"Aku tahu, aku bukan satu-satunya 'kan?" Wonwoo menyeringai miris mengingat ternyata bahwa ada banyak orang dalam lingkaran percintaan Mingyu.
"Ketika aku bilang bahwa kamu satu-satunya, maka kamu satu-satunya." Mingyu menggeram menahan napasnya yang memberat sambil memejamkan mata. "Aku tidak mau membahasnya lagi, Wonwoo."
Dalam diamnya, Wonwoo menunduk. Cincin telah terlanjur melingkari jari manis tangan kirinya. Mereka telah melangkah ke jenjang yang lebih serius. Mingyu dengan sikap jantannya telah meminta Wonwoo pada Tuan dan Nyonya Jeon. Maka pertunangan putra tunggal istimewa keluarga Jeon telah dilaksanakan, lagipula apalagi yang ditunggu? Mingyu telah mapan dengan beberapa cabang restorannya yang tersebar di kawasan elit kota besar di Korea Selatan. Wonwoo juga telah siap untuk mewariskan perusahaan properti milik Ayahnya. Seharusnya tidak ada lagi yang menghantui hubungan bahagia mereka. Seharusnya.
~~~Wonwoo menghela napasnya panjang-panjang, sebuah pemberitahuan pop-up pada layar telepon selular Mingyu membuat hatinya gusar sejak tadi. Pria manis itu tidak sengaja membaca bahwa ada sederetan kalimat yang menyatakan bahwa ada perasaan yang belum terselesaikan di seberang sana. Ia mencoba berpikir positif, Wonwoo berusaha tidak peduli dengan perasaan yang belum selesai itu. Menurutnya, selama Mingyu tidak berusaha membalas pesan itu maka kehidupan rumah tangga mereka akan aman. Mata foxy-nya kembali bergerak-gerak, melempar kembali ingatan-ingatan tentang pria tampan yang kini menjadi pasangan hidupnya, tak menampik fakta bahwa Mingyu di masa lalu sangat digilai banyak orang.
Mingyu berhasil meyakinkannya bahwa ia adalah orang yang setia dan tepat untuk Wonwoo. Tetapi Wonwoo tetap saja Wonwoo dengan kecemasan dan pemikiran yang berlebihan. Pria manis itu tak pernah secara langsung bertanya pada Mingyu perihal spekulasi-spekulasi yang bersarang mengganggu kepalanya. Wonwoo menoleh ketika pintu kamar mandi terbuka memperlihatkan tubuh atletis Mingyu yang terbalut bathrobe hotel tempat mereka menginap. Mereka berdua telah menantikan hari ini, hari di mana mereka merencanakan perjalanan singkat karena terlalu penat dengan pekerjaan. Sweet escape, begitu Wonwoo menyebutnya. Mingyu melihat wajah Wonwoo yang terdiam kosong dengan mimik menggemaskan.
"Love, kau kenapa? Katamu tadi akan menyusul mandi bersama?" Mingyu membelai lembut kepala Wonwoo.
"Ah tadi aku membaca laporan perusahaan sebentar di tablet, aku malah keasyikan dan lupa menyusulmu ke kamar mandi. Baiklah aku akan mandi sekarang agar bisa segera istirahat." Wonwoo berkata diselingi dengan cengiran palsu yang sudah pasti Mingyu mengetahui ada hal yang disembunyikan oleh Wonwoo.
"Love, aku sangat-sangat mencintaimu." Mingyu meyakinkan sekali lagi, kali ini dengan mengecup dalam-dalam kening Wonwoo.
"Hmm ..." Wonwoo tak mengatakan apapun lagi, ia bergegas masuk kamar mandi. Sikapnya juga tak sehangat tadi, rencananya untuk berlibur sebentar malah runyam karena pesan singkat sialan itu.
Ia memilih berendam lama-lama dalam bathtub kamar mandi hotel. Lilin aromaterapi dengan wangi vanila sengaja ia nyalakan, dengan busa dari sabun yang menutupi setengah tubuhnya, Wonwoo menghela serta mengembuskan napas panjang. Matanya memejam, mencoba menguatkan keyakinan bahwa Mingyu selalu setia padanya, bahwa cinta Mingyu hanya untuknya, dan bahwa-bahwa yang lainnya. Di luar kamar mandi, Wonwoo tak pernah tahu bahwa Mingyu mengetik pesan balasan sambil tersenyum.
~~~
To: Chou Tzuyu
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet [Meanie]
FanfictionBittersweet moment kehidupan pernikahan Jeon Wonwoo dan Kim Mingyu, apa jadinya?