Rhea 30

89 5 0
                                        

Rhea tidak pernah memeluk Shaqeel seerat ini apalagi sejak tiga tahun belakangan predikat menyebalkan sudah tersemat pada saudaranya ini. Tapi Shaqeel memberikannya sesuatu yang sangat penting bagi Rhea. Sesuatu yang bisa membuktikan bahwa ia tidak gila seperti yang semua orang katakan. Meski bukan pada semua orang, setidaknya Rhea bisa membuktikan pada dirinya sendiri bahwa dirinya tidak gila. Semua yang ia alami empat belas bulan tepatnya sepuluh tahun yang lalu adalah nyata. Karena tempat ia berdiri saat ini pun lebih dari sekedar nyata.

Rhea bahkan bisa mendengar suara bayi perempuan itu memanggil-manggil namanya. Dan hal tersebut hanya membuat tangisnya semakin menjadi-jadi. Rhea tidak peduli bahwa saat ini ia membasahi baju Shaqeel. Sedangkan Shaqeel yang tidak tau bahwa alasan kenapa Rhea sangat menginginkan apartemen ini ada hubungannya dengan masa lalu saudaranya itu, hanya bisa membalas pelukan Rhea. Tidak ada cara menghentikan wanita ini menangis karena Rhea Davina hanya akan berhenti menangis saat dia sendiri merasa cukup. Selalu seperti ini sejak Mama pertama kali membawanya ke rumah.

Rhea menatap malu-malu Dokter Sonia yang pasti datang untuk mengecek keadaannya. Bagaimana tidak malu karena Rhea begitu heboh saat mengetahui bahwa dirinya harus dioperasi. Operasi? Disuntik saja Rhea tidak mau. Jika ada yang bisa dokter berikan padanya, itu adalah obat telah yang bisa membantu gadis itu menahan rasa sakit. Tapi tidak, beliau malah marah-marah karena Rhea yang berpikir ia bisa mengatur segalanya. Om Drian yang tidak pernah memarahinya sejak kejadian terakhir di tempat les yang juga merupakan hari terakhirnya les juga ikutan marah. Kedua orang dewasa itu sempat-sempatnya marah pada Rhea yang saat ini menahan sakit.

Tapi ternyata Dokter Sonia aslinya tidak galak. Dia justru sangat sering mengecek keadaan Rhea setelah operasi selesai dilakukan. Kata beliau, Rhea dengan rambut ombrenya adalah gadis paling cantik yang pernah dilihatnya dan sangat ingin membawa Rhea pulang. Tapi sayang sekali Rhea punya Om yang galak.

"Om Drian kok belum datang, ya, Dok?"

Pertanyaan Rhea simpel. Tapi pertanyaan tersebut membuat Dokter Sonia berpikir lama. Rhea terus mengoceh bahwa ia terus merasa sakit pada bekas operasinya. "Bukan sakit yang sakit banget tapi kalo ingat Dokter Sonia membedah tubuh aku disana, tiba-tiba aja aku kaya bisa ngerasain sakit," terang gadis penuh drama kita.

Sedangkan Dokter Sonia yang tidak merasa pernah melakukan tindakan pada gadis dengan warna rambut yang pertama kali ia lihat ini, yang bahkan artis ibukota saja tidak pernah memiliki rambut dengan warna demikian langsung mengecek bekas operasi Rhea.

"Kenapa remaja ini bisa ada di rumah sakit kita dengan bekas operasi tapi kita tidak punya datanya?" tanya Sonia pada perawat bagian penerima pasien yang harusnya paling mengetahui semua data pasien rumah sakit mereka. Hal itu membuat Sonia enggan mengalihkan perhatiannya dari Rhea. Pada gadis yang jujur saja sudah mendapatkan perhatiannya sejak kali pertama Rhea menunjukkan senyum polos berikut ocehannya.

Sonia memastikan Rhea untuk tidak merasa kesakitan apalagi ternyata gadis itu lebay. Setiap kali berkunjung, Rhea akan menanyakan apakah Dokter Sonia akan menyuntiknya. Karena jika jawaban sang Dokter adalah iya, Rhea berkata agar Dokter Sonia balik kanan saja. Keduanya menjadi sangat dekat karena kalimat demi kalimat asal yang Rhea lontarkan sampai pada akhirnya Sonia harus berpisah dengan gadis favoritnya di rumah sakit karena Rhea sudah tidak memiliki keluhan apa pun. Pada titik ini, Sonia memilih untuk mempercayai bahwa ia lupa pada pasiennya sendiri. Rumah sakit juta sepertinya terlalu sibuk sampai lupa meminta data Rhea. Yang mana sebetulnya adalah mustahil.

"Om Drian ga jemput, Dok?" tanya Rhea dengan wajah cemas. Terakhir kali Om Drian pergi, beliau berkata bahwa akan kembali sebelum Rhea bahkan sadar bahwa pria itu pergi. Meskipun tidak mengerti apa kalimat Papanya Ale tersebut, Rhea mengangguk. Karena kasihan melihat Alesha yang tampak tidak nyenyak tidurnya dan saat terjaga pun balita itu tidak nyaman di tempat ini. Tapi sampai sekarang Om Drian tidak pernah muncul. Hanya Dokter Sonia yang selalu menemaninya.

Rhea Davina RusselTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang