Ikhtiyar Mengadu Skill

244 6 0
                                    

Kepala kipas angin merk Matsunichi warna biru muda yang berdiri di sudut kamarku menggeleng teratur sesuai titah sistem elektro yang menguasai tubuhnya. Dia terus menggeleng ke kiri dan ke kanan layaknya waliulloh yang sedang berdzikir sambil melantunkan kalimah-kalimah Allah dalam hatinya saat i'tikaf di masjid. Selain menggeleng-geleng, dari mulutnya ikhlas ia semburkan angin yang berembus tak terlalu kencang. Sedang lah. Angin itu kemudian memeluk ragaku dengan penuh keyakinan, bahwa aku akan dijamin tak akan kecewa padanya. Maklum, kontrakan beratap cor-coran itu memberi hawa panas khusus untuk kamarku. Atap itu mungkin hendak dilanjutkan menjadi istanah oleh si empunya bila sudah terkumpul banyak uang.

Aku membuka laptop usangku usai shalat isya' di kamar ukuran 3 x 4 meter ini. Kunyalakan ia kutancapkan persenjataan perangku di usb seperti modem, mouse kabel, dan persiapan charger-nya. Inilah perangku dalam berikhtiyar mengadu skill (dan nasib) dalam hidup ini, teman. Perang kehidupan yang susungguhnya.

Memang aku saat ini telah bekerja, namun aku harus lagi berikhtiyar mencari yang lebih baik lagi. Pekerjaan sebagai karyawan honorer di kantor urusan agama yang tupoksinya tak terlalu jelas, yang ada aku sibuk membuat majalah di KUA itu, kok membuatku jenuh.

Aku harus melanjutkan memasukkan lamaranku melalui daring (dalam jariangan) ke perusahaan yang mampu memberiku pekerjaan keren yang juga mampu menggajiku mahal. Setiap manusia normal itu harapan normal aku rasa.

Kususuri dunia internet, dunia antah barantah nun jauh di sana. Setelah beberapa lama aku beralih ke laman resmi kampus kami umm.ac.id, di sana sebelum-sebelumnya aku disuguhi lowongan kerja industri kelas atas di negeri ini. Ada yang perushaan pembuat ban mobil di Surabaya, aku masukkan lamaran. Ada perusahaan furniture di Bandung, aku masukkan. Ada perusahaan kardus di Sidoarjo, aku lamar ia, ada juga perusahaan air mineral agak raksasa di Pasuruan juga aku lamar.

Tak cukup di situ, sudah aku mendapat panggilan kerja di perusahaan-perusahaan itu, tapi tetap saja dari sekian banyak itu, banyak pula perusahaan menolakku. Meski ada juga yang menerimaku tapi akunya yang tidak cocok. Ndak tahu, ini soal hati saja. Bayaran mahal dan aku di akal sudah layak, tapi di hati nurani ndak layak, aku menolak.

Kini kutelusuri lagi laman Universitas Muhammadiyah Malang itu. Malam ini aku berniat mencari beasiswa kuliah ke luar negeri yang gratis. Modalku hanya niat yang tulus dan sedikit bekal Bahasa Inggris (pasaran) yang tak sesuai grammer (ilmu tata Bahasa Inggris yang baik dan benar). Tidak apa.

Kupelototi satu demi satu sub menu di web kampus kerenku itu, lalu kubuka sub menu lowongan kerja, hasilnya tidak ada yang mengembirakanku. Ada semacam rasa putus asa telah melelah-lelahkan diri memelototi laman kampus yang telah kutinggalkan tiga tahun lalu itu. Namun di ujung pencarian aku buka link berjudul kerja sama luar negeri di sudut bawah kiri laman. Kubuka dan kulihatnya satu demi satu info yang ada dengan aku makin membesarkan bola mataku. Ada kampus kawasan Amerika, ada Eropa, dan ada Asia.

Alhamdulilah, banyak informasi seputar kuliah ke luar negeri yang kujumpai. Namun tidak gratis penuh sebagian besar. Ada yang malah menyaratkan macam-macam. Ribet.

Kuhela nafasku, kuhebuskan lagi perlahan. Meski dengan agak mengantuk, aku terus menelusurinya.

Kubuka link lainnya yang di kawasan Asia. Kudapati ada kampus Yala Rachabhat University of Thailand. Kampus itu bekerjasama dengan kampusku untuk membuka dan menerima lulusan S1 (khusus alumni di kampusku) untuk menjadi guru tetap mengajar Bahasa Indonesia bagi putra putri pejabat kedutaan Thailand dan para dosen di kampus tersebut. Serta ada tambahan keterangan tugas, yaitu mau mengembangkan atau mengurus persyarikatan Muhammadiyah di Thailand selatan itu. Dijelaskan pula bahwa populasi penduduk di Thailand wilayah selatan itu mayoritas beragama Islam, meski secara keseluruhan statistik keagamaan di negeri seribu pagoda itu beragama Budha. Info itu kubaca di pengantar di bagian atasnya. Sedangkan di bagian tengah sebelum tanda tangan ada poin-poin syarat yang menurutku tidak terlalu berat. Syarat itu di antaranya: Pria/wanita; Beragama Islam; Paham dan aktif di Muhammadiyah dibuktikan dengan sertifikat/SK kepengurusan di intra kampus, daerah/cabang/ranting dan atau di AUM (amal usha Muhammadiyah); usia maksimal 30 tahun; berkemauan keras; semangat; ridho dan ikhlas semata untuk berjuang di jalan Allah; dan mau dikuliahkan S2/jenjang lanjutan. Kirim CV dan lamaran bermaterai sertakan dokumen pendukung lalu hadir pada wawancara langsung yang diadakan di kantor kerjasama luar negeri di gedung Rektorat Universitas Muhammadiyah Malang, Senin, 07 Agustus 2013, pukul 08.00-12.00. Pengumuman pada Senin, 18 Agustus 2013.

Bismillah NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang