04. Accident

2.3K 123 0
                                    

...

Tristan berdiri di pinggir jalan dekat museum Louvree. Hari itu ia menunggu kedatangan seseorang disertai perasaan tak tenang. Senyumannya terbit, namun kegusarannya tak berhenti. Berkali-kali ia mengintip jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya dengan gelisah. Tak lama, seorang gadis memanggilkan namanya, melambaikan tangannya dari kejauhan. Wajah Tristan langsung sumringah. Pemuda itu memberi isyarat untuk mengajaknya segera masuk ke dalam museum cantik yang berada di kota Paris.

Gadis itu tersenyum dan mengangguk dengan semangat. Tanpa melihat kanan kiri, gadis itu langsung menyebrang dijalanan yang sebenarnya lumayan lengang. Matanya terus mengarah pada Tristan. Demikian pula dengan lelaki itu, ia menanti langkah gadis itu untuk sampai didepannya. Hingga sebuah pemandangan mengerikan terjadi, membuat tubuh Tristan seolah terpaku ke dasar bumi. Waktu terasa menghentikan detik saat tubuh gadisnya terpelanting lalu terkapar di jalanan. Suara ban berdecit sangat keras, bahkan lebih mirip suara halilintar yang menyentak jantung Tristan tanpa aba.

Kaki Tristan tiba-tiba melemas. Dengan sisa tenaga, Tristan langsung berlari dengan kaki bergetar. Ia menyergap gadis yang kini sudah terkapar tidak berdaya di tengah jalan.

  "Naina ... bangun!" Tristan serak. Ia hampir tak percaya gadis yang ia cintai harus tertabrak mobil tepat di depan matanya. Sungguh ia tak bisa memaafkan dirinya sendiri karena tak bisa mencegahnya.

"Naina, aku mohon ... buka matamu, Naina ...!" Tristan hampir berteriak. Ia mengelus rambut hitamnya yang tergerai itu dengan kuat. Gadis itu tak juga membuka matanya. Tristan menangis sejadi-jadinya, merasakan sesak saat gadis dipangkuannya tak merespon ucapannya. Lelaki itu mendekap tubuh Naina, berteriak kesal karena tak ada seorangpun yang bisa dimintai bantuan olehnya.

"Au secours!!" pekik Tristan meminta tolong. "Appelez l'ambulance! Au secours ...!"

Mata sang gadis masih terpejam. Tristan membenamkan wajah gadis itu didadanya dengan tangis sesal yang meledak dari jiwanya.

"Jangan pergi, Naina ...."

🍀🍀🍀

  "Nainaa ...!" Tristan terengah seketika membuka kedua matanya. Entah sudah yang ke berapa kali lelaki itu harus terbangun dari mimpi buruknya.

Tristan menyugar rambutnya yang sedikit basah karena keringat. Dadanya berdegup kencang hingga oksigen yang berada dalam paru-parunya mendadak membeku. Pria itu masih berusaha mengatur alur napasnya, dan saat ia merasa lebih baik, lelaki itu melirik jam dinding yang menunjukan pukul 05.20 pagi.

Kakinya mulai melangkah gontai mendekati lemari es. Tristan jadi merasa sangat dahaga saat nafasnya terasa menyangkut di kerongkongannya. Sebotol air mineral langsung ia raih dari dalamnya dan langsung meneguk isinya tanpa menuangkan dulu ke dalam gelas. Tapi saat itu juga, ia melihat bahwa pintu yang mengarah tepat ke kolam renang, tak terkunci, malah tak tertutup dengan sempurna. Mata Tristan langsung mengarah pada pintu kamar, dimana harusnya Viola tertidur. Ia berjingkat mendekati pintu yang juga tak tertutup rapat itu.

Betapa terkejutnya Tristan mengetahui keadaan di kamar sangat berantakan. Semua bantal dan guling berserakan di lantai. Selimut pun juga ikut-ikutan terserak dibawah tempat tidur. Namun ia tak mendapati sosok Viola disana.
Tristan langsung berbalik dan mencarinya ke setiap sudut penginapan. Hingga langkahnya menuju ke kolam renang yang sepi, lalu berbelok keluar melewati pintu pagar kecil menuju pantai.

...

Viola berjalan di pinggiran pantai tanpa memakai alas kaki. Kedua tangannya mendekap tubuhnya sendiri, meminimalisir rasa dingin dari angin pantai yang begitu kencang menerpa badannya yang hanya berbalut baju rajut hangat yang longgar.

Falling for You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang