Fever

1.7K 263 18
                                    

"Darl, aku ingin yang manis-manis." Wonwoo merajuk masih dengan posisi awal.

Mingyu yang setengah bersandar di headboard ranjang sambil membaca buku dan Wonwoo yang berada di atasnya terus-menerus memeluk tubuh besar Mingyu persis seperti anak koala. Istrinya sedang terserang radang dan demam, namun sejak tadi ia tak lelah merajuk ingin makan gelato. Mingyu hanya berdeham dan menggelengkan kepalanya berkali-kali tanda tidak setuju atas permintaan Wonwoo-nya itu.

"Mulutku rasanya pahit sekali, ayolah Gyu. Aku ingin sekali makan gelato." Wonwoo mencoba lagi peruntungannya. Tapi nihil. Mingyu tetap tidak menuruti permintaan istri tercintanya itu.

"Ah! Kau menyebalkan!" Wonwoo mengerucutkan bibirnya tanda sebal. Namun pergerakan secepat kilat dari Mingyu yang tiba-tiba saja mengecup bibir tebal merah muda itu, membuat Wonwoo diam seribu bahasa.

"Sudah terwujud 'kan?" Mingyu bertanya lembut.

"Apanya?" tanya Wonwoo bingung.

"Yang manis-manis." tawa geli Mingyu membahana ketika mata rubah sipit milik Wonwoo mendelik.

Mingyu tidak akan semudah itu menuruti permintaan Wonwoo-nya, yang benar saja, sedang demam tapi inginnya makan gelato.

"Mandi saja ya, kau sejak tadi mengeluarkan keringat dingin. Aku isi bathtub sebentar dengan air hangat." Mingyu menggeser tubuh Wonwoo yang sejak tadi menempel padanya.

"Aku inginnya gelato, malah disuruh mandi. Dasar tidak nyambung!" Wonwoo semakin bertingkah menyebalkan, tapi Mingyu hanya tersenyum sambil beranjak ke kamar mandi.
"Mingyuuu!"

Teriakan Wonwoo menggema di kamar mereka. Ah, hari Minggu yang lucu~

Bathtub sudah terisi penuh dengan air hangat, ditambahkan beberapa tetes minyak mint dan lemon pasti akan membuat Wonwoo lebih segar. Mingyu bergegas, matanya menangkap tubuh kurus rubah manis itu sedang meringkuk dengan bahu yang bergoyang ritmis. Mingyu tahu, Wonwoo-nya merajuk hingga menangis.

"Kok menangis?" tanya Mingyu sambil memeluk erat punggung Wonwoo.

"Aku ingin gelato ..." Seberapa pun kesalnya Wonwoo pada tingkah laku Mingyu yang seenaknya, tidak pernah membuat ia marah. Terkadang Wonwoo juga bingung, mengapa ia bisa permisif seperti ini pada Mingyu.

Wajah polos Mingyu yang seperti anak kecil tidak pernah membuat Wonwoo sampai hati meluapkan amarahnya. Bisa dihitung jari Wonwoo merajuk terhadap Mingyu. Sisanya, sepanjang ia bersama pria tinggi yang manis itu, Wonwoo selalu berusaha memenuhi apa saja yang Mingyu inginkan. Setiap akhir pekan, padahal kita semua tahu siapa yang memiliki keahlian memasak lebih tinggi, tetapi Mingyu selalu ingin makan masakan Wonwoo. Dan Wonwoo juga tidak pernah mengeluh atau lelah untuk terus meningkatkan kemampuan memasaknya.

"Kita akan makan gelato sepuasnya jika suhu tubuhmu sudah normal kembali. Lagipula, ingat 'kan, kau kalau demam tidak pernah lama. Jadi, berdoa saja gelatomu akan lekas terwujud. Sekarang kita mandi ya ..." Mingyu membuka piyama berwarna putih yang dipakai Wonwoo. Menggendong tubuh ringan itu dan mendudukkannya di dalam bathtub.

Aroma segar mint dan lemon segera menguar, melegakan hidung Wonwoo yang sejak semalam tersumbat karena flu dan demamnya. Mingyu dengan telaten mengusap wajah Wonwoo dengan air hangat. Menuangkan sabun dan memberikan pijatan lembut pada punggung lebar Wonwoo.

"Aku hanya demam, bukan lumpuh. Kenapa harus dimandikan segala sih, Gyu ..." ujar Wonwoo sambil memainkan busa sabun di dalam bathtub.

"Dan kau, hanya tinggal duduk manis saja apa susahnya sih, hmm ..." jawab Mingyu dengan lembut.

Wonwoo selalu mengagumi Mingyu dalam hal apapun. Wonwoo mungkin saja akan rela menukar semua yang ia punya untuk Mingyu yang tetap berada di sampingnya selama waktu yang ditentukan Tuhan. Kadangkala pikiran liar Wonwoo sering mengembara, mempertanyakan bagaimana hidupnya jika Mingyu tiada. Entah, Wonwoo tidak mau dan tidak mampu membayangkan hal itu terjadi.

"Gyu ..."

"Iya, Darl ..."

"Terima kasih ya."

"Aku juga berterima kasih."

"Untuk apa?" Wonwoo mengernyit tidak mengerti, pasalnya yang harus berterima kasih karena sudah diperlakukan manis 'kan dirinya. Mengapa malah Mingyu yang berterima kasih.

"Untuk apapun dan siapapun yang membuat dirimu ada dan datang serta mengisi hari-hariku. Aku belum pernah mencintai sedalam ini selain padamu."

Sebuah kecupan di puncak kepala Wonwoo menjadi penutup mandi sore ini. Cermin yang tertutup uap hangat dari air mandi menjadi saksi, betapa bahagia jika saling menemukan. Perihal diterima dan menerima, tidak pernah terasa selapang ini.

"Sebentar ..." Mingyu mendudukkan Wonwoo pada meja marmer di depan cermin kamar mandi.

"Ada apa?" tanya Wonwoo.

Telunjuk kiri Mingyu menuliskan kata cinta di cermin yang beruap itu. Wonwoo tersenyum sambil memeluk leher Mingyu, membuat bisikan kecil di telinga suaminya.

"I love too, Gyu ..."

Mingyu tertawa kecil dan menghujani kecupan kupu-kupu di seluruh bagian wajah Wonwoo.

"Kemarin, saat aku pergi ke luar kota selesai aku mandi, aku ingin sekali menuliskan kata cinta di cermin, tapi 'kan kau tidak ada. Masa aku bilang cinta sendiri."

Wonwoo tergelak, Mingyu memang jarang sekali bersikap romantis dan manis tapi sekalinya manis, kadang malah jadi aneh. Ah, bayi ini memang lucu sekali.

"Makanya kalau pergi ke luar kota, ajak aku." Wonwoo mencolek manja bahu Mingyu.

"Itu 'kan urusan pekerjaan, sayang ..." Mingyu merengut.

"Hahahaha, aku bercanda. Sudah ayo kembali ke kamar. Pakaikan aku baju, nanti aku kedinginan malah tambah demam." ujar Wonwoo yang masih terbalut bathrobe putihnya.

Mingyu kembali menggendong Wonwoo dengan erat. Janji Tuhan memang tidak pernah ingkar perihal menakdirkan sesuatu. Karena sebesar apapun ujian terhadap cinta mereka, cinta selalu punya pijakan yang kuat jika memang sudah takdirnya. Karena peluk Mingyu bagi Wonwoo adalah setenang-tenangnya tempat berlabuh meski ombak terus saja bergemuruh dan rengkuh Wonwoo bagi Mingyu adalah sekokoh-kokohnya tempat pulang meski badai tak henti menerjang.


P.S

Hai hai hai, sudah lama tidak menyapa. Bagaimana, penampilan Meanie di OTY in Jakarta?  Aunty nggak nonton dan nggak datang pula ke venue. Seharian itu Aunty hanya berpelukan dengan Uncle karena Aunty-nya sedang flu berat huhuhu.
Masih yakin 'kan dengan Meanie?

Selamat membuka kotak Pandora 💕🍃
Selamat menikmati romansa yang tidak biasa!

Bittersweet [Meanie]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang