Rhea 20

69 4 0
                                    

Drian mengelilingi motor Manda yang terparkir dengan cantik di depan rumahnya. Tidak salah lagi, ini motor memang punya juara tiga kelasnya Zaki. Saat Drian masuk ke dalam rumah, ia menemukan Rhea dan Manda yang sibuk dengan donat yang sedang diberi toping. Jika Drian tidak salah, mungkin mereka berdua sudah cukup lama menghabiskan waktu berdua sampai sempat membuat donat kesukaannya Manda.

"Eh sudah pulang," goda Rhea pada Drian yang berdiri canggung di ambang pintu.

"Langsung mandi biar bisa cepat makan sama kita."

"Sama.. kita?" ulang Drian ragu.

"Iya, sama Manda. Makanya jangan lama-lama," ucap Rhea memberikan apa yang Drian inginkan. Dan Rhea tidak bisa berhenti menganggap reaksi yang Drian tunjukkan saat ini menggemaskan.

Sedangkan di sisi lain, Drian tidak mengerti kenapa Manda bisa ada di rumahnya. Tentu saja hal ini ada hubungannya dengan bekal pagi ini. Tapi kenapa? Kenapa bekal bisa membuat Manda berubah pikiran dan tidak dengannya? Atau karena bekal itu dari Rhea? Nah.. "Rhea," ucap Drian sebelum membuka atasan seragamnya dan melempar asal ke atas ranjang.

"Kalau tau Manda bertekuk lututnya sama Rhea, dari kemaren-kemaren kali gue minta Rhea ngomong sama dia," ucapnya sebelum menghilang di balik pintu kamar mandi.

Dan mandi sudah pasti tidak akan berlangsung dalam waktu lama karena ada tamu yang tidak diundang di rumahnya. Tamu yang meskipun tidak diundang, tapi keberadaannya sangat Drian sukai. Beberapa menit kemudian Drian sudah duduk di meja makan tepat di depan Manda sehingga ia bisa menatap juara tiga kelasnya Zaki dengan leluasa. Apakah kamu bertanya-tanya kenapa ia terus menyebut Manda dengan juara tiga kelasnya Zaki? Karena cowok ini enggan menyebut Manda sebagai mantannya. Alih-alih mantan, posisi juara tiga yang selalu Manda raih lebih membanggakan bagi Drian.

"Kak, adek Kakak nih.." ucap Manda kesal karena ditatap dengan kedua mata dibuat menyipit seperti itu. Drian pasti sedang berpikir macam-macam. Semacam-macam Manda yang datang kemari karena ingin bertemu dengan cowok ini. Benar sih, tapi keinginan tersebut tidak terlalu dominan. Dan tatapan Drian saat ini membuat keadaan terlihat seperti kebalikannya.

"Makan!" ucap Rhea sembari meletakkan piring berisi nasi hangat di depan Drian dengan agak kasar. 'Lebay banget sumpah,' bisik Rhea pada dirinya sendiri. Seakan lupa bahwa dirinya dulu lebih parah. Rhea selalu nyengir seperti orang bodoh di depan Drian padahal aslinya sudah bodooh.

Selanjutnya Rhea juga mengambilkan nasi untuk tamunya. Jika Manda tidak datang khusus untuk dirinya, Rhea bersumpah ia tidak akan melakukan hal ini. "Nah, semua perhatian dialihkan ke aku," ucapnya membuat pengumuman. Setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, Rhea mulai mengatakan apa yang sebenarnya paling ia inginkan.

"Manda udah tau kalo kejadian hari itu salah paham. Bahwa Drian cuma adik keras kepala yang susah banget dimintain tolong," ucapnya sambil melirik Drian dengan tatapan malasnya. "Jadi, karena salah pahamnya sudah diluruskan, kalian sudah boleh pacaran lagi."

Dan Rhea benar-benar merasa tersinggung dengan tatapan yang sepasang remaja itu berikan padanya padahal ia hanya ingin menyelamatkan keduanya. Atau mungkin menyelamatkan Drian dari kehancuran dirinya sendiri.

>>>

"Rhea," ucap Drian dengan kedua tangan meremas troli dengan geram. Ia tau bahwa dirinya harus maklum jika beberapa pria menganggap Rhea adalah adalah gadis yang boleh didekati. Pertama karena tidak ada cincin melingkar di jarinya dan kedua tentu saja penampilan Rhea lebih seperti bocah baru beranjak remaja alih-alih ibu satu anak meskipun ibu-ibu satu anak itu sedang menggendong putrinya sendiri. Tapi melihat Rhea selalu memberikan tanggapan benar-benar membuatnya kesal. Belum lagi penampilannya yang terlihat seperti artis. Sudah barang pasti semua mata teralih padanya. Dan bagaimana Drian tidak menyebutnya terlihat seperti artis kalau rambut Rhea tidak diwarnai dengan warna pink pastel ombre?

Rhea Davina RusselTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang