Siap Nikah?

536 11 0
                                    

"Aku kayak belum siap menikah, Ma'." kuucapkan itu pada Emma' lewat telepon, pada suatu sore di kontrakan. Emma' yang diseberang sana langsung memberi khotbah sore.

"Kamu sudah dewasa, Nak. Masak plinplan begini, bilang mau nikah eh sekarang bilang nggak mau nikah. Aku sudah sangat ingin mencium cucu tiap hari, Nak." Kata Emma' agak serak. "Jangan risau soal kamu punya modal biaya pernikahan berapa. Sekarang kamu harus pandai bersyukur. Bagaimanapun, kamu sudah bekerja meski hanya honorer. Nggak usah dirisaukan, Nak."

"Ini kan sangat prinsip, Ma'!"

"Apa kamu semalam ditanya calon mertuamu soal pekerjaan dan tumpukan hartamu?"

"Tidak sih, tapi kan namanya laki-laki harus tanggungjawab, Ma'."

"Syarat nikah itu apabila segumpal daging yang ada di dadamu itu minta nikah, Cong. Kalau kamu lemah di situ, lemah seluruh tubuhmu. Dan kamu sejatinya lumpuh tapi masih mampu berjalan."

"Aiiih... kok gitu, Ma'."

"Iya, pertama kuatkan hatimu. Usiamu sudah 26 bulan depan, syawal tahun ini kami akan tunaikan kewajiban kami sebagai orangtua. Yaitu menikahkanmu. Kamu sudah dewasa, Nak."

Aku tertunduk lesuh. Bagaiman caranya aku menikah dan menghidupi anaknya mantan pejabat teras PT Semen Gresik. Bahkan anaknya sendiri adalah PNS di RSUD Gresik. Sedang aku hanya staf bawahan KUA yang gajinya hanya cukup untuk membayar kontrakan dan makan sehari-hari.

"Ma', boleh diundur kan? Aku mau cari pekerjaan yang lebih bagus lagi, Ma'!"

"Syarat nikah itu, Nak. Kalau kamu sudah sanggup meminta maaf, meski kamu tidak tahu alasannya kenapa kamu meminta maaf, itu sudah pantas jadi syarat kamu siap menikah." Kata Emma' dalam muqoddimah Khutbahnya. He he

"Meminta maaf?"

"Iya."

"Bingung, Ma'. Malu."

"Kenapa malu. Buat Apa Malu, Cong? Meminta maaf adalah langkah kebajikan. Itupun kalau kamu sadar. Kamu mirip Emma'mu ini. Insyaallah karakternya sama. Sama-sama mengapit daun kunyit (Peribahasa yang bermakna: memuji diri sendiri)," tukas Emma'.

"Biaya nikah okelah dari Emma' dan Eppa'. Lah terus hidup kami ke depan? Tidak mungkin aku meminta istriku dan kami hidup di rumahnya mertua terus, Ma'."

"Kalau kamu sanggup meminta maaf, kamu sudah pantas menikah. Camkan itu, Nak!"

-00-

Bismillah NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang