...
Tristan sibuk memanaskan air untuk merebus mie spageti dan macaroni di dapur. Viola hanya mengamatinya dari belakang meja. Sesekali senyumnya tersungging melihat Tristan memotong jamur dan daging.
"Harusnya, yaa ... istri yang melakukan ini untuk suami," protes Tristan mendapati Viola sedang tersenyum menikmati kegiatannya.
"Jangan bawa-bawa status istri atau suami. Kamu pikir kamu hanya akan memasakan spageti untuk pacarmu saja!" celetuk Viola membuat Tristan berjengit.
Oke, mulai sekarang Tristan hanya akan diam. Salah juga rupanya membawa Viola ke tempatnya. Perempuan itu malah sangat sensitif ternyata. Mungkin sekarang di pikirannya hanya ada tentang Naina, Naina dan Naina. Padahal Tristan saja sudah lupa apa yang ia habiskan di tempat itu bersama Naina. Yaa, kalau sekedar berciuman mungkin masih ia ingat.
Tristan senyum-senyum sendiri. Matanya kembali terarah pada Viola yang kini menatapnya dengan sinis.
"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Viola galak. Gadis itu seakan tahu pikiran Tristan. Aih, pemuda itu langsung mendesis. Rasanya ia ingin memberi pelajaran pada bibir Viola yang sedang mengerucut tajam kearahnya itu.
Spageti terhidang di atas sebuah piring yang besar. Viola melototi piring itu tak percaya. Dengan porsi segitu, Tristan seperti sedang memberi makan pada seekor kuda. Viola kembali mengajukan protes.
"Gak rapi banget. Apa ini? Acak-acakan!"
"Diam, gak? Bawelnya udah kayak pengamat makanan saja! Belum dicoba juga udah protes yang bukan-bukan." Tristan menancapkan dua buah garpu di atas piring.
Oh! Jadi spagetinya untuk mereka berdua?
"Kamu pikir aku gak lapar?" Tristan menggulung spageti dengan garpunya dan langsung melahapnya.
"Ayo makan!" ucapnya dengan mulut penuh. Viola langsung memukul kepala Tristan dengan garpu miliknya.
"Jorok! Jangan bicara kalau mulutmu penuh dengan makanan!" kesal Viola.
Tristan menelan sebagian makanan yang sudah dikunyahnya. "Ini yang namanya kekerasan dalam rumah tangga," gumamnya membuat Viola tertawa sumbang.
🍀🍀🍀
"Mau ikut tidak?" Tristan berdiri di ambang pintu. Pakaian lelaki itu sudah sangat rapi. Viola yang hanya berdiam diri di dalam kamar siang itu, langsung menyelidiknya curiga.
"Kamu mau kencan sama siapa?"
"Sama kamu, lah," jawab Tristan tersenyum lebar. "Ayo! Aku mau ngajak kamu ke Les Galeries Lafayette."
Viola langsung berseru senang. Lelaki itu masih saja tahu kesukaan Viola adalah berbelanja. Apalagi ia sekarang berada di Paris. Gadis itu akan segera memburu beberapa merek ternama Perancis yang sudah mendunia. Dan Les Galeries Lafayette adalah departmen store yang memang menjual berbagai merek ternama di Perancis. Dan saking banyaknya orang Indonesia yang berbelanja di sana, pada bagian tax refund, memiliki konter khusus lengkap dengan petugas yang fasih berbahasa Indonesia.
Bukan hanya merek yang mencuri perhatian Viola. Namun juga gedung yang berarsitektur mewah itu mampu membuatnya tersenyum senang. Sebenarnya lebih keren kalau mereka datang pas malam hari karena gedung itu akan terlihat cantik dengan hiasan lampu-lampu yang megah diantara malam. Tapi, meskipun begitu, kemewahan gedung perbelanjaan itu tak kalah indah saat siang hari.
Setelah menghabiskan waktu, Viola sudah menjinjing dua buah paper bag di tangannya. Ia berjalan berdampingan bersama Tristan ketika kemudian seorang perempuan memanggil Tristan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling for You (COMPLETED)
AléatoireViola dan Tristan tidak pernah menyadari bahwa mereka sudah mendapatkan chemistry sejak balita. Cinta yang tersembunyi, harus disuguhi dengan rasa cemburu dan cerita masa lalu Tristan Hanggono. Cinta juga yang menyatukan banyak tragedi hingga hilang...