17 (DASHIELL)

2.4K 228 3
                                    

"Dashie, kau tetap harus menemui Ibumu," Kata Bibi padaku saat aku akan menemui Kara di rumahnya.

"No, I'm not going to see her,"

"Dashiell..." Aku membuka pakaianku dan menunjukkan pada Bibiku luka yang diperbuat oleh Ibuku sendiri.

"Kau bisa tahu kenapa aku tidak ingin menemuinya Auntie," Wajahnya berubah menjadi sedih, aku benci membuat Bibiku bersedih, tetapi aku juga tidak ingin mengikuti kata-katanya untuk menemui Ibuku di penjara.

"I'm sorry Dashie, I'm so sorry tidak membawamu lebih awal bersamaku," Kini air mata Bibiku telah jatuh ke kedua pipinya. Hatiku sakit melihatnya seperti ini, aku merengkuh tubuhnya dan memeluknya. Aunt Veronica terisak di pelukanku dan aku merasa bersalah telah membuatnya bersedih seperti ini.

"You are a good boy you know that Dashie," Aku tidak menjawab apa-apa dan hanya mengelus punggungnya.

"Seharusnya aku memperjuangkanmu lebih keras saat kau terluka waktu itu, seharusnya aku mengeluarkan segala sesuatu yang kupunya agar mendapatkan hak asuh atas dirimu Dashie, tetapi aku terlalu sayang kepada adikku, hingga aku lagi-lagi dibodohi olehnya dan percaya padanya bahwa itu hanya kesalahan sekali," Aku mengerti dan aku paham.

Bukan salah Bibiku dia tidak membawaku lebih awal ke rumahnya, semua ini kesalahan wanita itu, wanita yang melahirkanku namun menyakitiku.

Luka di dada yang kumiliki ini hanya perwakilan dari sekian luka yang kumiliki di tubuhku. Ibuku senang menyiksaku ketika ia frustasi akan keadaan keluarga kami.

 Ketika ia pulang dengan keadaan mabuk dan high, aku menjadi sasaran empuk Ibuku hingga aku terluka dan berdarah, namun Ayahku tidak membelaku dan hanya terdiam melihatnya, karena ia juga takut akan diperlakukan sama denganku.

Aku juga ingat beberapa bulan yang lalu ketika akhirnya pengawas dan perlindungan anak Amerika Serikat memberikan kepercayaan penuh pada Bibiku atas hak asuh anak. Ayahku lemah tidak berdaya berbaring di rumah sakit dan aku hanya menangis melihatnya seperti itu. Ibuku di satu sisi yang sudah di tangkap polisi, melihatku dari balik jeruji besi dengan tatapan tajam tanpa meminta maaf atas perlakuan yang ia lakukan kepadaku dan Ayahku.

"Your old man deserved that Dashie, he's ruining our life, not me," Itu yang ia katakan padaku ketika aku mengunjunginya di penjara.

"Kau pengadu, kau tahu itu Dashie? Kau pengadu! Aku hanya ingin memberikanmu makanan hangat, tempat tinggal layak, pakaian bagus! Tetapi kau mengadukan hal ini ke polisi setempat! Kau sama seperti Ayahmu, tidak berguna dan sampah!" Ibu kandungku mengatakan bahwa aku sampah dan tidak berguna di hadapan sipir penjara dan seluruh pengunjung penjara lainnya.

"Kau akan berakhir seperti Ayahmu, menjadi seorang pengecut!"

"Spit that out Mom, just spit that out, I don't give a shit anymore," Aku ingat sekali raut wajahnya dan nada suaranya berkata seperti itu padaku di hari aku bebas dari jeratan dirinya, dari jeratan wanita Iblis ini.

Kini aku berusaha sebisa mungkin menenangkan Bibiku dan menuruti kata-katanya.

"Ajaklah Kara bersamamu, agar dapat membuatmu fokus," Aku menggeleng ke arah Aunt Veronica denga cepat.

"Nope, that's not gonna happened,wanita itu tidak berhak bertemu Kara,"

"Dashie, aku tidak memintamu untuk menemukan Kara dengan Ibumu, hanya saja kau harus mempunyai emosi stabil saat perjalanan kesana, akhir-akhir ini kau bahagia, emosi mu meredam dan kau lebih banyak tersenyum, Kara yang membuatmu jadi lebih seperti ini," Bibiku mengelus pipiku dan tersenyum padaku. Saat ia akan melangkahkan kaki menuju luar rumah dia menoleh lagi ke arahku

"Aku akan meminta Bianca untuk mengizinkan Kara berkencan denganmu hari ini, aku tahu Bianca pasti mengerti,"

***

Jantungku bedetak dengan cepat, hatiku tidak tenang mengetahui hari ini aku akan menemui Ibuku dan ditemani oleh pacarku. 

Kara keluar dari pintu depan rumahnya lalu tersenyum lebar ke arahku dengan senyumannya yang menawan.

"Hai boyfriend," Sapanya riang. 

Kara padahal hanya mengepang samping rambutnya, memakai jumpsuit jeans pendek dengan kaos bergaris di dalamnya namun terlihat seperti sehabis keluar dari sebuah peragaan busana, karena well my girlfriend look perfectly amazing.

"You look beautiful girlfriend," Wajah Kara merona dan aku senang mengetahui dia tidak lagi menutupi bekas luka nya di hadapanku, walaupun terkadang ketika kami sedang berada di sekolah atau tempat umum lainnya dia masih akan menutupinya sedikit dnegan poni miliknya.

"You too Dash, kau selalu tampak amazing," Aku terkekeh lalu membuka pintu mobilku dan membantu Kara masuk ke dalam mobil dan memberikannya ciuman singkat di bibir. 

Terdengar dehaman dari belakang ku lalu aku menoleh ke belakang dan MrOwen berdiri tepat di belakangku.

"Please,jangan menciumnya di depan ku Dashiell, aku masih tidak bisa melihat gadisku berciuman dengan laki-laki,"

"Daddy! Oh God! Kau membuatku malu dan membuat Dash malu!" Tampak Mrs Owen keluar dari arah rumah dan menarik suaminya masuk ke dalam.

"Aku tidak ingin kau menghancurkan kencan berharga putrimu Seth!"

"They kissed Bianca! On lips! Bisa kau bayangkan hal itu? Putriku, mencium seorang laki-laki lain yang bukan keluarganya, Bianca itu tidak baik!" Aku melihat Mr Owen merengek selama masuk ke dalam rumah tetapi Mrs Owen melambaikan tangan padaku dan tersenyum

"You guys have fun!" Katanya aku tersenyum ke arahnya dan menutup pintu mobilku.

"No, don't! Not too much fun! No!" Pekik Mr Owen dari depan rumah dan Istrinya memberikan tatapan tajam ke arahnya.

"They barely using a tongue Seth!Geez...di umurmu yang sama dengan Dashiell kau hampir menggunakan seluruh bibir dan lidahmu di tubuh mantan pacarmu,"

"Bianca that's different...jaman sekarang lebih berbahaya dibanding dulu! Bianca..." Kara menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan menggeleng.

"Maafkan aku, orang tua ku terkadang sangat memalukan, mereka mantan teman dekat dan menikah, maka dari itu mereka berkelakuaan konyol dan menyebalkan di hadapanku maupun orang lain," Aku terkekeh.

"Actually, aku suka sekali dengan interaksi kedua orang tuamu Kara, mereka pasangan menarik dan serasi, I like it,"

"I don't know Dash, terkadang aku juga bersyukur mereka begitu mencintai satu sama lain seperti itu terkadang juga aku malu dengan perlakukan konyol mereka,"

"Kau seharusnya lebih bersyukur Kara," Aku mengedipkan sebelah mataku padanya lalu menstarter mobilku.

"Kita akan kemana?" Tanyanya dengan nada penasaran.

"Melihat Ibuku,"

"Oh, no Dash, I'm sorry seharusnya aku tidak mengeluh mengenai orang tuaku, seharusnya aku—"

"It's okay, Kara and it's fine, maka dari itu aku butuh dirimu untuk menemaniku," Aku menggapai tangannya dan meremasnya.

"Just stay with me Kara, aku butuh kekuatan darimu," Kara menggapai bibirku lalu mengecupnya singkat dan menatap mataku dengan mata hijaunya yang teduh.

"I will Dash,I promise," 

I'LL BE YOURS ( YOURS SERIES 1) KARA STORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang