"Cepat jawab pertanyaannya, lalu beri tahu aku hasilnya! Aku juga akan memberitahukan hasil milikku kok." Wonwoo menyembunyikan tablet yang dipegangnya saat Mingyu ingin merebut. Pasalnya, mereka berdua sedang mengikuti tes daring tentang "Love Language". Seperti anak remaja yang sedang dimabuk cinta saja tingkah laku pasangan ini. Padahal, usia 20 tahun sudah lewat jauh dari kehidupan mereka.
"Sudah, darl. Beritahukan padaku hasil milikmu, lekas!" perintah Mingyu pada Wonwoo.
"Kau duluan!" Wonwoo memerintah sambil menjulurkan lidahnya.
"Astaga, jangan bertingkah kekanakkan, sayang. Cepat beritahu."
Pertikaian ala anak kecil sangat tidak terelakkan sampai akhirnya mereka menyadari kebodohan yang mereka perbuat. Padahal mereka bisa saja saling bertukar tablet dan melihat hasil satu sama lain secara bersamaan. Ah, dasar!
"Huh! Pantas saja kau ini apa-apa ingin dilayani. Ternyata hasil bahasa cintamu itu Acts of Service." Wonwoo mencibir Mingyu sambil senyum-senyum.
"Daripada kau, tidak ada bedanya dengan kucing. Inginnya dielus-elus saja, inginnya mengusak saja. Dasar makhluk Physical Touch." Mingyu balik mencibir hasil tes istrinya itu.
Hari libur selalu berhasil dihabiskan mereka dengan berkualitas, meski itu hanya seharian berada di rumah. Wonwoo yang akan menggelayuti Mingyu ke manapun pria tampan itu melangkah. Dan Mingyu yang selalu minta tolong kepada Wonwoo meskipun ia bisa melakukan semua hal sendiri.
Wonwoo hanya bisa tertidur jika Mingyu berada di sampingnya, terjangkau dalam sentuhan Wonwoo. Meski hanya sebatas ujung jari yang saling menyentuh, itu tetap akan membuat Wonwoo tenang. Ada kalanya ketika Mingyu tidak ada di sampingnya, Wonwoo akan secara naluriah tersentak bangun dan mencari pasangannya itu ke sekeliling ruangan di rumah mereka. Namun pria manis itu seringkali lupa bahwa Mingyu sedang dalam perjalanan bisnisnya. Maka saat Wonwoo menyadari hal itu ia langsung tiba-tiba kehabisan energi. Bagi Wonwoo, peran Mingyu dalam hidupnya itu seperti udara yang ia hela setiap hari, yang tanpanya akan membuat mati. Jika sudah begini, yang bisa Wonwoo lakukan hanya memandangi foto Mingyu, membuat panggilan suara dan video dengan suaminya itu. Tapi tetap saja itu tidak akan mengobati sepenuhnya, karena yang Wonwoo inginkan itu hanya bentuk afeksi nyata yang berasal dari Mingyu-nya.
Bagi mereka berdua, memahami bahasa cinta itu sebagai bentuk komitmen yang telah dijalani dalam kehidupan pernikahan mereka. Meminimalisasi pertikaian karena hal-hal kecil sebisa mungkin mereka lakukan. Mingyu mengerti bahwa Wonwoo akan merasa dicintai jika diwujudkan dengan sebuah intimately touch. Maka seberapa pun mengantuknya mata Mingyu, jika Wonwoo sudah merajuk ingin dipeluk, maka dengan senang hati pria tampan itu memeluk erat istrinya.
Tidak hanya Wonwoo, Mingyu pun memiliki bahasa cinta yang ingin dipahami dengan oleh pasangannya. Pria berkulit kecokelatan itu sangat suka jika Wonwoo selalu ada untuknya. Hal-hal kecil sederhana seperti diambilkan minum oleh Wonwoo atau disuapi makannya tak peduli dengan usianya yang sudah hampir tiga dekade. Masa di mana Mingyu sakit pasca operasi adalah hal yang paling berkesan bagi mereka berdua. Mingyu demam, dan hanya ada Wonwoo di sampingnya. Mulai dari memasakkan nasi tim ayam untuk Mingyu hingga mengganti handuk basah untuk kompres Mingyu dilakukan oleh Wonwoo sendirian. Bagi Wonwoo, merawat Mingyu adalah sebuah kebahagiaan yang tak ternilai harganya.
Ada malam di mana Mingyu yang tidak bisa makan dengan normal, ingin meminta dibuatkan jus buah oleh Wonwoo. Maka Wonwoo bagaimanapun ia lelah karena habis menyelesaikan pekerjaannya di kantor tetap dengan senang hati dan cermat memotong buah-buahan serta membuatkan jus untuk Mingyu. Memahami bahasa cinta bukan hal yang mudah namun tidak juga sulit. Tetapi dengan itu, setiap pasangan akan dengan mudah beradaptasi tanpa harus repot menebak-nebak keinginan yang dimaksud oleh pasangan. Mingyu dan Wonwoo membuktikan hal itu. Mereka lebih bisa berkomunikasi dengan baik dan menyampaikan apa yang satu sama lain inginkan. Wonwoo dan Mingyu pada awalnya hanyalah dua manusia dengan gengsi yang sama tinggi, dengan idealisme dan prinsip yang sama kuat, dengan tingkat kecerdasan yang sama unggul, berdasarkan itu semua, Wonwoo dan Mingyu pernah menjadi manusia yang "merasa paling benar."
Tapi itu cerita lama, sekarang Mingyu dan Wonwoo menjadi pribadi yang berbeda seratus delapan puluh derajat. Mereka paham, kalau bukan kepada satu sama lain, ke mana lagi mereka harus pulang? Maka Mingyu dan Wonwoo memutuskan untuk membangun diri menjadi rumah ternyaman bagi satu sama lain. Keseimbangan dan kebahagiaan hanya akan terjadi jika kita meletakkannya pada setiap hal yang bergantung pada kita dan berada dalam kekuasaan kita. Kita tidak bisa meminta seseorang menjadi ujung tonggak kebahagiaan kita, karena jika seseorang itu hilang, maka hilang pula kebahagiaan kita. Mingyu dan Wonwoo menyadarinya dengan penuh, jika diri masing-masing dari mereka bahagia, maka secara tidak langsung kebahagiaan juga sedang mereka ciptakan untuk keduanya.
Mingyu dan Wonwoo seringkali tidak banyak bicara, sebuah pelukan panjang semalaman menjadi salah satu tanda bahwa mereka telah berada di rumah paling nyaman.
P.S
siapa yang kangen Bittersweet?
selamat membuka kotak Pandora 💕🍃
selamat menikmati romansa yang tidak biasa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet [Meanie]
Fiksi PenggemarBittersweet moment kehidupan pernikahan Jeon Wonwoo dan Kim Mingyu, apa jadinya?