Rhea 34

42 3 0
                                        

Ale tidur nyenyak dalam pelukan Mamanya sore itu dan tidak terganggu sama sekali dengan isakan sang Mama. Rhea selalu menyeka air matanya sebelum air matanya turun dan membasahi tangan Drian yang menjadi bantalnya. Rhea berbaring ke arah kanan sehingga air matanya pasti turun menuju telinga kanan, bukan turun searah dagu. Rhea bodoh, ia tau bahwa Drian mendengar dengan jelas bahwa dia sedang menangis, lalu apa gunanya menyeka tiap air mata yang keluar? Mana tiap isaknya semakin besar, Rhea bisa merasakan Drian mencium kepalanya bagian belakang. Seperti sedang menenangkan. Dan Rhea tidak munafik bahwa menangis di depan pria ini, di dalam pelukannya terasa lebih baik dari pada menangis seorang diri selama enam tahun belakangan. Baik untuk semua yang terjadi di sini atau untuk apa pun yang terjadi di sana.

Tangis wanita itu akhirnya reda saat akhirnya Ale bangun. Bukan karena tidak ingin menunjukkan wajah jeleknya pada sang putri tapi karena ia telah menangis terlalu lama. Ale membalas pelukan sang Mama dan gelak tawanya saat bercanda dengan Drian yang berbaring di belakang Rhea terasa memabukkan. Iya, memabukkan. Tidak ada kata lain yang bisa mendeskripsikan bagaimana rasanya mendengar tawa putrimu yang kamu kira sudah tidak ada di dunia selain memabukkan. Dan mungkin pelukan Drian di sekitar perutnya juga lengan pria itu yang senantiasa dijadikan bantal lah yang makin membuatnya tidak ingin beranjak dan tidak ingin memejamkan mata walau sedetik saja. Padahal mungkin pria ini sudah merasa sangat keram pada lengan kanannya. Atau justru sudah mulai mati rasa tapi tidak sedikit pun Drian bergerak untuk sekedar membenarkan kepala Rhea agar tidak terlalu menyakitinya. Ya Rhea bayangkan aja dong, satu tahun dua bulan istri tercinta Drian ilang begitu aja padahal hubungan mereka karena salah paham belum selesai. Makanya sekali ketemu dua hari sekalipun Drian sanggup tiduran seperti ini.

Namun ketiganya harus berpisah karena Bapak berdiri di ambang pintu dan meminta ketiganya untuk segara makan malam. Awalnya saat Drian masuk, pria itu tidak sempat menutup pintu dengan benar kemudian datang Ale yang bisa masuk hanya dengan mendorong pintu yang tidak terkunci dengan benar tersebut dan mereka bertiga entah bagaimana caranya berakhir di ranjang dengan posisi seperti ini. Tentu saja tidak ada di antara Rhea, Drian apalagi Ale yang menyempatkan untuk menutup pintu lebih dulu.

"Mama, yuk!" ucap Ale bangkit dan sekarang duduk dengan rambut yang mencuat ke samping.

Rhea juga berniat bangkit tapi tangan Drian pada perutnya membuat wanita itu kembali pada posisi semula. "Ale mama sama Kakek, ya? Bilang sama Kakek, Papa masih mau sama Mama."

"Oke," ucap anak perempuan yang sudah bisa mengerti semua yang orang tuanya katakan padanya.

Sedangkan saat Drian ditinggalkan begitu saja oleh putrinya, dia langsung menarik Rhea agar sang istri menghadap padanya dan begitu saja, kini pria itu mengubur wajahnya di ceruk leher sang istri. "Sebentar ya, Rhe.. beri aku lima menit dan aku akan jelasin semuanya sama kamu," ucap Drian yang suara nya tertahan pada tulang selangka sang istri.

Tapi beberapa menit kemudian Rhea merasakan napas pria itu menjadi teratur, pelukannya juga agak mengendur yang menandakan bahwa sang suami sudah tertidur. Dan Drian yang sudah tidak tidur selama tiga hari belakangan menjadi begitu nyenyak tidurnya dengan sang istri berada yang dalam rengkuhannya.

>>>

Yang menjadi kejutan bagi Drian selanjutnya adalah karena saat ia bangun keadaan sudah terang dan tidak ada Rhea di dalam kamarnya. Satu hal yang langsung terlintas di benaknya adalah apakah semua yang ia ingat adalah mimpi meskipun wangi dan tubuh isrinya yang ia peluk terasa begitu nyata? Beruntung Rhea langsung masuk ke dalam kamar untuk mematahkan asumsi tersebut. Drian menyugar rambutnya, dia menjadi agak pusing karena detik pertama membuka mata langsung terduduk karena kaget.

"Sini Sayang," ucapnya menepuk pelan pinggir ranjang di dekatnya. Dan meskipun ini terasa seperti mimpi karena pria itu mendapatkan Rhea mengabulkan permintaannya, kali ini dia tau bahwa tidak ada yang bermimpi di sini. Rhea nya nyata. Rhea yang paling cantik di antara semua Rhea yang ada di luar sana duduk tepat di depan dirinya.

"Maaf aku ketiduran. Aku janji langsung cerita tanpa nunda-nunda lagi."

"Ayo makan, aku udah bikin sarapan dan cuma kamu yang belum makan." Rhea sudah tidak punya amarah lagi untuk apa yang pernah terjadi atau mungkin apa yang masih terjadi mengingat dirinya menghilang selama enam tahun. Tapi selama Rhea pergi tersebut ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana pentingnya keberadaan Manda bagi Adrian Russel. Dan sama dengan Adrian yang sangat membutuhkan Manda yang mondar-mandir memanggilnya Kakak dengan cara imutnya, Manda yang ini pasti juga punya peran penting dalam hidup suaminya.

Dan rasanya Rhea jauh lebih bisa menerima bahwa Manda adalah sahabat penting Drian dari pada fakta bahwa ia hanya menghilang selama satu tahun dua bulan. Karena wanita itu tau pasti bahwa ia menjalani nyaris enam tahun penuh bersama Drian miliknya Manda. Namun perkembangan Ale juga tanggal yang ada di kalender menunjukkan bahwa ucapan suaminya sama sekali tidak salah.

Karena keduanya yang terpisah oleh ruang dan waktu, Rhea dan Drian menjadi begitu banyak bicara. Sebelum tidur di malam hari akan menjadi waktu keduanya bicara sampai salah satu dari mereka tidur. Hanya malam hari saja mereka bisa punya waktu banyak karena Drian kembali pada rutinitas pekerjaannya. Tapi jika sudah akhir pekan, mereka bisa bicara di mana saja. Bisa sambil mengajak Ale main di luar atau mengunjungi Bapak kemudian mereka akan membiarkan Bapak dibuat pusing oleh cucunya yang tidak berhenti mengoceh sementara Rhea dan sang suami akan tiduran di dalam kamar menceritakan Adrian atau Rhea lain yang mereka kenal selama keduanya terpisah.

Rhea dan Drian membicarakan semuanya tapi tidak dengan Manda yang diputuskan oleh Drian untuk menikahi Rhea. Wanita itu mengerti, kelewat mengerti malah, tapi tetap saja rasanya wanita itu tidak ingin Drian terlalu sering menyebut nama wanita itu di depan Rhea. Tapi tetap saja ia tidak bisa mengelak untuk mendengar sesuatu tentang wanita tersebut. Bukan dari Drian tapi dari video tiga menit yang ia temukan di ponselnya. Rhea pikir dia hanya akan menemukan foto-foto absurd Ale dan Rhea dengan rambut noraknya di akun instagram miliknya tapi ternyata masih ada lagi jejak dari seseorang yang ternyata benar-benar mirip dengannya itu.

"Untuk diriku di masa depan."

Rhea memutar bola matanya mendengar kalimat tersebut. Siapa yang diri siapa di masa depan? ucap wanita itu dalam hati tapi tetap mencoba untuk mendengarkan videonya sampai akhir.

"Aku tau kamu marah sama Om Drian karena dia selingkuh sama the great Manda. Kenapa aku sebut the great Manda karena cewek sial itu bisa lolos dari kemartian dan dadanya ga jadi dipotong. Eh engga dong! keliru tuh barusan! Om Drian ga selingkuh, tapi otewe selingkuh. Pokoknya jangan lama-lama marahnya sama Om Ganteng kita. Aslinya Om Drian baik banget, hidup kita terjamin kalo sama dia." Rhea tersenyum geli mendengar orang dengan wajah sama sepertinya memanggil sang suami dengan sebutan Om.

"Ga cuma bisa belanja sepuasnya, main sepuasnya dan marathos drama korea sepuasnya, Om Drian juga orangnya sopan banget. Aku ga pernah tuh dipegang-pegang sama dia, dielus-elus gitu juga ga pernah. Tidur aja pisah kamar. Dia sama Ale tidur di sofa dan aku di dalam kamar. Padahal aku istrinya loh. Pokoknya aku pasti tetap bakalan nikahin Om Drian di masa depan meskipun dia bikin kita nangis. Jangan bilang-bilang Om Drian tapi, ya? Sumpah dia sok ganteng banget orangnya. Suka bikin kita yang dengar pengen nonjok. Kalo ga percaya tanya sama temenku si Om Zaki. Ya udah, pokoknya baik-baik sama Om Drian."

Rhea Davina RusselTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang