Rhea 24

68 5 0
                                        

"Sejak kapan kamu bisa ngepang rambut sendiri, Rhe?" tanya Drian yang sedang duduk di pinggir ranjang. Memperhatikan Rhea yang duduk di depan meja rias dan mengepang rambutnya sendiri tanpa merasa kesulitan sama sekali. Tapi gadis itu mengabaikannya.

"Baju kamu ganti! Ini mengundang banget bajunya, Rhe."

"Emang ada tulisan welcome nya di bajuku? Atau you're invited!?" tanya Rhea membusungkan dadanya, menunjukkan tidak ada tulisan semacam itu di crop top yang gadis itu kenakan. "Lagian Om ngapain ikut-ikutan bangun? Tidur aja sana kaya yang biasa."

Drian frustasi karena Rhea tidak bisa dimasukkan nilai-nilai kebaikan ke dalam kepalanya itu. "Kalau ada yang nyolek-nyolek langsung telfon!" ucapnya yang sudah berbaring telungkup di ranjang. Masih sambil memperhatikan Rhea.

"Om Adrian Russel," ucap Rhea yang tak kalah frustasi. Kali ini Rhea sengaja berbalik agar matanya bisa bertemu langsung dengan mata Om Drian. Tidak seperti sebelumnya dimana mata mereka bertemu dengan perantara cermin. "Aku ini mau eles, Om. Bukan datang ke tempat esek-esek. Mau belajar iniii.." kata Rhea yang hal terakhir yang akan ia lakukan adalah belajar.

Selesai menata rambutnya, Rhea berdiri kemudian berputar di depan cermin. Mengagumi penampilannya sendiri. "Cantik banget, 'kan, Om?" ucap remaja itu meskipun Om Drian memalingkan wajahnya ke sisi kamar yang lain.

"Cantik banget kalo dipamerin ke orang lain apa gunanya?" cibir Drian.

"Aku di-casting gara-gara ga sengaja mamerin kecantikanku loh, Om. Lupa ya? Banyak gunanya mamerin kecantikan kita, Om," ucap Rhea yang hatinya tetap saja berbunga-bunga meskipun tidak bisa menjadi artis korea.

Drian terkekeh. Tidak sekalipun Rhea pernah mengerti dengan maksud di setiap kata demi kata yang ia lontarkan. Segitu sulitkah untuk memahami bahwa Drian tidak menginginkan jika Rhea tampil cantik untuk orang lain? Tidak salah lagi, ini alasan kenapa Drian tidak sekalipun ingin pacaran dengan wanita yang lebih muda darinya. Rhea memang lebih muda tapi rentang umur mereka hanya tiga belas bulan. Yang Drian maksud adalah seperti sekarang, dengan dirinya dan Rhea yang sedang berkacak pinggang di depan cermin.

"Sudah cantik, kalau kalau kamu masih mau bergaya-gaya di depan cermin, lebih baik aku tarik biaya lesnya. Lumayan, bisa dapat setengah biaya yang dibayarkan," sindir Drian yang langsung disambut dengan julingan bola matanya Rhea.

"Iya, iya." Menghentak-hentakkan kaki, Rhea mendekati Om Drian yang masih tiduran telungkup. Rhea sudah sangat sopan pada beliau. Dia sudah inisiatif mengulurkan telapak tangannya tapi Om Drian menaikkan sebelah alis beliau melihat uluran tangan Rhea. Apa Om Drian pikir Rhea minta uang? "Salim kali, Om," ujarnya yang selalu salim dan cipika-cipiki sebelum sekolah pada Bapak dan Ibuk.

Drian melotot mendengar salim-saliman yang Rhea ucapkan barusan. Apa di mata Rhea, Drian terlihat seperti Bapak? Jangan harap! "Kamu perlu diingatkan kalau aku suami kamu, Rhe?" tanya Drian sambil memegang pergelangan tangan Rhea. Drian tidak bicara dengan nada jenaka apalagi menggoda. Tidak, keadaannya tidak seperti novel-novel lain dimana Om-Om 'betulan' menggoda remaja yang disukainya lalu di beberapa bab ke depan akan ada adegan anu-anuan. Karena pertama, Drian bukan Om-Om dan kedua serta yang paling penting, perempuan dengan rambut berwarna belang ini adalah istrinya yang hanya berubah wujud. Seperti air yang menguap menjadi udara. Bentuknya saja yang berubah sedangkan kandungannya tetaplah oksigan dan hidrogen.

Rhea menarik tangannya dengan sekuat tenaga, mundur satu langkah dan menatap pria yang berbaring di ranjangnya dengan kedua mata yang seperti bisa copot dari kedudukannya kapan saja. Remaja itu marah. Semua orang yang melihat caranya menatap Drian saat ini bisa mengetahuinya dengan mudah.

"Matanya!" ucap drian yang terpancing emosi.

"Rhea matanya!!" ucap Drian sekali lagi karena Rhea sama sekali tidak merespon. Pria itu bangkit dan duduk di pinggir ranjang. Membuat perbedaan tinggi mereka tidak sekentara beberapa saat yang lalu.

Rhea Davina RusselTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang