Kau Cantik Siang Ini

304 12 0
                                    

Aku gugup saat menghampirinya di masjid RSUD Gresik ini, rasa yang begini masih sama seperti ketika dulu saat kali kepertama kami bertemu. Ini ketiga kalinya aku hendak menjumpainya. Tak seperti dulu, aku benar-benar pucat pasi. Bukan karena apa, untuk bertemu tunanganku kali ini aku masih belum juga punya pekerjaan mapan. Masih karyawan honorer KUA.

Kurebahkan tubuhku di serambi masjid itu. Sebentar saja aku hilang, seingatku terakhir tadi lenganku kutindihkan di dahiku dan tasku kujadikan bantal.

"Mas.... Mas..." sayup-sayup alunan suara itu merayapi kendang telingaku yang masuk halus perlahan. "Mas... Mas..." lagi.

Kubuka perlahan kedua mataku,

"Eh..... eh... Iya... Dik, Maaf.. maaf..."

Aku terperanjat tak alang kepalang. Kuangkat tubuhkku segera seraya membereskan mata, muka, dan rambutku. Saat bangun tadi nyaris kumenyundul sumber suara tadi. Dia membungkuk agak dekat dengan kepalaku. Mungkin hanya mau membangunkanku, bukan orang lain di kanan kiriku.

"Maaf... Mas. Menunggu lama ya."

"Nggak,"

"Ayo mas."

Kami ke kantin rumah sakit di sana membincang banyak hal dengan ringan.

Pada jari manisnya berkilat cincin emas pemberian Emma'ku. Aku mengulum senyum. Adem hati. Warda benar-benar sabar setia menghadapiku.

"Adik kenapa tidak menikah dengan orang yang jauh lebih mapan dan kaya raya?"

"Mas adalah orangnya."

"Aku?"

"Iya, sampean kaya dan mapan, Mas."

"Ngelantur kamu," Kuseruput es tehku. Kuamati di seberangku memperhatikanku dengan riang bahagia. Entah apa yang dipikikan wanita juita ini. Apa karena dia sudah kaya sehingga tak butuh pendamping yang kaya pula. Atau dia sudah lelah menanti kehadiran jodoh dalam hidupnya sehingga dia pasrahkan hatinya untukku yang meminangnya di tanah suci mulia rumah Allah di Makkah. Ah... entahlan.

Semoga kamu bahagia bersamaku, Dik. Semoga kamu tidak menyesal memilihku yang sederhana ini.

-00-

Bismillah NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang