...
"Aku sudah pesan makanan, kita makan sama-sama, ya!" ajak Tristan lembut.
Viola langsung tertawa geli, "Sejak kapan kamu bisa bersikap lembut seperti ini?"
"Ayolah! Aku lapar!" Tristan melangkah menuju pintu sambil menggaruk belakang kepalanya. Disusul Viola yang bergegas turun dari tempat tidurnya.
Tristan sudah duduk di meja yang berada dekat kolam renang ketika Viola menyusulnya. Di meja itu sudah terhidang makanan untuk santap malam mereka. Namun bukan itu yang membuat Viola takjub. Beberapa tangkai bunga mawar tertancap di sebuah vas kaca, belum lagi dua buah lilin menyala di dekatnya.
"Ya, ampun! Romantis sekali," ledek Viola sedikit mencibir. Ia menggeser kursi yang berada tepat di sebrang Tristan.
"Bukan honeymoon namanya kalau tidak romantis, " sahut Tristan dibalas cibiran dan juluran lidah dari Viola.
...
Saat pagi hari, Viola sudah menghilang lagi. Tapi kali ini, Tristan tidak berminat untuk mencari gadis itu dibawah kolong meja dan kursi sofa. Karena ia tengah sibuk mencari kalung Naina yang mungkin saja terjatuh di bawah meja atau bahkan terselip disela bantalan sofa. Namun ia tidak menemukan benda itu dimanapun.
Sedangkan Viola, ia asyik sendiri menikmati hamparan laut yang mulai disinari mentari yang hangat. Gadis itu duduk sendiri di sebuah batu karang yang menghadap langsung ke lautan tanpa dipisahkan pasir.
Viola berdiri, mencoba menengok air laut yang berada dibawahnya. Mungkin jaraknya ada sekitar satu setengah meter ke bawah. Viola terlalu asyik memandangi bayangannya yang timbul di bawah sana, hingga kakinya hampir terpeleset.
"Awas, kau bisa jatuh!" Seseorang menarik lengan Viola. Gadis itu berbalik dan menubruk tubuh di belakangnya dan menjauh dari tepi.
"Eh, iya maaf ...." Viola mendongak, "Maksudku terimakasih," sambungnya lagi saat melihat wajah orang yang tidak ia kenali, berada sangat dekat dengan tubuhnya. Viola segera beringsut sedikit menjauh.
"Aku yang harusnya minta maaf karena mengagetkanmu tadi." ujar pemuda berbadan tegap dan tinggi itu membuat Viola bingung harus berkata apa. Dan Viola mengucapkan terimakasihnya jadi dua kali. Pemuda itu jadi tertawa melihat kelakuan Viola. Karena Viola merasa orang itu sangatlah ramah, keduanya jadi berbincang sambil duduk berdampingan di batu karang. Viola merasa nyaman ketika apa yang dia bicarakan, bisa nyambung begitu saja dengan pemuda itu. Pembawaannya yang tenang dan juga selalu tersenyum membuat Viola betah.
"Namaku Juno." Pemuda itu memperkenalkan diri. "Kamu sendiri, apa yang kamu lakukan disini. Liburan atau ...."
Viola tak segera menjawab.
Ah, hampir saja ia lupa! Ia berada ditempat itu untuk berbulan madu."Aku sedang menikmati liburan sama suami," jawab Viola, tak percaya ia mengucapkan kata suami untuk menyebutkan status Tristan.
"Oh, ya? Aku pikir kamu belum menikah." pemuda bernama Juno itu sedikitnya nampak terkejut. "Kamu ini kelihatannya seperti perempuan yang sulit untuk menjalin sebuah hubungan. Suka kebebasan. Dan hal-hal kecil yang tidak terduga bisa membuatmu percaya diri dengan kesendirian."
Viola melongo tak percaya mendengar tiap kalimat yang terlontar dari mulut pemuda itu. Ucapan Juno pas sekali dengan dirinya. Sepertinya pemuda yang seperti itu yang diharapkan semua perempuan. Bisa menebak isi hati atau mengerti keadaan sebenarnya tentang seseorang, hanya lewat sebuah perbincangan.
Ah, sayangnya Viola harus berhenti terpukau pada pemuda itu. Bertemu seseorang di waktu yang tidak tepat itu, sangat membingungkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for You (COMPLETED)
RandomViola dan Tristan tidak pernah menyadari bahwa mereka sudah mendapatkan chemistry sejak balita. Cinta yang tersembunyi, harus disuguhi dengan rasa cemburu dan cerita masa lalu Tristan Hanggono. Cinta juga yang menyatukan banyak tragedi hingga hilang...