Dinah ingat semuanya dengan sangat jelas mulai dari bagaiman Drian yang menunggunya pagi-pagi buta di kantor agensi mereka sampai dengan bagaimana pria itu menolak syuting padahal semua orang sudah berkumpul di lokasi. Dengan sombongnya seolah-olah dia adalah raja padahal aslinya babu, bocah itu menadahkan tangan. Meminta semua data-data Shaqeel yang semalam ia ucapkan melalui telfon. Tentu saja Dinah tidak berpikir Drian serius dengan perintahnya semalam. Wanita itu justru menganggap sang artis mengigau karena menelfon tengah malam dan bukannya mencari tau informasi tentang seorang perempuan, dia malah menanyakan seorang pria. Dan memangnya Dinah ini apa? Sehingga dia bisa memiliki semua data-data pria bernama Shaqeel? Pegawai catatan sipil? Dan bagaimana tidak disebut Babu? Hanya dengan Drian bekerja lah para staf agensi mereka bisa gajian. Jadi seharusnya Drian tidak menyalahi kodratnya dalam bersikap.
"Gue harus tau siapa Shaqeel detik ini juga, Din!"
"Gue baru datang!"
"Gue tau lo baru datang makanya gue cuma nodong lo dengan satu hal aja. Belum gue minta yang soal apartemen loh.. kurang pengertian apa lagi gue?"
Dinah menyerngit mendengar lima kata terakhir. Kurang pengertian apa lagi Adrian Russel? Jika artisnya ini cukup pengertian, dia pasti sudah punya pasangan sekarang. Kadar pengertiannya Adrian jauh dibawah standar pengertian masyarakat.
"Lo ada jadwal syuting pagi ini, kerjain dulu tanggung jawab lo."
"Gue langsung pergi begitu lo kasih tau siapa Shaqeel."
"Sumpah ya.. Gue ga pernah bersyukur punya artis yang pengertian banget kaya elo. Ga kaya artis-artis lain elo mah-"
"-Iya, tau. Skip kata-kata mukadimahnya dan langsung aja ke Shaqeel."
Melihat Drian yang semakin nyaman bersandar di salah satu kursi di ruangan meeting pagi itu padahal sebentar lagi Dinah dan yang lainnya juga akan memulai kegiatan, wanita itu tau bahwa Drian benar-benar tidak akan pergi sebelum mendapatkan informasi tentang Shaqeel.
"Shaqeel ini yang lo tanya? Gue beneran cuma tau satu Shaqeel ini aja. Pagi ini kita harus ngadain meeting buat bahas Diana dan gue mohon lo kerja yang bener." Dinah menunjukkan layar ponselnya pada Drian, si artis senior agensi mereka, artis paling songong yang untungnya jauh dari skandal.
"Si Diana kenapa?" tanya Drian yang tidak terlalu peduli pada juniorr genit itu. Tapi sebagai seorang manusia yang hidup bermasyarakat, dia harus terlihat seperti bagian dari masyarakat itu sendiri. Harus bersosialisasi, harus peduli dan untungnya dia punya kadar pengertian yang luar biasa. Tapi jujur saja, Drian cukup penasaran kenapa Dinah bisa langsung tau Shaqeel yang Drian maksud saat wanita itu mengaku cuma tau satu Shaqeel saja.
"Video gilanya kesebar, sumpah gue udah mulai cemas waktu dia gabung sama kita tahun lalu. Dan buktinya kejadian juga, 'kan? Mana semua brand kosmetik minta ganti rugi," adu Dinah pada sang artis.
"Lo kenapa bisa tau orang yang gue maksud padahal gue cuma kasih tau nama?" Drian ingat sekali dia tidak menyebutkan ciri-ciri Shaqeel.
"Lo nyimak ga gue barusan ngomong apa?"
"Video bokepp Diana kesebar, 'kan?" Jawaban Drian memang tepat tapi hal itu hanya membuat Dinah semakin sebal. Bocah ini tidak pernah benar-benar peduli. Nadanya barusan itu loh.. kalo kesebar lo mau apa? Mau marah? Hubungannya sama lo apa? Ada elo di dalam videonya? Khas Adrian Russel sekali lah pokoknya.
"Shaqeel itu 'kan yutuber nomor tiga di negara kita. Nomor tiga paling banyak subscribernya. Pagi ini udah delapan belas juta subscriber tuh. Elo klik link di bio-nya, Drian. Gue capek ngomong dan lo boleh bawa ponsel gue seharian," ucap Dinah sambil mendorong Drian keluar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rhea Davina Russel
FantasyBagaimana jadinya kalau tiba-tiba kamu terbangun di tempat asing? Tidak hanya di ranjang orang tapi lebih gila lagi bumi seolah berputar ribuan kali lebih cepat hanya dalam satu malam sehingga dengan tidak masuk akalnya, Rhea Davina berada di masa d...