Sami'na wa Ato'na

250 7 0
                                    

Saat aku agak repot di kantor, HP di saku celana sisi kanan depan mendengking. Kurogoh lalu kulihat, Emma' di sana. Tidak wajar, waktu paling bahagia di telepon Emma' adalah bakda Jum'atan. Biasanya aku menerima telepon Emma' sambil merem melek berbantal guling yang dilipat di di kontrakan. Lah ini tidak. Hari Senin pukul 10 pagi Emma' menelepon.

Memang, Emma' Ahad malam baru tiba di tanah air. Beliau sama Eppa' 9 hari melakukan ibadah umrah plus wisata religi, katanya. Aku tahu Emma' sangat tidak ingin keberangkatannya ke baitullah diworo-worokan ke tetangga. Makanya beliau berdua diam-diam berangkatnya, lewat travel di Sumenep kota, Emma' Eppak berangkat bersama Bunda dan Bapaknya Kak Dut. Klop sudah. Mereka menjunjung tinggi anti riya'.

"Hey Nak, Emma' ada kabar sangat baik buatmu."

"Salam dulu, Ma'!"

"Iyya Assalamualaikum, Anakku."

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh Emma'ku. Apa Ma'. Aku agak repot ini."

"Dengerin Emma' dulu, sebentar kok."

"Oke, sebentar aku tak nyari tempat tenang."

Aku begegas ke luar ruangan, pintu itu di sebelah utara, keluar dari pintu aku belok ke kanan, lurus tujuh langkah lalu ke kanan lagi di situ ada musholla kecil milik kantor. Aku duduk di serambi mushalla itu.

"Ada apa, Ma'?"

"Anakku, alhamdulillah, kamu sudah tunangan, Cong!"

"Emma' sudah nemu?"

"Iya, anakknya baik, halus, cantik, dan perangainya baik sekali, halus, Nak."

"Ehhh.. halus...halus.. makhluk halus apa?"

"Huuuussss.... Jangan bercanda, Emma' serius ini."

"Ah... oke...oke... serius. Siapa dia dan orang mana Ma'? nemu di mana Emma'?"

Emma' menghela nafas di seberang. Lalu menuturkan dengan detail yang terjadi:

"Dia dari Gresik, Nak. Saat kami di tanah suci, Emma' sama Eppa'mu ini dipertemukan oleh Allah swt dengan jodohmu. Bismillah barakalloh. Dia satu rombongan dengan kami. namanya Warda, nama panjangnya lupa Emma'. Kata orangtuanya dia PNS apotingker atau apa gitu kerjaannya."

"Apoteker paling, Ma'." Kusela.

"Iya itulah, Warda itu anak tunggal, Nak. Makanya Ibu Bapaknya sangat sayang sama dia. Katanya saat umrah sama kami itu sudah kali ketiga. Bahkan sudah naik haji sekali."

Masyaalloh... aku mendengarkan dengan seksama sambil menaruh punggungku ke dinding mushalla.

"Terus Ma'?"

"Sehari dua hari Emma' selalu memperhatikan Warda. Ketiga harinya Emma' sangat kesengsem sama Nak Warda ini. Mungkin saja Allah menguatkan hati kami, lalu Emma' bakda shalat maghrib berdo'a menghadap ka'bah persis di hadapan kami, Nak. Emma' berdoa begini: Yaa Allah, Nak Warda sangat halus dan lembut tindak tuturnya. Jagalah dia yaa Allah, jagalah hatinya. Yaa Allah, dengan ridhomu mohon jadikahlah Nak Warda sebagai anakku, Yaa Allah. Padukanlah hatinya dengan hati putraku Maziz. Bila sudah berumah tangga nanti, berilah kami keteduhan, teduh dalam suka maupun duka, padukanlah mereka dalam satu keluarganya yang senantiasa makin cinta kepada-Mu ya robb. Dan langgengkanlah serta bahagiakanlah mereka hingga di surga-Mu. Aamiin ya robbal 'alamiiin..."

"Aaamiin, lalu Ma'?"

"Emma' berdoa yang sama hampir setiap selesai shalat Nak. Akhirnya Emma' melamar si Warda pada Mamanya saat itu juga ada lengkap si Bapaknya juga ada. Itu hari ke-8 kayaknya. Kami masih di dekat ka'bah mau shalat isya'. Orangtuanya haru, si Warda menunduk malu mungkin. Aku ceritakan tentang kamu semuanya dan kutunjukkan fotomu di HP yang foto keluarga di wisudamu itu.

"Bapak Ibunya juga Warda nampak berdiskusi sambil memegang HPku. Itu HP aku sodorkan lalu mereka pegang. Emma' ketar ketir, Nak. Tapi bismillah. Ini kan niat mulia. Akhirnya kutatap wajah bening Warda yang mencium tangan Emma' tanpa ragu. Si Warda menerima lamaran Emma', Nak."

"Alhamdulillah, terus Ma'?"

"Kamu terus-terus saja."

"la iya, Ma' terus ceritanya."

"Tahu, cicin 4 gram yang Emma' beli pakai uangmu yang Emma' tambahi juga, katamu itu uang gaji pertamamu dulu itu. Cincin itu yang Emma' pakai untuk menghitbah Warda, Nak. Selamat ya Sayang... kamu sudah bertunangan. Semoga bahagia fiddunya wal akhiroh ya, Cong."

"Alhamdulillah, Mator kaso'on (Terima kasih, Bahasa Madura kasta halus/tertinggi), Ma'. Kok bisa Emma' begitu meyakinkan sehingga mereka mau dengan pinangan Emma' dan Eppa'?"

"Kalau kita berbicara dengan hati, Cong, yang mendengarkan pun dengan hati."

Alhamdulillahirrobbil 'alamiiin....

Aku bersujud, hamba teramat kecil di haribaan Allah SWT.

Yaa Allah jika wanita itu baik menurut Emma' maka baikkanlah menurut-Mu untuk hamba yaa Allah. Emma' sampai tak sayang dengan cincin di jari manisnya yang seketika dipindahkan ke jari manisnya gadis itu.

Hamba sami'na wa ato'na, Yaa Allah. Jadikahn kami keluarga yang sakinah mawaddah warohmah ya Rob. Aamii Allahumma aamiin...

-00-

Bismillah NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang