...
Namanya Viola Reins Hartanto, gadis bergaun putih selutut itu melebarkan langkahnya dengan tergesa-gesa. Baru beberapa langkah setelah turun dari taksi, heels yang ia pakai, terselip di sela paving yang bolong. Badannya seketika limbung. Dengan sigap, ia menyeimbangkan posisinya badannya. Namun tanpa ia prediksi sebelumnya, rasa nyeri seketika muncul karena pergelangan kakinya sedikit terkilir. Umpatan dari bibirnya menyembur seperti balon air yang pecah. High heels yang menyangga kakinya berkali-kali hilang keseimbangan saat melewati paving. Gadis itu mulai jengah, dirampasnya kuat sepatu itu dan membenturkan bagian heelsnya pada paving block hingga patah.
Semua kekesalan yang ia dapat, menambahkan kadar emosi di dadanya. Emosi pada seseorang yang tidak bisa diajak kompromi.
"Tristaan ...!" pekiknya tajam ketika membuka pintu sebuah ruangan. Seseorang yang sedang meletakkan sebuah kalung putih berbandul bulan sabit pada laci meja, menyambut kedatangan Viola dengan lirikan dari ekor matanya saja. Cuek. Dia nampak sangat santai, padahal gadis yang masih berdiri diambang pintu itu sudah seperti terkena asma.
"Apa yang sudah kamu lakukan?"
"Kenapa memangnya? Aku hanya bosan mendengar orangtuaku yang terus-terusan membujukku. Jadi aku menyetujuinya saja," sahut orang itu mendorong laci itu hingga tertutup.
Lelaki itu memutar badannya lalu bersandar dipinggiran meja. Kini ia memandang Viola sambil melipat kedua tangan didadanya. "Kita tidak akan bisa menolak keinginan mereka," ucapnya lagi, menatap Viola yang masih berdiri ditempatnya dengan ngos-ngosan.
"Lalu nasibku bagaimana?" Viola berujar menghampiri lelaki itu dengan terseok, "aku gak mau mempertaruhkan hidupku, kebebasanku, dan semua yang aku inginkan, dengan cara menikah denganmu. Kamu sudah janji, kita akan sama-sama menolak perjodohan ini. Tapi kenapa tiba-tiba kamu mengatakan 'iya'?" protes Viola geram.
Tristan Hanggono terdiam. Masih dalam mode santai. Ekspresi yang membuat Viola geram dan ingin mengacak-acak wajah sok cueknya itu.
"Dan kamu? Memangnya kamu mau menghabiskan seluruh hidupmu dengan orang yang tidak kamu cintai?" Viola kembali bersuara.
Lelaki itu menghela napas pelan. "Kamu tahu sendiri, Viola. Apapun yang aku lakukan sekarang, aku sudah tidak peduli." Tristan melenggang seolah tak memiliki beban. Meninggalkan Viola yang berkali-kali memanggil namanya dengan gemas.
Viola menatap nanar punggung pemuda itu lenyap dibalik pintu. Tanggapan lelaki itu hanya segitu saja? Viola berdiri merengut di ruangan yang penuh dengan kanvas kosong dan lukisan-lukisan abstrak. Hening. Hanya deru nafasnya yang terdengar.
Sungguh, ia sangat mengesalkan keputusan orang tuanya yang tiba-tiba merencanakan pernikahannya dengan Tristan. Selain kedua orang tua mereka berteman sangat dekat, kedua keluarga itu memang sudah lama merintis perusahaan yang sama. Pemikiran kolot mereka memaksa putra putrinya untuk menikah. Untuk mengikat tali persahabatan dan kekeluargaan, katanya. Namun Viola hanya menganggap dirinya dan Tristan hanya dijadikan sebagai pondasi bisnis orangtua mereka saja.
Memang, Tristan bukanlah orang baru bagi Viola. Tapi, tetap saja pengenalannya dengan Tristan tak bisa dijadikan tolak ukur dan alasan kuat bahwa mereka bisa menikah. Mengingat Tristan dan Viola pernah satu sekolah saat SMP, kemudian berbeda sekolah saat SMA. Hingga akhirnya, Tristan keluar negeri untuk melanjutkan kuliahnya.
🍀🍀🍀
Viola berlari memburu pintu kelas yang setengah terbuka. Daun pintu yang mengahalau jalannya dibanting kuat hingga menimbulkan suara yang cukup keras akibat menghantam dinding. Matanya berkilat marah. Tangannya menggenggam erat sebuah blazer berwarna merah muda yang sudah compang-camping dibagian lengannya. Tatapannya memburu mencari sesuatu, hingga tangannya mengepal kuat mencengkram blazer itu tatkala melihat Tristan sedang berjalan tak jauh dari kelasnya -bersama kedua temannya- sambil tertawa senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for You (COMPLETED)
RastgeleViola dan Tristan tidak pernah menyadari bahwa mereka sudah mendapatkan chemistry sejak balita. Cinta yang tersembunyi, harus disuguhi dengan rasa cemburu dan cerita masa lalu Tristan Hanggono. Cinta juga yang menyatukan banyak tragedi hingga hilang...