Rhea 3

420 20 2
                                        

Menjadi ibu adalah pengalaman yang paling berharga bagi Rhea karena ia bisa menyaksikan kebesaran Tuhan melalui setiap tumbuh dan kembang putri kecilnya. Awalnya ia dan suami tetap bekerja dan mempercayakan putri mereka di bawah pengasuhan babysitter namun makin kesini Rhea merasa tidak nyaman bekerja. Ingin cepat-cepat pulang dan memastikan anaknya tidak diperlakukan buruk. Pemberitaan tentang pengasuh yang menyiksa anak-anak dengan mengabaikannya dan tidak memberikan makan dan minum membuat Rhea semakin parno. Akhirnya setelah berbicara dengan suaminya, ia memutuskan untuk berhenti saja bekerja dan fokus pada putri mereka.

Keputusan beberapa bulan yang lalu tidak pernah sekalipun Rhea sesali. Ia sudah melakukan keputusan yang paling benar sepanjang hidupnya. Ale adalah segalanya dan memastikan sang putri tumbuh tanpa kekurangan satu apapun adalah hal yang sudah seharusnya Rhea lakukan. Namun ada satu hal yang terasa semakin janggal. Suaminya menjadi lebih sulit dijangkau. Drian menjadi sering pulang telat atau hanya Rhea yang berpikiran buruk?

Dalam kebingungannya itu Rhea menyadari bahwa ia tidak pernah sejauh ini dengan sang suami. Semenjak mereka mengenal satu sama lain, Rhea selalu berada di sekitar Drian. Kamu bisa bertanya pada semua orang bagaimana Rhea menempeli Drian sejak ia jatuh hati pada Papanya Ale tersebut. Rhea adalah orang yang bersungguh-sungguh jika ingin mendapatkan sesuatu. Jadi saat ia menginginkan Drian, ia mengerahkan semua usaha untuk membuat Drian jatuh padanya. Rhea belajar dandan, belajar masak, menempeli Drian, menyukai apa yang Drian suka bahkan sampai melupakan apa yang disuka oleh dirinya sendiri demi bisa bersama Drian. Rhea melakukan semua yang bisa ia ubah karena beberapa hal pada dirinya yang memang tidak bisa dirubah. Dia tidak bisa merubah tubuhnya menjadi lebih menarik karena Rhea sendiri takut dengan jarum suntik, bagaimana mungkin ia mendaftarkan diri untuk operasi plastik? Rhea juga tidak bisa berubah menjadi pintar, pribadinya yang terlalu santai dipadu dengan kapasitas otak pas-pasan membuat ia tidak bisa belajar hal yang sama dengan Drian. Bagi Rhea hanya ada satu laki-laki dan mungkin karena kesungguhan hatinya, Tuhan membuat Drian menyatakan perasaan padanya. Drian mengaku mencintainya dan tanpa butuh waktu lama, Drian dan keluarganya datang meminang Rhea. Mudah? Tidak, sama sekali tidak. Banyak yang telah Rhea lalui demi pinangan tersebut. Apa yang Rhea lalui tidak semudah kelihatannya. Tidak segampang yang orang-orang lihat, bahwa hanya dengan mengekori pria tersebut setiap hari kemudian suatu hari Drian membalas cintanya dan menikah. Rhea bahkan tidak pernah mendapat hinaan sebanyak yang ia dapatkan dari Drian seumur hidupnya. Namun Rhea tidak pernah mengambil hati semua perkataan Drian karena ia percaya bahwa Drian hanya belum melihat ketulusannya. Belum mengetahui bahwa memang hanya Rhea lah yang bisa mengerti dirinya.

Belakangan, Rhea menyadari ada yang kurang dari kesehariannya, ia tidak lagi bisa berinteraksi lama dengan Drian seperti dulu. Bukan karena tidak mau, tapi karena Rhea memiliki tanggung jawab lain saat ini. Rhea tidak ingin Drian kecewa jika mengetahui bahwa sisi kekanak-kanakannya sama sekali belum angkat kaki darinya. Sisi yang selalu ingin berada di dekat pria itu kapanpun dan dimanapun. Maka dari itu ia berusaha mengatasi masalah hatinya seorang diri. Rhea stress, namun hanya dirinya yang mengetahui hal itu. Di satu sisi Rhea ingin mengurus Ale tanpa celah namun di sisi lain ia juga ingin seperti dulu dengan Drian. Acap kali Rhea rindu perhatian Drian seperti saat mengandung dulu.

'Sudahlah Rhe.. sampai kapan kamu membuat dirimu dipenuhi pikiran yang aneh-aneh?' gumam Rhea setelah selesai menyusui Ale. Kegiatan menyusui menjelang putrinya tidur menjadi saat paling rentan bagi Rhea karena suasana menjadi sunyi dan pikirannya melayang kemana-mana.

Selesai menidurkan putrinya, Rhea bergegas keluar untuk membuang sampah. Tidur Ale akhir-akhir ini tidak terlalu nyaman jadi ia tidak boleh terlalu lama meninggalkan putrinya tersebut. Di sanalah ia melihat Adrian Russel menggenggam tangan perempuan yang Rhea kenali dengan terlalu baik. Di depan mata kepalanya sendiri, Drian menarik tangan perempuan yang berniat pergi darinya kemudian menempatkannya ke pelukan yang Rhea kira selama ini hanya miliknya.

"Tampaknya Tuhan memang sangat sayang padaku. Mungkin karena aku tipe yang bersungguh-sungguh, tidak neko-neko dan tidak suka maksiat meskipun bodoh," ucap seorang wanita yang sedang bersandar di balik tembok salah satu SMA, mendengarkan amanat pembina upacara. Dini hari tadi dia menemukan dirinya berada di tempat asing. Tempat yang sama tapi terasa berbeda. Hilir mudik Rhea menanyakan pada orang yang masih terjaga dan jawabannya tetap sama. Ia tengah berada di masa lalu.

"Mulai dari mana dulu, ya? Si lugu Rhea atau si brengsek Drian?"

>>>

Rhea tidak butuh menelaah apa jenis musibah yang sedang menimpanya saat ini karena yang ia butuhkan hanyalah bisa tidur tanpa diganggu rengekan bayi dan perintah ini-itu dari pria gila yang saat ini menyekapnya. Belasan, tidak, puluhan kali Rhea nyaris bisa tidur namun selalu gagal akibat dua orang manusia yang memiliki hubungan ayah-anak tersebut.

"Aku berangkat."

Memangnya aku peduli?, gumam Rhea. Ia melihat si Gila mendekat dan menggerakkan jarinya di depan wajahnya, seolah Rhea ini burung peliharaannya. Sial!

"Rhea.. berhentilah bertingkah!" Drian syok, Rhea yang ia kenal tidak seperti ini. Cuek, dan tidak menganggapnya penting sama sekali. "Aku bisa semakin tua atau bahkan gila dalam waktu semalam! Kamu dengar aku 'kan Rhe?! Aku berangkat bekerja dan jaga Ale dengan baik!"

"Kenapa tidak dibawa saja anak Om bekerja? Om, 'kan tahu sendiri aku bahkan ga bisa gendong Ale. Terus siapa yang beresin pup-nya? Aku?! Aku sih tahan-tahan aja dengan baunya."

"Aa.." angguk Drian mengerti. "Jadi begini watak aslimu, Rhe? Berarti yang kamu tunjukkan selama ini hanya kamuflase?"

Rhea melihat Om Drian mendekat. Kemudian secepat pria itu berdiri di depan remaja tersebut, secepat itu pula jarinya beradu dengan jidat mulus Rhea. Dan itu sakit. Drian bahkan tau sesakit apa jidat Rhea saat ini. Dia bisa mengetahuinya dari bunyi yang tercipta saat telunjuknya meluncur dengan mulus di jidat Rhea yang mengkilat. Drian tau ia kembali melakukan kesalahan. Bagaimana kalau si manja ini menangis lagi?

Pria itu terdiam. Sedangkan Rhea meringis, ia merasakan panas di jidat dan juga pada kedua matanya. Matanya sudah cukup lelah karena belum beristirahat dengan benar sejak semalam dan sekarang kembali dipaksa untuk memproduksi air mata. Bapak dan juga Guru di sekolah bahkan tidak pernah memukulnya, tapi dia, orang yang baru Rhea temui semalam, yang mengaku suaminya bahkan berani melakukan tindak kekerasan. Ini KDRT namanya! pekik dewi batin Rhea. Tapi kemudian remaja tersebut sadar. Apa Om Drian mulai berhasil mencuci otaknya? Baru semalam Rhea di sini dan ia hampir termakan omong kosong tentang pernikahan. Mengalihkan pandangan dari Om Drian, Rhea berbalik dengan air mata yang sudah tidak mampu dibendung lagi. Ia berjalan menuju kamar di arah barat laut kemudian duduk memangku kedua lutut. Menyembunyikan wajah di sana, duduk sambil menahan isak di samping bayi cantik yang tidur dengan pulas.

Drian tau dirinya sudah terlambat, mana belum sarapan tapi ia tidak bisa menahan kakinya untuk mengikuti jejak Rhea perawan. Pria itu melihat Rhea menangis dalam diam dan hal itu membuatnya semakin sakit kepala. Drian menjambak rambutnya sendiri dan memutuskan untuk memperbaiki hubungannya dengan Rhea nanti sepulang bekerja saja. Drian hanya perlu membeli sekardus susu strawberry dan anak itu pasti langsung bahagia. Sesederhana itulah Rhea Davina yang ia kenal.

>>>

Rhea tidak tau apakah Om itu sudah pergi atau belum karena dia sudah tidak ingin lagi menatap wajahnya. Baru ketika kakinya digapai oleh jemari kecil milik Ale, Rhea mengangkat kepala dan menemukannya dengan wajah segar, seolah mencemooh dengan tatapan 'Tidurku nyenyak, loh, Kak' miliknya.

"Selamat pagi. Ale mandinya sama tisu basah aja, ya. Papamu pasti bisa nemuin Mama secepatnya," ucap Rhea padanya.

Rhea Davina RusselTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang