Man in The Rain #sejeong

116 17 0
                                    

You can't stay, no, you can't stay.
You're no loser, there's still time to ride that train
And you must be on your way tonight.
Think anew right through, you're a man in the rain.
-Mike Oldfield in sejeong's jurnal
.
But sebenarnya saat seseorang itu datang aku sempat kaget saat tau pria yang nyebrangin aku tuh...

bernametag kan william (oh sehun).

Akupun menatap dalam nametag itu sambil berjalan,  sedang ia fokus mengantarku ke sebrang sana.

"makasih kang" ucapku menunduk malu. Ternyata pria nyebelin ini baik juga ya.

"gausah so gengsi teh. Teteh cantik tapi bukan berarti teteh bisa gunain kecantikan teteh cuman buat orang ngasih jalan ke teteh." balasnya dengan ketus dan sedikit senyum lalu berbalik meninggalkanku. Dibelakangnya aku nemberikan gestur ingin menonjok si pria nyebelin itu serta memberikan deathglare tentunya.

Cih,  baru juga kupuji eh itu aslab udah kumat lagi nyebelinnya. Eh tapi kenapa dia bisa mengucap ulang apa yang aku fikirkan tadi?

Ah sudahlah aku ngerasa dia asal ngomong saja.

Aku pun terpaksa naik angkot dari arah belakang sekolah,  yang bertujuan akhir di gang depan menuju rumah.  Kalau naik ini sih lebih jauh pas mau ke jalan rumahnya,  daripada kalau naik angkot yang biasa dipake.
Tapi yaudah sih.

10 menit berlalu. Aku pun menyibukan diri dengan membuka diktat praktikum sialan itu,  yang ternyata sudah di acc.  Tapi nilai F nya itu membuatku mengepalkan tangan saking sebel, karena dia seenaknya sekali memberikan nilai, padahal perhitungannya sudah benar.

"neng cantik mau turun dimana?"tanya mang mang angkot didepan sambil nyetir.

"aku? Eh-eh di nasgor  bang djali aja. Masih jauh ga mang?" tanya ku balik secara spontan kepada mang angkot setelah dikageti dia.

"engga,  turun aja sebentar lagi neng. Sekalian amang masukin kedalam aja ya jadi neng tinggal nyebrang sekali doang"

"oke mang" ucapku siap siap membereskan barang bawaan dan memasukan seluruhnya kedalam tas. 

***

Saat aku turun dari angkot, aku melihat sebuah mobil bmw hits 90 terparkir tepat didepan mataku, yang terlihat tak beda jauh dari mobil kang william. Dan benar saja,  saat pemilik itu turun dari mobilnya,  terlihat jelas kalau raga itu milik kang will.

Dalam hati ku bertanya,  mau apa dia kemari?

Aku pun memasang ekspresi tak peduli saat ia mulai berjalan menyebrang ke arah kemari, yang ga mungkin bakal nyapa.  Eh tapi gatau. 

Tapi Fikirku sih,  yakali aja gitu dia mau nyapa aku,  palingan dia mau ketemu cewek keberapanya dia gitu yang dia tunggu disini.

Aku berjalan dengan pelan dan tenang, berusaha tak menyapa dan pura pura tak mengenali dia.

Dan saat kami berpapasan ditengah jalan,  aku berusaha tak acuh,  namun dia malah menahanku agar tidak pergi. Aku terpaksa menatapnya untuk memberikan kode agar dia minggir dari tubuhku.

"kang,  mau ke-"

"rumahmu."

"hah? Maksudnya?"

"saya belum selesai bicara."

 ucapnya tegas ala komdis kampus, gila jir serem. Aku memunduk takut dan meremas rok panjang sekolahku. Setelah menunduk akupun mengangguk kecil memberi kode padanya untuk memulai pembicaraan.

will i amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang