19. Luapan Rindu

2.1K 123 0
                                    

...

          Viola dan Senna berjalan menuju mobil. Noe memandangi keduanya saat menduduki kursi belakang.

"Apa gak bisa ya, salah satu dari kalian duduk di depan?" Noe memprotes karena dirinya sudah seperti supir bagi mereka.

"Apa kau bisa langsung saja menjalankan mobilnya?" ketus Senna. Nampaknya gadis itu masih kurang welcome pada pemuda itu.

"As you wish!" cetus Noe sembari memutar kunci mobil gemas. Baru beberapa meter mobil yang dikendarainya melaju, tiba-tiba ia menginjak pedal rem karena melihat seseorang tengah mengejar laju mobilnya.

"Heh!!" Senna berteriak sebal karena Noe mengerem mendadak. Hampir saja keningnya menghantam jok depan. Noe tak berniat membalas teriakan Senna, seseorang sudah berdiri di samping mobil dan menggedor kaca mobil.

"Violaa ...!" panggilnya.

Senna dan Viola langsung terperanjat. Viola memandang Tristan dengan getir. Namun tak dapat disembunyikan dari binar matanya bahwa ia sangat merindukan lelaki itu. Viola bergeming ketika berkali-kali Tristan memanggil namanya dari luar. Tristan terus saja memukul-mukul kaca mobil supaya Viola membuka pintu dan keluar menemuinya. Tapi gadis itu malah membenamkan wajahnya di bahu Senna. Ia tak ingin terus melihat wajah Tristan. Rasanya semakin menyesakkan dadanya.

"Jalankan mobilnya!" titah Viola dengan suara tertahan.

"Tapi ...." Senna dan Noe kompak menyela.

"Sekarang!!" Viola sedikit mengeraskan nada suaranya.

Senna dan Noe beradu tatap bingung. Namun mau bagaimana lagi, Noe akhirnya menginjak pedal gas, melaju meninggalkan Tristan yang hampir terjerembab.

Tristan memandang kepergian mobil itu dengan bingung. Ia tak tahu apa yang telah terjadi, ia tak mengerti kenapa Viola pergi meninggalkannya tanpa sudi berbicara. Tapi Tristan tak hilang akal. Ia berlari keluar, memandang mobil yang membawa Viola sudah agak menjauh dari area rumah sakit. Langsung saja ia menyetop sebuah taksi di depan gedung rumah sakit untuk mengejar.

Mobil yang dikendarai Noe tiba di kediaman paman Viola. Gadis itu langsung keluar tanpa bicara, ia bergegas masuk ke dalam rumah. Senna langsung berlari mengejar. Noe yang juga sudah keluar dari kursi kemudi, lebih memilih untuk berdiam diri dan mendudukkan badannya di depan kap mobil.

Noe menatap kosong entah pada apa. Lelaki itu sedang memikirkan kejadian beberapa menit lalu di parkiran rumah sakit. Perasaannya jadi tidak karuan, pikirannya dijejali nama Viola. Kenapa rasanya begitu aneh? Apa iya dia telah jatuh hati pada gadis itu? Atau itu hanya rasa simpatinya saja yang terlalu berlebihan?

Harusnya ia ikut senang jika Viola sudah mendapatkan ingatannya dan kembali pulang. Namun hal yang terjadi barusan, membuatnya berpikir keadaan gadis itu tak jauh lebih baik meski ia sudah ada di rumahnya. Perasaan khawatir dan cemas kembali hadir saat menyadari keadaan Viola belum membaik.

Ah, semoga saja perasaannya pada Viola hanya sebatas simpati dan kasihan saja. Ia tidak mau terseret lebih dalam pada masalah yang kini sedang melanda gadis itu. Tapi, jika seandainya Viola membutuhkan bantuan, ia tidak akan berpikir dua kali untuk segera membantunya.

Senna keluar dari pintu. Ia berdiri sejenak di teras sambil melamunkan sesuatu. Gadis itu menoleh pada Noe yang masih bersandar di depan kap mobil. Tanpa sengaja tatap mereka saling bertabrakan. Senna berdeham sekali, lalu melangkah pelan menghampiri Noe dan ikut bersandar di mobil pemuda itu.

"Kayaknya Viola salah paham sama Tristan." Senna mengawali percakapan.

Noe masih memandang gadis di sampingnya itu tanpa suara. Ia sedikit tertarik. Bukan pada apa yang disampaikan gadis itu, tapi sikapnya sekarang lebih kalem dan tidak sewot seperti awal-awal mereka bertemu.

Falling for You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang