Rhea 2

677 25 2
                                    

Siapa saja tolong tarik Drian dari mimpi buruk ini. Siapa saja juga tidak akan percaya jika Drian ceritakan bahwa istrinya kembali ke bentuk remajanya. Beberapa saat yang lalu dia, istrinya maksud Drian, berteriak sampai membangunkan putri mereka yang baru saja berhasil ia tidurkan karena beginilah mereka berbagi tugas untuk menjaga Ale, namun sekarang dia malah menangis. Sekali lagi yang Drian maksud menangis adalah istrinya. Tangis wanitanya adalah hukuman bagi Drian, tiga tahun menikah Drian tidak pernah melihat Rhea menangis selama ini. Tidak pernah. Kecuali jika mungkin Rhea menangis di belakangnya. Pertengkaran keduanya dua bulan yang lalu berputar bagai rekaman kusut di benak Drian.

Drian salah. Ya, memang dia yang salah.

"Jangan Sally aja, Dri! Peluk semua perempuan yang kamu temui!" Rhea menatap Drian benci, ia melempar cincin yang laki-laki itu sematkan padanya di depan orang tua mereka dan benda itu tepat mengenai dada sang suami.

Sakit. Itu yang Drian rasakan. Beraninya Rhea melakukan hal yang menyakitinya padahal Drian tidak pernah membuatnya kesakitan dalam hal apapun. Melihat dengan kepala sendiri bahwa istrinya tidak merasa bersalah telah membuang benda yang mati-matian ia dapatkan untuk bersamanya juga membuat Drian marah. Namun nama yang disebut Rhea entah kenapa membuat Drian merasa segala amarah dan sakitnya tidak lagi berarti. Petaka sudah menyambangi rumah tangganya. Drian tau itu.

"Rhe, Ale bisa ketakutan kalau kamu-"

"-Terserah!!! Ale lebih baik ketakutan sekarang daripada menanggung malu karena memiliki pria sialan kaya kamu sebagai Papanya."

"Rhe... aku dan Manda tidak ada hubungan apa-apa, maksudku aku belum bisa disebut selingkuh." Jujur, Drian sendiri pening dengan kalimat yang barusan terucap.

"Aku ga peduli Dri!!"

"Tolong pahami aku, Rhe.. aku cuma bingung sesaat. Ka- kamu terlalu sibuk dengan Ale dan aku-" Drian tidak sanggup melanjutkan ucapannya karena istrinya menutup mata dan menggeleng kencang. Drian yakin ia pun tidak akan sanggup mendengar kelanjutan ucapannya sendiri.

"Begitu? Berarti aku yang salah, ya, Dri! Aku" aku Rhea dengan tatapan tersakiti. Alesha Zaneta Russel adalah putri mereka, Drian mengaku mencintai putri mereka lebih dari apapun begitupun Rhea. Namun kemudian Drian menjadikan darah daging mereka sebagai alasan kenapa ia berpaling.

"Jika ada cara, apapun itu biar aku ga pernah ketemu kamu, ga tergila-gila sama kamu. Aku pasti lakuin itu apapun resikonya sekalipun mempertaruhkan keberadaan Ale!" pekiknya. Rhea kemudian meninggalkan sang suami, mengunci kamar. Membuat jarak yang selama ini Drian buat diam-diam menjadi begitu nyata.

Jadi.. apakah sekarang istri Drian sedang berada di masa lalu dan membenarkan apa yang menurutnya salah sejak awal? Apa ini masuk akal? Tapi di balik semua kenyataan yang menakutkan ini, Adrian Russel lebih takut jika Rhea mendapatkan cara apapun yang pernah dia katakan sehingga Drian tidak lagi memiliki wanita itu dan putri mereka.

Di sisi kamar yang lain, Rhea menatap pria itu dengan kedua alis menyatu. Rhea mengakui bahwa dirinya adalah gadis bodoh yang rankingnya di kelas selalu berada di ambang batas. Tapi dia cukup pintar untuk tidak mempercayai ucapan Om ini, apa dia pikir Rhea sedungu itu hingga bisa diperdaya olehnya? Tidak, Rhea harus pergi dari sini!

"Jangan berpikiran untuk kabur dariku Rhea! Kamu harus bertanggung jawab atas kami."

Belum juga bergerak dari posisinya, Rhea merasa sudah ketahuan. Seperti Om ini bisa mendengar isi kepalanya saja. Rhea kemudian mengangkat kepalanya hingga ia yakin si Om bisa melihat betapa kesalnya ia saat ini. Rhea juga bisa melihat pria itu juga tengah kesal padanya.

Rhea Davina RusselTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang