Haramkah Gagal di Masa Tua?

283 6 0
                                    

Kata Pak Dr (hc) Dahlan Iskan, habiskan jatah gagalmu di masa muda, bung! Atau gimana gitu, persisnya aku nggak hafal persis perkataannya. Namnu intinya begitu kata-katanya, ini biar aku tidak dikata plagiat mengutip tanpa sumber atau asal comot dan yang terpenting adalah biar kita tahu hakekat sopan santun. Itu mahal loh, teman. Harusnya begitu memang kalau mengutip perkataan atau tulisan orang lain. Jangan asal copas.

Supaya kamu tahu saja, atasanku atau bosku yang bolak balik luar negeri saja mengakui bahwa negara maju itu jauh lebih sopan dan santun dari kita, makanya mereka maju dan mapan. Lah, kita ini seharusnya sebagai bangsa jauh lebih berbudaya beradab dan bersopan santun. Kok? Kenyataannya silahkan nilai sendiri.

Kembali ke dawuh Pak mantan Menteri BUMN tadi, bahwa gagal habiskan di masa muda. Artinya di masa tua tinggal mengarungi suksesnya. Petuah bijak ini kini aku perdebatkan dengan sahabatku. Katanya sukses ya sukses saja tidak usah nunggu tua dan gagalnya dihabiskan di masa muda.

"Hidup bagai roda yang terus berputar, Moo," kata kak Dut di warung kopi saat kami nongkrong selepas shalat Jum'at di pinggiran kota di kawasan Sulfat Malang kota. "Jadi sukses harus dibumbui gagal juga meski di masa tua."

"Aku iman kepada yang jatah gagal habiskan saja waktu muda, Kak Dut," jawabku. "aku yakin setelah kita begini-gini saja, kita akan sukses kelak."

"Maaf, kita bersilang pendapat, Moo," katanya lagi sambil menyemburkan asap tebal dari mulutnya sesudah menghirup rokoknya.

"Tidak masalah," kataku. Kuseruput kopi panasku pelan-pelan.

"Jadi maksudmu gagalmu memacari Ruby, Resti, Ita, Lely yang bening di masa mudamu itu dan semua yang gagal itu jadi tambatan hatimu, akan kamu gapai di masa tuamu nanti, heh?" Kutanya.

"Congormu, Moo," jawabnya refleks. "Tidak begitu. Gagal dan sukses yang lain. Misal dulu kita sering bolos sekolah, melakukan yang tidak mutu tidak guna, nongkrong kayak gini, dan nakal lah pokoknya yang tidak kriminal pokoknya. Nah itu yang begitu gagalnya."

"Iya, yang sia-sia begitu ya habiskan tuntaskan di masa itu, Dut. Kita sekarang harus move on, lupakan atau kenang saja masa itu dan sekarang jalani hidup kita di pekerjaan juga bersama keluarga dengan berkualitas. Itu adalah sukses kita. Berati tidak mengulangi masa buruk." Kataku.

Sebenarnya bukan buruk. Tepatnya tidak lagi baik bagi kita saat ini. Aku sangat tidak ingin bilang masa lalu kami buruk. Karena dari nongkrong, jalanan, dan kami bersama-sama gank non formal kami dulu itu aku dapatkan tempaan dan pelajaran hidup yang sesungguhnya: tentang solidaritas, gotongroyong, saling percaya, dan setia kawan. Itu!

"Maksudku gagal kan sunnatulloh, Moo. Dia datang sesuai kehendak Allah. Kalau Allah berkehendak kita gagal di sela sukses kita di masa agak tua ini ya itu fair kan?"

"Menurutku gagal dan sukses kita perlu kita setir, kak. Hati kita yang harus terus kita tata. Berbaik sangka, selalu membantu orang lain, toh sejatinya itu membantu diri kita sendiri, dan sertakan selalu Allah dalam aktivitas apapun, jangan lupakan Allah. Dulu saat aku kecelakaan jatuh dari motor dan kepala bocor lalu dijahit itu, karena aku sadar betul aku sedang meninggalkan Allah di masjid. Seharusnya aku bawa ke manapun, sebagai penolong dan tempat perlindunganku. Maaf siapalah aku. Bukan sok suci. Tapi memang itu imanku, kak. Dari begini insyaalloh kita dijaga oleh Allah dari gagal, kak."

Aku sering panggil si Affan dengan kak di samping panggil Kak Dut. Karena usianya menurut KK dan KTP dia lebih tua dariku setahun. Juga aku takzim padanya. Ibu bapaknya sudah mengaggapku sebagai anak keempatnya. Mereka sangat baik padaku. Kakak-kakanya juga baik padaku.

Bismillah NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang