...
"Kamu benaran mau mengakhiri pernikahanmu?" tanya Yasmin pada puteranya ketika mereka berada di dapur.
"Jangan bahas itu sekarang, Ma!" Tristan mencomot satu buah apel dari dalam kulkas. Beringsut duduk di kursi meja makan sambil melahap apel di tangannya. Mamanya yang masih berdiri dekat lemari es, bergerak mengikuti anaknya itu menuju meja makan.
"Mama tahu ... kamu, kan, yang merencanakan semua itu?"
"Ma, Viola juga menyetujui perpisahan itu, udah jelas, kan, ini bukan sepenuhnya keputusanku," bela Tristan.
"Mama gak percaya. Apa kamu gak lihat bagaimana perubahan Viola sekarang, setelah kalian memutuskan untuk berpisah?" Perempuan itu memandangi anaknya dengan gelisah. "Tanpa Viola bilang pun, mama yakin dia itu suka sama kamu, Trist. Kenapa kamu tega padanya seperti ini?"
Tristan termangu. Ia malah memandangi sisa apel di tangannya. Bukan untuk memperhatikan sisa gigitannya yang tak rapi, tapi ia sedang mencerna setiap kata yang dilontarkan oleh mamanya barusan. Kalimat yang cukup mampu menyita sebuah ruang di otaknya.
"Ah, Mama capek. Mama mau tidur. Kamu kalau dikasih tahu, susah banget," gerutu sang mama beranjak menuju kamarnya.
Tristan masih terdiam. Beberapa saat kemudian ia meoleh ke ruang tengah yang sebenarnya terhalangi partisi dinding. Tapi ia tahu Viola pasti masih ada di sana. Menonton televisi atau menghabiskan sisa pizza. Tapi rupanya Viola sudah tergolek di atas sofa. Gadis itu pulas dengan posisi tubuh menyamping.
Tristan cukup lama memandangi gadis itu dari batas ruangan. Perubahan yang dimaksud oleh mamanya tadi, apa perubahan penampilan gadis itu? Viola memang jadi kelihatan simple tanpa high heels, gaun, dan juga make up. Tapi wujud gadis itu tak kalah menarik sekarang ini. Malah semakin manis. Tristan tersenyum geli menyadari perasaannya yang memang sudah menimbulkan rasa suka pada gadis itu.
Tristan menyeret langkahnya mendekati sofa. Lelaki itu berjongkok dan hendak memindahkan tubuh Viola ke kamar. Tapi saat itu pula, Viola bergerak namun masih tetap menutup matanya.
"Jangan ganggu aku ...!" gumamnya merubah posisi. Membelakangi Tristan. Lelaki itu terdiam. Ia menunggu gadis itu benar-benar terlelap. Tak tega rasanya kalau harus membangungkannya untuk pindah dan melanjutkan tidur di kamar.
Setelah beberapa menit terlewati, gadis itu benar-benar sudah berada jauh dari dunia nyatanya. Tristan mulai mengangkat tubuh Viola dan memindahkannya ke kamar.
"Sudah aku bilang jangan menggangguku ...!" Lagi-lagi gadis itu meracau meski matanya tertutup rapat. Entah ia hanya mengigau atau sedang mengomeli Tristan di mimpinya.
Tristan meletakkan tubuh Viola ke tempat tidur, memandangi wajah lugu gadis itu beberapa saat. Dan seolah tahu sedang diperhatikan, Viola merubah posisi tidurnya jadi membelakangi Tristan.
Pemuda itu mengambil langkah menuju kamar kosong yang berada di depan kamarnya. Tristan langsung melemparkan tubuhnya keatas tempat tidur, namun rasa kantuk belum juga datang meski rasa lelah sudah dirasakannya sejak pulang tadi. Ah, pasti karena adanya Viola di rumahnya. Pasti juga karena ucapan mamanya tadi, Tristan sepertinya akan sulit untuk memejamkan mata.
Tepat pukul 01.00 malam, Viola terjaga. Ia bisa merasakan tempatnya tertidur sudah berbeda. Bola matanya memutar hingga tatapnya terhenti di samping tempat tidur. Tempat tidur yang lega itu menyisakan ruang kosong. Tadinya Viola berpikir bahwa Tristan juga tidur di sampingnya setelah membawanya ke kamar. Kenapa ia bisa tahu Tristan yang memindahkan tubuhnya? Ya, jelas ia tahu, karena aroma tubuh lelaki itu masih menempel di sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for You (COMPLETED)
AlteleViola dan Tristan tidak pernah menyadari bahwa mereka sudah mendapatkan chemistry sejak balita. Cinta yang tersembunyi, harus disuguhi dengan rasa cemburu dan cerita masa lalu Tristan Hanggono. Cinta juga yang menyatukan banyak tragedi hingga hilang...