Bahagia itu Bekerja Laksana Rekreasi

425 14 0
                                    


Bulir air hujan masih turun dengan cukup deras menyusuri cekungan genteng-genteng gedung Badan Penasihatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Blimbing Kota Malang di Jalan Imam Bonjol. Kepala BP4 beserta para staf juga aku sibuk memasang terpal di halaman depan perpus supaya air tidak membias ke aula yang mulai bocor di dinding gedung itu, di dalam aula ada sekitar 30 muda mudi sedang mengikuti seminar pra nikah.

"Tarik lagi ke bawah, pak," ucap salah satu pemasang.

"Oke..oke..." kata yang lain.

Tak berlangsung lama, terpal itu menutupi halaman KUA meski tak sempurna. Dan karenanya tak ada hujan merembes ke beranda kantor BP4. Ia hanya mengintip dari kolong terpal.

Aku salah satu pemrakarsa acara BP4 itu, teman. Aku ikut berdesakan bersama para wartawan yang meliput acara. Aku sudah bukan supervisor bahan jadi di PLN lagi. Aku kini karyawan honorer Kementerian Agama Kota Malang yang diletakkan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Blimbing. Aku juga admin sosmednya kantorku, juga pembuat majalah di kantor kami. Ya, yang kadang mengurus majalah keluarga itu hingga terbit dan yang mengurus macam-macam di luar job wajibku. Hanya saja jangan harap Anda menemukan konten seperti cara merawat burung lovebird, cara membuat sangkar burung, memelihara ikan dengan menyenangkan, dan sebagainya di majalah yang kami terbitkan itu. Anda pasti akan gigit jari belaka. Sebab di sana adanya adalah rubric rukun nikah, syarat syah nikah, dan artikel-artikerl hanya seputar pernikahan. Ngerti?

Ya, sebuah majalah keluarga. Media itu adalah milik KUA. Kepala di kantor kami memintaku untuk mengurusnya. Baik jadi wartawan abal-abal maupun yang ngedit dan membawanya ke penerbit. Majalah ini harus beres setiap empat pekan sekali.

Kali ini aku juga meliput acara seminar pra nikah. Yasudahlah, intinya semoga berguna apa yang aku kerjakan ini.

"Hujan tak berarti mendung kan ya adik-adik?" kelakar Hajjah Nauna Firdausi, pembicara berkerudung oranye duduk di balik meja di atas panggung setinggi tiga puluh centimeter. "Harus semangat ya."

"Kalian ini pasangan calon pengatin apa masih penjajakan saja?" tanyanya lagi

Audien gaduh. Saling tatap satu sama lain sambil senyum.

"Sudah siap ke pelaminan semua?"

Para peserta makin gaduh dan mesam mesem saja menanggapi pertanyaan dari pemateri.

"Baiklah, adik-adik. Mari kita mulai majelis ilmu ini dengan membaca basmalah. Bismillahirrohmannirrohi....

"Adik-adik... atau kupanggil kalian anak-anak saja ya. Kalian seperti anak saya. Usianya kan tidak ada yang lebih dari 25 tahun semua? Anak-anak saya semua sudah berkeluarga.

"Begini anak-anakku sekalian. Menikah itu nikmat loh... sungguh Allah memuliakan orang yang menikah. Saya sudah mengalami. Enak. Buktikan saja kalau tidak percaya. He he . . .

"E... si mas ini kok mesemnya serius ya? Hehe.." tuding Hj. Nauna pada salah satu peserta di hadapannya. "Sudah siap menikah kamu? Ayo mbaknya jangan hanya digantung cintanya. Kayak jemuran saja digantung. Burung tuh yang gantung."

Seisi aula terbahak-riuh. Si perempuan yang disamping pemuda tadi mesem malu.

"Anak-anakku, menikah itu atau dalam Bahasa formal berdasarkan perundang-undangan adalah perkawinan adalah suatu akad atau janji suci yang mengikat laki-laki dan perempuan sehingga hubungan keduanya menjadi halal. Menikah tujuannya adalah untuk mencapai sakinah mawaddah wa rohmah. Apa artinya? Sakinah dalam bahasa Arab memiliki arti kedamaian, tenang, tentram, dan aman. Asal mula kata ini berasal dari Al-Qur'an surah 30:21 (Ar-Rum), yang mana pada ayat ini tertulis: Dia Allah menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang.

Bismillah NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang