Apakah kalian tahu namaku diambil dari nama sepupu Superman?
Yeah Kara Zor El.
Ayah dan Ibuku berharap aku akan menjadi superhero bagi diriku maupun orang lain. Tidak, aku lebih mengecewakan dari itu. Ibuku, Bianca Owen selalu berurusan dengan Kakekku yang hampir tidak pernah kukenal sebelumnya, Jonah Townsend.
Malam itu Kakekku Jonah menggedor pintu rumah kami tengah malam hingga kami semua terbangun. Aku yang masih berumur tiga belas tahun membuka pintu rumah dan mendapati Jonah mabuk di depan pintu rumah kami. Jonah mengeluarkan kata kasar kepadaku lalu memukul kepalaku dengan botol whiskey yang ia pegang.
Jujur, aku sama sekali tidak ingat apapun pada malam itu, namun saudara kembarku Kal-el bercerita padaku bahwa Ayahku Seth Owen, memukul dan hampir membuat mati Kakekku di depan rumah kami dan tetangga kami menelepon NYPD hingga Kakekku di masukkan ke dalam penjara.
Karena hal tersebut wajahku mempunyai luka dalam di bagian sisi kanan wajahku. Karena hal tersebut teman-teman satu sekolahku menjulukiku The Beast.
Yeah, seperti beauty and the beast. Aku bukan bella namun the beast. Semenjak itu aku yang sangat percaya diri dan tenang tidak lagi bersikap sama.
Aku lebih suka menyendiri, menutupi wajahku dengan rambut coklat mudaku dan berharap tidak ada satupun orang yang sadar dengan keberadaanku. Lain hal dengan Kal-El, dia siswa cemerlang, mempunyai prestasi di bidang olahraga, dan bintang sekolah. Kemanapun Kal-El pergi akan ada perempuan yang mengikutinya dan meneriakkan namanya.
Sahabatku satu-satunya hanyalah Hermoine Rogers. Namun ketika aku di kelas 10 memasuki Queens Metropolitan High School, aku menangis dan menangis karena kehilangan sahabatku.
Hermoine akan memulai tahun pertamanya di Stanford. Hermoine akan meninggalkanku sendirian di Queens tanpa teman. Aku ingat aku hampir tidak mau melepaskan pelukanku padanya. Kupeluk erat-erat pinggangnya saat aku menginap di rumah AuntAnita di Brooklyn.
"Geez, Kara... Aku tidak akan tinggal selamanya di Cali okay? Aku akan kembali ke New York , I promise!"
"Tetap saja Hermoine, kau tetap meninggalkanku, siapa yang mau bermain dengan remaja perempuan berwajah mengerikan sepertiku?" Hermoine menaikkan wajahku agar menatapnya.
"Kara please, all of your friend at school is a fucking dick... You are not the beast, you are more than that, you are beautiful and you are amazing, understand?"
"Hermoine, I shouldn't allow to saying a bad word from my mouth,"
"Just, say fuck them, screw them, just saying it Kara... Die, you motherfuckers!" Aku tertawa mendengar umpatan-umpatan yang dengan mudahnya keluar dari bibir Hermoine.
Setelah aku menginap di rumahnya malam itu keesokan harinya aku menangis lagi saat mengantar Hermoine ke bandara JFK.
"Oh, please sist, kau berlebihan," Ejek Barry Allen padaku.
"Shut up Barry Allen! Kau tidak tahu rasanya menjadi aku, Hermoine satu-satunya sahabatku, aku tidak tahu harus kemana dan dengan siapa nanti jika dia pergi,"
"Oh, I know how it feels like, mempunyai kakak laki-laki yang sangat terkenal di seluruh penjuru sekolah, dan menjadi seorang pecundang karena tertutup bayangannya," Yeah, Barry Allen adik laki-lakiku, mempunyai tubuh gempal hingga semua orang selalu mengejeknya.
Aku dan Barry Allen adalah pecundang di sekolah. Tetapi Barry Allen selalu dapat memeriahkan dan mencerahkan keluargaku hanya karena kehadirannya. Barry Allen selalu dapat mengeluarkan lelucon-lelucon anehnya hingga Ayahku tertawa terpingkal-pingkal.
Kal-El di satu sisi memeluk Hermoine lama sekali. Aku curiga sesuatu diantara mereka mulai terjadi saat musim panas tahun lalu. Hermoine di tahun seniornya dan Kal-El di kelas 10.
Mereka memang dekat dari dulu, aku , Hermoine, Kal-El dan Barry Allen selalu bermain bersama semenjak kami masih kecil. Tetapi ada yang berbeda kali ini. Mereka saling menatap dengan tatapan yang sulit untuk kujelaskan, mungkin hampir mirip Ayahku yang menatap Ibuku.
Doosh,sesuatu memang terjadi diantara mereka.
Tahun ini adalah tahun Junior ku di SMA.
Aku mendaftar beberapa kelas yang akan kuambil di semester ini dan menabrak salah satu murid laki-laki mengenakan jaket kulit hitam, berkaos putih, berambut coklat tua dan bermata emas.
Matanya mengingatkanku kepada kucing di malam hari, sangat mengerikan tetapi sangat menarik. Seluruh berkas yang kupegang setelah keluar dari ruangan Mrs.Chadwick terjatuh ke lantai dan laki-laki itu membereskan berkas-berkas ku dan memberikannya padaku.
"Ini milikmu," Katanya dengan suara rendah yang membuatku merinding. Aku mengambilnya dan tidak berani menatap wajahnya. Kututupi bekas lukaku dengan rambutku dan tidak mengatakan apapun padanya dan melesat menuju kelas pertamaku.
Sebelum memasuki kelas aku mengambil buku di lokerku dan Barry Allen memakan protein bar miliknya.
"Apakah kau diet secara konyol lagi Barry Allen?" Barry Allen hanya menaikkan pundaknya dan bersender pada lokerku.
"I'm trying sist, seharusnya kau mendukungku," Kututup pintu lokerku lalu berjalan menuju kelas dengan membawa buku Literatur Amerika.
"Tidakkah kau mempunyai teman di tahun Sophomoremu Barry Allen? Kenapa kau mengikuti kakak perempuanmu di sekolah, padahal kau dapat menemuinya di rumah?" Barry Allen hanya memakan protein barmiliknya dan tidak menatapku. Kurasa SMA juga berat untuk adik laki-lakiku ini.
"Barry Allen answer me..."
"Okay okay, aku memang tidak punya teman, begitupula denganmu sist, temanmu hanya aku, bahkan saudara kembarmu yang tidak bersikap seperti saudara kembar,"Yeah, adikku memang benar.
Kal-El dan aku berhenti bersikap menjadi saudara kembar semenjak aku mempunyai bekas luka ini. Aku diejek oleh seluruh sekolah dan Kal-El menjadi bintang sekolah.
Sejujurnya Kal-El tidak pernah ikut-ikutan mengejekku, dia hanya diam saja dan tidak berbuat apa-apa selama teman satu tim baseball nya mengejekku di lorong sekolah. Aku juga tidak kesal dengan sikapnya yang acuh tak acuh seperti itu, aku mengerti sepenuhnya dengan sikapnya yang seperti itu.
Loker Kal-El berada di dekat lokerku, setiap aku melewati lokernya Kal-El selalu menggandeng salah satu anak cheersdan make outdengan mereka. Barry Allen dan aku hanya menatap saudara laki-lakiku itu dengan tatapan jijik.
"He really can't handle his hormone right sist?"
"He doesn't," Jawabku singkat.
"Bagaimana dengan Hermoine?" Tanya Barry Allen. Aku menoleh ke arahnya.
"You know about this?"
"Yeah, tentu saja aku sempat tidak sengaja melihat mereka make out di garasi belakang rumah kita musim panas lalu," Oh, dugaanku memang benar. Kal-El dan Hermoine memang ada sesuatu.
"Lalu apa yang kau lakukan saat melihat mereka seperti itu?"
"Just watch, sampai Kal-El meremas bagian dada Hermoine dan Hermoine sedikit mengerang lalu aku pergi karena tidak sanggup menontonnya lagi dan aku takut aku horny memikirkan Hermoine, sedangkan Hermoine hampir kuanggap seperti kakak perempuan kandungku," Aku hanya menatap adik laki-lakiku dengan tatapan tidak percaya.
"Kal-El did what?"
"You know, touchy there, squeeze there and lick there," Aku tak sanggup mendengarnya lagi dan aku pergi ke arah kelasku.
"Hei, sist aku belum selesai bercerita,"
"I can't stand your story Barry Allen, aku hampir memuntahkan waffle yang dibuat Mom tadi pagi, see ya at lunch!"
"Aku tidak makan siang Kara, aku sedang diet!" Teriak Barry Allen dari tengah lorong sekolah. Aku hanya mengangguk dan membiarkan Barry Allen berdiri di tengah lorong sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'LL BE YOURS ( YOURS SERIES 1) KARA STORY [END]
Teen FictionKara Owen, Hidupnya tidak sama lagi semenjak kejadian tersebut menimpanya. Sahabat satu-satunya yang ia punya harus memulai tahun pertamanya di Stanford dan ia harus menjalani kehidupan sehari-harinya hanya bersama adik laki-laki dan kakak kembarnya...