lembayung senja [1|2]

670 6 0
                                    

Lembayung di sore hari.
Sore ini, aku baru teringat tentang masa lalu,
masa lalu yang sampai saat ini masih belum bisa terlupakan.

Kata orang, cerita cinta dari cinta pertama itu tak akan bisa hilang dalam kenangan.
Dan aku kini percaya, bahwa memang aku masih belum bisa melupakan kenangan itu.

Mungkin lucu kalau didengar. Dulu, gadis berusia 16 tahun baru pernah merasakan cinta.
Disaat banyak teman-temannya sudah bergonta-ganti pacar.

Dulu, di akhir tahun 2014 aku seolah merasakan jatuh cinta pada pandang pertama.

Aneh memang, seorang gadis SMA yang terpukau hanya karena melihat seorang anak lelaki mengenakan sragam SMP kelas akhir.
Entah mengapa kala itu, aku benar-benar tidak mengerti. Dan sampai detik ini,
"kenapa bisa aku jatuh cinta pada seseorang yang lebih muda dariku" itu yang selalu aku tanya pada diriku sendiri.

Hanya sepersekian menit saja kita bertemu, entahlah dulu kamu mengingatku atau tidak.

Berlalu begitu saja, tahun pun berganti menjadi 2015.

Pertengahan 2015 aku bertemu lagi denganmu, tak terasa satu tahun sudah aku mengagumimu.
Dan saat itupun kamu sudah menjadi anak SMA, lebih menarik dan lebih membuatku berdebar saat melihatnya.

Aku seperti tak tahan lagi dengan gejolak ini, dengan niatan 'iseng' aku bertanya pada salah satu temanku yang rumahnya dekat dengan dia.
Dan akhirnya ku tahu namanya, betapa senangnya saat itu. Aku tak perlu lagi menjadi pengagum rahasia dari seseorang tanpa nama itu.

Secara iseng lagi, aku mencari unsername-nya di media sosial. Aku tak berani mengirim pesan padanya, terlalu takut tidak mendapatkan respon. Jadi saat itu aku hanya mengirim permintaan berteman saja.

Namun entah kenapa hari itu rasanya seperti magic. Tiba-tiba saja ponselku berdenting tanda notif, satu pesan masuk dalam pesan pribadi di akun sosial mediaku.

Dan pesan itu ternyata dari dia. Hanya sapaan singkat dan sukses menbuat rona merah muncul di pipiku.

Dan sejak itu pula kita semakin dekat.
Kudengar dari temanku, katanya kamu pernah menanyakan rumahku dimana.
Takut salah dengar, aku coba lagi untuk bertanya. Tapi jawabannya tetap masih sama.

Hati siapa yang tidak bergetar, rona pipi pun seolah tak mau untuk terus disembunyikan.
Jantungku meloncat dan teriakan seolah tak terbendung kala aku sampai dirumah.
Dan hari demi hari ku pun semakin berwarna olehnya.

Lalu bagai mana bisa aku melupakannya, jika namamu saja masih tersimpan manis di dalam hatiku, di bagian yang paling dalam. Sehingga tak mudah untuk aku tinggalkan sampai detik ini.

Senja, Hujan & KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang