Sudah lama tak memimpikanmu, kenapa sesakit ini ketika aku ber mimpi tentangmu lagi.
Suara subuh menelisik indra ku, bersamaan dengan kicauan burung yang mulai berterbangan.
Cahaya subuh menelisik bilah jendelaku, membangunkanku dari mimpi semalam.
Mimpi yang selama ini sudah ku tunggu, akhirnya semalam hadir dalam tidurku.
Namun, aku merasa sakit. Seperti ada kepingan cerita yang belum tersusun yang masuk dalam mimpi ku.
Memori-memori masa lalu kita terputar lagi layaknya sebuah film, dimana aku dan kamu menjadi pemeran utama-nya.
Kategori film yang acak terputar dalam tempurung mimpi ku, menyaksikan kedua anak manusia yang masih muda dan di mabuk asmara.
Dua bocah yang baru menginjak sekolah menengah atas itu tengah tertawa sendiri dengan ponsel di hadapannya, sesekali mendumal kala tidak ada lagi suara pesan yang masuk ke ponselnya.
Bocah lelaki yang tengah memegang ponsel itu sesekali mengerutkan mengulum bibir dalamnya menahan geli, atau menahan perutnya yang terlalu berguncang karena pesan yang ia baca. Hatinya menghangat hanya karena sebuah kata yang terkirim melalui pesan.
Tidak jauh beda dengan bocah lelaki di sana. Bocah gadis di sini pun tengah mengigit ujung bantal guling, menahan gejolak bahagia serta geli yang menjalar menjadi satu dan ingin dikeluarkan menjadi sebuah teriakan bahagia.
Sungguh sangat manis ketika putaran film pertama yang ditanyangkan.
Namun, ketika film itu sudah berada di menit pertengahan. Bagaikan klimaks yang biasa aku tonton di film. Mimpiku pun berubah menjadi film yang penuh emosi.
Mimpi yang ingin aku sudahi tapi jam masih menunjukkan pertengahan pagi.
Mimpi dimana aku dan kamu mulai merenggang, mulai tidak sejalan dan banyaknya perdebatan yang terjadi.
Rasanya sangat sesak, sangat ingin ku sudahi ketika hal yang ingin aku lupakan terulang lagi.
Aku menangis dalam lelap, dimana aku sangat merindukanmu untuk hadir dalam mimpiku setelah sekian lama kamu tidak pernah singgah dalam mimpiku.
Dan semalam akhirnya kamu singgah, memberi memori manis yang menyenangkan, namun memori kalut yang menyesakkan juga.
Ku hirup udara sebanyak-banyaknya ketika subuh menyapa, ku seka air mata yang masih sedikit mengalir dan memukul dadaku pelan.
Terlalu sesak hingga aku sulit bernafas kala udara segar subuh menyapa.
Tapi tak apa, setidaknya sedikit rupamu mampir dalam mimpiku.
Wajahmu yang masih tetap sama namun sudah semakin dewasa ada dalam mimpiku, tersenyum manis seperti yang sering kamu berikan.Berusaha mengenyahkan bayangan buruk yang ikut masuk bersama bayangan manis dalam mimpi.
Terimakasih sudah mampir dalam mimpiku. :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja, Hujan & Kamu
PuisiCatatan kecil tentang kamu yang menyukai senja, lalu bertemu dengan gadis hujan. Menjadi sebuah notes kecil yang selalu terselip dalam kumpulan puisi yang sering kamu tulis. "Kalo kamu suka puisi?" Aku tersenyum, "Jujur aku suka puisi. Tapi aku tid...