21. Back to Jakarta

2.2K 111 0
                                    

...

          Senna bersantai di kursi sofa di ruang keluarga. Ia hampir terlelap saat Fatma menyarankannya untuk tidur di kamar. Tapi, gadis itu lebih memilih rebahan di sana saja. Jika harus malas-malasan di kamar, rasanya itu kurang sopan. Tidak enak sama pemilik rumah, meskipun mereka baru akan pulang nanti sore.

Televisi menyala mempertontonkan sebuah drama. Tapi kedua matanya malah meredup, gadis itu kembali terlelap merebahkan kepalanya di pegangan sofa.

Noe datang dan disambut Fatma di teras rumah. Perempuan itu langsung mempersilakan masuk saat Noe mengatakan mau mengantarkan barang milik Senna yang tertinggal di tempatnya. Perempuan tadi mempersilakan lelaki itu langsung menuju ruang keluarga, karena Senna sedang menonton tv di sana.

Fatma kembali menggeluti pekerjaan rumahnya saat Noe menghampiri kursi sofa. Ternyata gadis yang hendak di temuinya malah sedang tertidur.
Pemuda itu menghenyakan pantatnya dengan malas di atas lantai yang dialasi karpet tebal. Matanya memicing menonton drama yang ditayangkan di layar tv, lalu menoleh pada Senna yang berbaring di belakang tubuhnya. Wajah polos gadis itu membuat betah orang yang memandangnya. Noe jadi memerhatikan, apa yang sudah membuatnya tertarik untuk terus melihat wajah polos itu? Sepasang mata yang tertutup rapat, hidung mungil yang menggemaskan, juga bibir yang suka mengomel seenaknya. Aih, rasanya ia ingin menyentil kening gadis itu lagi.

Sepasang alis gadis itu beradu. Ia mengerjap-erjapkan matanya saat melihat sosok pemuda membayang di hadapannya. Sepertinya Senna berpikir ia bermimpi. Entah apa yang dimimpikannya, hadir seulas senyum di bibir gadis itu. Tapi saat wajah yang hadir di hadapannya itu terlihat semakin jelas, Senna langsung terperanjat duduk, hampir membuat kepalanya oleng karena matanya belum terjaga sempurna.

"Iih, kamu ngapain di sini?" pekik Senna terkejut. "Ganggu tidurku aja," keluhnya memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa berat.

"Salahmu sendiri, kenapa tidur di sofa dan membiarkan tv menyala. Aku heran kamu bisa tidur nyenyak dengan posisi tadi?"

Senna masih mengantuk, ia merebahkan kembali kepalanya di atas sofa. "Mau apa ke sini?" tanyanya dengan mata terpejam.

"Aku mengantarkan handphone-mu," Noe menyodorkan benda berukuran 4,6 inch itu ke hadapan Senna.

"Oh ...," erang Senna masih menutup matanya, tak tahu Noe tengah menyodorkan ponsel ke arahnya.

"Heh, harusnya kamu tuh berterimakasih." Noe menggerutu kesal karena tangannya dibiarkan terangkat di udara.

"Ahh, kamu ganggu banget, sih! Aku ngantuk!" Senna membuka matanya untuk beberapa saat lalu terpejam lagi.

"Heh! Tumben kamu gak takut."

"Takut apa?" serak Senna menyahuti.

"Takut padaku, lah. Seperti yang kamu bilang, aku ini lelaki." ujar Noe tertawa.

Senna membuka mata yang sudah kemerahan. "Aku yakin kamu gak akan berani macam-macam di rumah orang."

"Kamu yakin?"

Senna cemberut memandangi wajah Noe. "Kalau kamu berniat macam-macam, kamu gak akan banyak bicara kayak gini."

"Oh, iya betul! aku hanya harus langsung melakukannya, kan?" kekeh Noe berusaha supaya gadis itu tetap terjaga.

Senna menutup matanya menggunakan punggung tangannya. "Kenapa kamu suka sekali menggangguku?" erang Senna tambah sebal.

"Jadi ... kamu biasa memperlakukan tamumu seperti ini? masih kalah ramah sama mbak Fatma yang menerima kedatanganku tadi. Harusnya kamu juga seperti itu saat ada tamu datang," bibir Noe mencebik.

Falling for You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang