya yang berlebihan kerapkali membuat dirinya berpikir bahwa itu mungkin saja membebani Mingyu. Pasalnya, Wonwoo tumbuh dengan trauma dan perasaan tidak diinginkan oleh orang-orang terdekat, maka ketika sosok Mingyu dengan berani menjadikannya semesta, Wonwoo senang bukan kepalang. Semuanya ia tumpahkan pada Mingyu secara otomatis, dan Wonwoo juga ingin suaminya itu berlaku sama dengannya. Mencurahkan semuanya pada Wonwoo. Tetapi, Mingyu tetap saja Mingyu yang bahkan seujung kuku pun Wonwoo merasa tidak benar-benar diinginkan oleh lelaki yang telah membersamainya selama beberapa tahun ini. Berbagai macam spekulasi inilah yang menghancurkan dirinya sendiri. Sikap Mingyu yang tidak banyak bicara membuatnya merasa bahwa ia tidak berarti untuk suaminya itu. Padahal, sekali Mingyu menjanjikan ada, maka ia akan ada.
Wonwoo masih menangis, meringkuk di ujung ranjang mereka sambil membelakangi Mingyu. Koper sudah dirapikan di ujung kamar, suaminya juga siap pergi dengan setelan casual yang biasa dipakainya. Mingyu beringsut mendekati Wonwoo yang masih saja menangis hingga sesak.
"Kalau begini caranya, kau sebaiknya ikut denganku. Ayo, kubantu kau berkemas." Mingyu hendak beranjak.
"Ya pekerjaanku bagaimana?" Dengan sedikit berteriak, Wonwoo menanggapi pernyataan Mingyu yang baru saja terlontar.
"Bagaimana bisa aku tenang meninggalkanmu kalau kau terus saja bersikap seperti ini?" Langkah Mingyu terhenti dan kembali berbalik ke arah Wonwoo.
"Argh ..." Sebuah geraman kecil keluar dari bibir merah muda yang sejak tadi basah oleh air mata. Kalau sudah begini, emosi Wonwoo telah sampai pada puncaknya.
Sebuah gerakan refleks yang cepat dari jari jemari ramping itu hampir saja dilewatkan Mingyu. Wonwoo sedang berada dalam fase-nya. Ia mulai memukul kepalanya dengan kepalan tangan dan menarik-narik rambutnya dengan sangat kencang. Mingyu yang melihat hal itu segera mempersempit jarak. Memeluk Wonwoo-nya dari belakang. Meletakkan pipinya pada telinga Wonwoo, kemudian berangsur-angsur Wonwoo mengendurkan cengkeraman tangannya pada helai-helai rema hitam pekat itu. Tangis yang terisak hingga membuat sesak itu perlahan-lahan juga mereda. Ada alunan sayup-sayup suara Chris Martin yang menyenandungkan lagu Fix You. Sebuah lagu yang liriknya pertama kali Mingyu utarakan ketika ia berjanji menerima semua kekurangan Wonwoo pada cerita pria manis itu di pertemuan kedua mereka.
Wonwoo luruh, tangisnya reda, emosinya surut. Kini yang tersisa hanya sebuah pelukan erat yang menenggelamkan wajahnya di dada bidang Mingyu setelah ia memilih untuk membalikkan tubuhnya hingga tidak lagi membelakangi Mingyu.
"Kau boleh pergi, darl. Kalau aku yang memiliki waktu luang, aku yang akan menyusulmu." Wonwoo berujar dengan suara serak dan terbata.
"Baik. Aku tunggu ya sayang." Mingyu mengecup ujung hidung Wonwoo dan memeluk semestanya yang sangat manja itu. "Sudah selesai 'kan menangisnya?" Wonwoo mengangguk dan memeluk lagi dengan sangat erat.
Mungkin benar, Tuhan memiliki makhluk dengan wujud malaikat tanpa sayap. Dan itu adalah Mingyu, bagi Wonwoo. Semestanya yang paling luas dan dalam, meski ia belum menjumpai sosok Mingyu yang seperti itu, tapi Wonwoo meyakini bahwa Mingyu tak pernah menjadi semesta selain untuknya. Semoga janji Wonwoo untuk hidup dengan baik mampu ia tepati dengan sepenuh hati. Untuk Mingyu-nya dan untuk Mingyu-Wonwoo junior di hari-hari yang akan datang. Ada satu hal yang selalu Wonwoo doakan pada waktu-waktu heningnya sebelum tidur. Semoga Mingyu selalu diberikan kesehatan dan kekuatan hati untuk tetap membersamainya hingga waktu yang tidak akan pernah terhitung banyaknya. Di semesta yang hening itu, Wonwoo berharap semoga suaranya lah yang lebih dulu menggema di kolam penampungan doa milik Tuhan. Tanpa sadar, Mingyu mengaminkan dalam pengharapannya yang tak kalah hening.
~~~
P.S
Selamat membuka kotak Pandora 💕🍃
Selamat menikmati romansa yang tidak biasa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet [Meanie]
FanficBittersweet moment kehidupan pernikahan Jeon Wonwoo dan Kim Mingyu, apa jadinya?